Saat aku ada tugas di Hotel Sari Pan
Pacifik Jakarta, aku melihat ada sebuat alat pemutar pringan hitam tahun jebot.
Namanya “Gramophone” (gramopon), siapa yang belum kenal Gramopon ?, alat
pemutar musik yang menggunakan piringan hitam. Nama Gramopon berasal
dari Emilie Berliner yang pada tahun 1888 menemukan piringan hitam jenis baru dan
mematenkannya di bawah label Berliner Gramaphone. Pada tahun 1918 masa
pematenan berakhir, semua label pun berlomba-lomba untuk memproduksi piringan
hitam. Pada masa itu, kebanyakan pemilik gramophone masih terbatas pada
kalangan menengah atas saja.
Biarpun
piringan hitam sempat turun pamornya sejak adanya CD yang memiliki fisik yang
lebih kecil dan mudah dibawa pada awal tahun 1980an, tapi masa sekarang ini,
piringan hitam masih dan sedang banyak dicari. Karena orang-orang yang ingin
memiliki rekaman musisi idolanya, ingin mempunyai rekaman mereka dari zaman
piringan hitam, seperti contohnya The Beatles. Selain itu nilai tambahan untuk
yang mempunyai piringan hitam sekarang ini adalah kepuasan batin, gengsi, dan
esensinya dalam mengoleksi barang. Malah belakangan para penggemar musik
menilai bahwa kualitas suara yang berasal dari piringan hitam jauh lebih bagus
dan tajam dari pada CD (Compact Disc).
Asal
tau aja kalau yang namanya Grammy Award, atau ajang musik dunia di Amerika itu
juga diambil dari nama “gramophone”. Saat ini gramopone hanya ada pada tempat-tempat
dan orang orang tertentu yang menyimpannya.
Lebene nyong be ndue ko... Segala benda klasik
BalasHapus