Kita meyakini satu kebenaran bahwa selalu ada
hikmah dalam setiap masalah yang kita hadapi dalam hidup ini. Dengan demikian
ketika ada masalah atau hal yang menyusahkan datang dalam hidup, sejatinya kita
menyiapkan diri untuk bersuka-cita memetik bunga-bunga hikmah yang ada.
Sepanjang hidup dan tak mengenal musim pasti ada buah hikmah yang dapat kita
petik.
Tetapi kita lebih memilih untuk terjebak
dalam keluh-kesah dan sibuk menyalahkan situasi atau orang lain. Begitu banyak
energi yang terbuang untuk hal ini. Sejatinya kita tahu bahwa dengan mengeluh
pun tak akan menyelesaikan masalah.
Padahal sudah banyak pengalaman hidup telah
mengajarkan tentang kebenaran ini. Mengapa kita tidak belajar, sehingga menjadi
kepenuhan hidup dan terus bertumbuh?
Ketika kita sakit, tentu hal ini mengajarkan
kepada kita untuk hidup sehat dengan pola hidup dan asupan makanan yang
bergizi. Sederhana bukan? Tetapi ketika sudah sehat kita lalai dan tetap
merusak tubuh dengan meracuninya dengan makanan-makanan. Hikmah yang ada jadi
sia-sia.
Ketika kita sering berinteraksi dengan orang
yang cerewet dan menyebalkan, alih-alih kita ikut cerewet dan sebal, mestinya
kondisi ini dapat membuat kita belajar lebih sabar.
Begitulah pula ketika kita berada di jalan
raya yang semberawut, keadaan ini sejatinya tidak membuat kita terjebak dalam
kesemberawutan dan mudah emosi, tetapi menjadi lebih toleran dan sabar terhadap
pengguna jalan yang lain.
Saya menuliskan hal ini karena baru saja
mengalami pengalaman yang memberikan pengajaran akan hikmat ini. Dimana keadaan
yang awalnya membuat saya susah hati dan harus berkeluh, pada akhirnya mendapat
hikmah dan manfaatnya.
Karena ada renovasi kantor di tempat kerja,
sehingga jalan yang biasa dilalui harus dibongkar. Tentu keadaan ini membuat
tidak nyaman. Terutama bagi saya yang harus naik tangga karena ruang kerja
berada di lantai 3.
Kondisi ini membuat jadi malas kemana-mana
untuk makan siang dan terpaksa makan seadanya. Lalu saya hanya memilih merebus sayuran
yang gampang mateng seperti sawi ijo dan kangkung. Yang tanpa saya sadari
sebelumnya keadaan ini justru membuat tubuh lebih nyaman. Berat badan turun
dengan signifikan. Terbukti dari celana-celana jadi kedodoran.
Wow luar biasa. Padahal selama ini mau
menurunkan berat badan itu susahnya minta ampun. Nafsu makan sulit
dikendalikan. Namun dalam keadaan sekarang selain makan menu yang sehat dengan
makanan yang serba rebus jatah makan pun cuma dua kali sehari.
Begitulah keadaan yang awalnya bikin sebal
dan tidak nyaman justru menciptakan rasa nyaman pada kesehatan tubuh. Awalnya
bikin cemberut sekarang jadi tersenyum karena berat badan mulai berkurang.
Ngomong-ngomong berat badan memang berkurang,
tapi bagaimana dengan celana-celana yang tak bisa dipakai lagi? Wah, mesti beli
celana baru lagi dong? Lah, ujung-ujungnya kok mengeluh? Dasar!(Katedra rajawen)