Pak Jendral
Besar AH Nasution adalah negarawan sejati yang berkomitmen menentang faham
komunis tumbuh subur di Indonesia, Beliau adalah cendikiawan militer, peletak dasar
perang rakyat semesta dan prajurit sejati yang selalu menjaga kemurnian
pancasila dan keutuhan NKRI.
Sejumlah wartawan
Australia tercengang mendengar jawaban Jenderal Abdul Haris Nasution atas
pertanyaan mereka, “Siapa sosok yang Anda kagumi di dunia ini?” Jawaban
Jenderal Nasution, “Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam”. Abdul Haris Nasution, yang lahir di Kotanopan,
Sumatera Utara, 3 Desember 1918, itu memang dikenal sebagai jenderal yang lekat
dengan Islam dan taat beribadah, cocok dengan atasannya di era perjuangan
merebut dan mempertahankan kemerdekaan, yaitu Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Semua kisah
tentang Jendral Besar ini dapat kita lihat di “MUSEUM JENDRAL BESAR DR.AH
NASUTION”, yang belokasi di Jalan Teuku Umar No 40, Menteng - Jakarta Pusat. Museum
ini semula merupaka kedianman Pak Nas yang ditempati bersama keluarga sejak
menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) tahun 1949, hingga wafatnya
pada tanggal 6 September tahun 2000. Sejak beliau wafat, selanjutnya keluarga
Nasution pindah rumah. Dikediamann ini Jendral Besar Dr AH Nasution telah
menghasilkan sebuah karya juang yang dipersembahkan bagi kemajuan bangsa dan negara.
Pada tanggal 1
Oktober 1965 dirumah ini teah terjadi peristiwa dramatis yang hampir menewaskan
Jendral Nasution. Pasukan Cakrabirawa G 30S/PKI berupaya menculik dan membunuh
Pak Nas, namun hal ini gagal dilakukan. Dalam peristiwa tersebut, putri kedua
yaitu Ade Irma Suryani Nasuton dan Ajudannya Lettu CZI PiereTendean gugur.
Sedangkan Pak Nas melarikan diri dengan meloncati tembok Kedutaan Besar Negara sahabat
yang berada disebelah rumahnya.
Ruang Ade Irma
Suryani Nasution kamar tidur Ade Irma. Didalam ruangan ini disajikan benda
benda Pribadi yang merupakan kesayangan almarhumah, yaitu sebuah baju seragam Kowad
mini, tas kulit kecil, sepatu, tempat minum dan boneka. Dan baju Ade Irma yang
dipakai sat trafedi tersebut berlangsung.
Selain ruang
tersebut ada juga Ruang Kuning, karena dicat wana muning baik tembok, karpet
maupun gorden senua memakai warna kuning. Ruag Kuning ini oleh Pak Nas, digunakan
sebagai tempat menerima tamu VVIP baik dari dalam maupun luar negeri termasuk
menerima Raja Salman sewaktu beliau masih jadi Pangeran.
Sebagai tempat
untuk menerima tamu dari kalangan militer, kerabat, dan masyarakat, biasanya
Pak Nas menerimanya di Ruang Tamu. Di Ruangan ini terpampang beberapa foto
bersejarah Pak Nas, saat menjadi Panglima Divisi Siliwangi,KSAD,
Menkohankam/Kasab, Ketua MPRS dan foto ketika jadi hari ke 52.Di ruangn ini
pula disajikan cindera mata dan kenang-kenangan dari dalam dan luar negeri.
Antara lain dari Akademi Teknik Wajskawej Warsawa, Odecca Rusia, Gading Gajah
dari Komandan Brigade Garuda II/Konggo serta satuan tempur siliwangi, dan kursi
favorit Pak Nas.
Ruang Tidur
merupakan saksi bisu dari kekjaman G 30 S/PKI yangb berupa menculik dan
membunuh Pak Nas, Kejadian penting tanggal 1 Oktober 1965, menewaskan putri
kedua Pas nas yaitu Ade Irma Suyani Nasution oleh pasukan Cakrabirawa. Diruangan
ini terdapat bekas tembakan yang mengenai pintu, tembok serta meja milik keluarga
Pak Nas. Benda benda pribadi yang dipakai saat itu oleh Pak Nas, semasa
hidupnya juga ditampilkan disini.
Pada ruang
makan disajikan diorama yang menggambarkan kejadian setelah Pak Nasberhasil
menyelamatkan diri dari upaya pembunuhan, seseaat setelah Pak Nas berhasil
menyelamatkan diri kemudian Ibu Nasution menghubungi Mayor Jendral
Wirahadikusuma yang saat tu menjabat Panglima Kodam Jaya. Namun usaha itu gagal
karena hubungan telepon sudah diputus, saat bersamaan muncul lima prajurit
Cakrabirawa dengan menodongkan senapan dan menggertak Ibu Nasution mengatakan
bahwa “Telepon sudah kami putus”..! Bu Nasution sambil meggendong Ade Irma menjawab
“Kalian kesini cuma mau membunuh anak saya…!”
Ide-ide besar buah
pikiran Jendral Nasution keluar dari sebuah ruangan yang bernama Ruang Kerja,
baik dalam bidang militer maupun non militer. Didalam ruang kerja ini juga
telah dihasilkan beberapa karya beliau, sebagain beliau sajikan dalam etalase
sebagai bentuk penghormatan dan penghargan atas prestasi yang dicapai dan
disumbangkan pada Negara dan bangsa.
Ada satu lagi
ruangan yang bisanya dipakai tempat tinggal Lettu Piere Tendean, ajudan Pak
Nas. Beliau menjadi korban karena mengaku sebagai Pak Nasution, dia diseret ke dalam truk oleh PKI selanjutnya di bawa ke
Lubang Buaya dalam keadaan masih hidup.
Demikianlah
sekilas museum “Jendral Besar AH Nasution”, yang diharapkan dapat dijadikan media
multi fungsi untuk belajar sejarah, mengenai sosok Pribadi dan karya juang Pak
Nas serta media transformasi nilai nilai luhur yang beliau tinggalkan.