Bentrok yang dilakukan aparat di Batam
merupakan cermin dari brutalisme bangsa negeri ini yang nggak bisa
mengendalikan emosi. Mulai dari demo BBM yang dilakukan mahasiswa di Makasar, tawuran
pelajar, tawuran warga, tawuran aparat hingga kisruh di DPR RI.
Siapa yang salah akibat semuanya ini ? nggak
ada yang salah..! Ada…! yaitu kostum
atau seragam yang mereka pergunakan. Seragam menjadi sumber masalah, meski pada
awalnya tujuannya baik yaitu untuk melatih disiplin, menjaga ketertiban dan sebagai
identitas. Namun dampak negatifnya adalah karena merasa komunitas dirinya lebih
hebat, maka kumpulan lainnya direndahkan, dianggap pesaing bahkan dianggap
musuhnya.
Sehingga
sekecil apapun pemasalahan bisa jadi
pemicu perselisihan. Apalagi di Batam jelas sumbernya yaitu persaingan
aparat yang menjadi beking pengusaha, baik usaha kecil (mengawal turis
Malaysia, turis Singapur yang berkunjung) maupun usaha besar (pengamanan ruko,
pabrik dan kantor).
Dalam tawuran dan bentrok ini, pelaku sudah
tidak memikirkan akbibat serta keadaan masyarakat atau orang yang berada
disekitarnya. Jika sampai memecahkan kaca mobil atau merusak bangunan serta
rumah yang ada, mereka tak pernah bertanggungjawab. Mereka membiarkan saja
dengan meninggalkannya seolah-olah itu bukan kesalahan mereka. Tak ada hukum
yang menghalangi, makanya tawuran atau bentrok secara berulang terjadi
dimana-mana.
Dalam demo BBM oleh mahasiswa di Makasar yang
ditayangkan TV swasta, jelas terlihat pelaku demontrasi merusak lampu pengatur
lalulintas. Kalau ditilik lebih jauh, apa salahnya lampu lalulintas tersebut,
apa korelasinya naiknya harga BBM dengan lampu lalulintas? Kan nggak ada…!
Kenapa kok lampu lalulintas dirusak..! Mereka mahasiswa yang katanya intelek,
tapi karena sudah diselimuti oleh emosi makanya dunia ini menjadi gelap, yang
kelihatan hanya nafsu setan untuk merusak dan menyakiti.
Begitu juga dengan yang di Batam, Wakil
Gubernur Kepulauan Riau, Komandan Kodim, Danrem, Polda Kepri sedang berikrar
damai di Mako Brimob Kepri. Tetapi mereka diserbu oleh paskuan antah berantah
yang dilengkapi senjata api, walau senjatanya ditembakan ke udara namun suasana
chaos yang ditimbulkan tentu membuat ketegangan masyarakat sipil yang berada
disekitarnya. Meraka sudah hilang akal, nggak memperhitungkan akibat dan kerugian
yang akan timbul.
Termasuk pergulatan kekuatan yang ada di
DPR-RI saat ini Antara KMP dan KIH, itu juga mempertunjukan kepada kita bahwa orang-orang
yang terpilih menjadi wakil rakyat tengah dikuasai emosi. Apalagi sampai
menjatuhkan meja rapat dengan cara mendorong, itu berarti kebrutalan yang sudah
tak dapat ditolerir lagi. Wakil rakyat yang seharusnya memberikan teladan malah
memberikan contoh yang tidak baik.
Dari kejadian kejadian tersebut, maka
tercerminlah bahwa bangsa Indonesia sedang dibanjiri emosi. Mulai dari level
anak sekolah, mahasiswa sampai aparat. Entah bersumber dari mana emosi ini,
apakah dari keluarga, sekolah, komunitas atau dari seragam yang digunakan.
Karena semuanya mempunyai semangat esprit de corps, sehingga mereka merasa
dirinyalah yang terbaik yang boleh berkuasa dan melakukan kebrutalan atas
siapapun.
Hati-hati jangan sampai kebrutalan ini
dimanfaatkan oleh pihak lain yang menginginkan Indonesia terpecah, seperti di
Mesir, Libia, Suriah, yang pada awalnya cuma dari perselisihan kecil. Makanya
kita harus pandai-pandai menahan emosi, walaupun sudah membara sebaiknya tetap
berkepala dingin agar suasana tetap damai.
Seandainya semangat ini disalurkan untuk
membangun Indonesia, maka pastilah bangsa ini akan menjadi sebuah bangsa yang
amat disegani. Dapat menyatukan sumberdaya alam yang melimpah, dengan sumber
daya manusia yang brilian serta keberanian dalam memperjuangkan kebenaran dan
hak-haknya. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar