Alhamdulilah…. Setelah dirawat selama 10 hari
di Rumah Sakit PGI Cikini berkat dikabulkankannya do’a dari teman-teman dan
melakukan beberapa kali proses hemodialisa-HD (cuci darah), kini aku segar
bugar dan bisa lagi aktif menjalankan tugas rutin dikantor.
Subhanalloh… Aku senang sekali makanya kutulis postingan
ini, untuk menyampaikan berita baik pada rekan-rekan semua, bahwa jika Allah
SWT sudah berkehendak walaupun ada gangguan penyakit yang dianggap berat,
insyaallah bisa menjadi lebih baik jika kita berusaha dan bedoa.
Awalnya pada tahun 2011 ketika dokter
mengatakan bahwa saat itu creatinineku yang ada dalam darah sudah mencapai 2.7.
Yang berarti bahwa sudah ada sedikit gangguan pada fungsi ginjalku. Jadi aku disarankan
untuk berhati-hati dan menjaga agar hanya memakan makanan yang sehat, dan
menghindari komsumsi suplemen makanan atau vitamin. Karena makan tersebut hanya
membebani kerja ginjal.
Lima tahun berlalu, apa yang disampaikan
dokter kurang kuperhatikan sehingga pada bulan Februari 2016, aku merasakan
tubuh lemas tak bertenaga, nggak nafsu makan, mual, sering batuk, pusing, cegukan, jalan kaki hanya 100 meter
saja nafasku tersengal-sengal, dada terasa sesak, badan dingin sekali padahal
diruangan yang tidak ber- AC.
Sehingga akhirnya pada hari Rabu tanggal 10
Feberuari 2016 pagi, aku merasa capek dan letih sehabis memarkirkan motorku di
halaman kantor. Badan lemas sekali kemudian aku berjalan ke poliklinik BI Kebun
Sirih dan minta tolong ketenaga medis yang ada saat itu. Setelah ditangani
dokter dan memeriksa kondisi serta darahku, dokter berkesimpulan bahwa aku
harus dirujuk ke rumah sakit untuk dirawat, karena creatinine pada darahku
mencapai angka 14, yang berarti sudah dalam kondidi berbahaya.
Aku pasrah pada keputusan dokter, kalau itu
memang jalan terbaik untuk kesehatanku aku menurut saja, lalu aku diusung
ambulan YKKBI ke RS PGI Cikini-Jakarta. Setiba dirumah sakit, setelah dicek
kembali kondisiku kemudian aku dioperasi untuk memasang doble lumen, alat bantu yang terhubung dengan aliran darah dibahu
sebelah kanan. Alat ini dipasang untuk sementara saja kurang lebih dipakai
hanya tiga bulan, setelah tiga bulan tugasnya akan diganti dengan Cimino. Yaitu alat penyatuan pembuluh
darah arteri dengan pembuluh darah vena, dipergelangan tangan kiriku. Alat ini
merupakan akses permanen untuk HD, tanga kiriku pun nggak boleh banyak
dipergunaan untuk membawa beban, jadi aku harus menjaganya dengan hati-hati,
baik dirumah maupun dimana saja berada. Oh
my God… Penyakit ini sebelumnya tak
pernah terlintas dibenakku.
Malam harinya aku menjalankan hemodialisa-HD
yang pertama kali, yaitu darah dalam tubuhku ditransfer ke mesin dialysis. Mesin
ini yang akan meyaring limbah ataupun racun yang selama ini telah membuatku
mengalami hal yang menggangu kesehatan. Darah disaring oleh mesin tersebut dan
dikembalikan lagi kedalam tubuh, waktu pelaksanaannya kira-kira empat jam. Prinsipnya darah yang kotor dikeluarkan dan
dimasukan lagi ketubuh jika sudah bersih, yang dikerjakan secara bertahap,
tetes demi tetes hingga tidak bersisa kotorannya.
Jika dalam keadaan normal sebetulnya prsoses
ini dilakukan oleh ginjal, namun karena fungsi ginjalku menurun tak sesuai lagi
dengan rancangan yang Tuhan ciptakan, maka mesin HD yang menggantikan pekerjaan
ini. Selain itu aku harus menjalani diet ketat, minum secukupnya nggak boleh
berlebihan maksimal hanya 600 ml sehari atau sebotol air mineral yang kecil.
Makanan yang harus dihindari adalah
kacang-kacangan termasuk tahu tempe, susu, keju, sayur-sayuran, pete,
jengkol, ketan, buah-buahan.
Seminggu dua kali setiap hari Selasa dan
Jum’at dalam beberapa jam aku harus terkurung dalam ruangan yang serba putih,
diiringi irama detak-detak jarum jam dinding yang terpasang di dinding. Didampingi
istriku serta ditemani oleh perawat yang selalu siap membantu setiap waktu, kehidupanku
tergantung pada mensin HD. Hemapo
(erythropoetin) adalah obat injeksi agar hemoglobin darahku normal menjadi
sahabat karibku sekarang.
Jadwal HD harus kupatuhi benar-benar, sebab
mesin itulah yang dapat menjaga kondisi tubuhku tetap fit dan stabil. Makanan
pun harus kuperhatikan kualitasnya, sebab dari asupan makan dengan protein
tinggi kadar albumin didalam darah terkendali. Kalau minum sudah pasti dibatasi
sesuai anjuran dokter guna mencegah overload
atau penumpukan cairan di tubuh, terutama di paru-paru yang bisa menimbulkan
sesak nafas.
Yang sangat membahagiakan bahwa selama HD ini
berlangsung, biaya yang dikeluaran sangat tinggi namun BI telah memberi jaminan
akan menanggung seluruh biaya yang timbul. Aku hanya akan melalui hari-hari baru dengan
derita sakit yang orang lain tak perlu mengetahuinya, walau kadang
tulang-tulangku tersa ngilu mengganggu terutama saat menjelang tidur. Jika
sudah menjelang subuh aku harus memaksakan diri untuk segera bangun bersyukur
pada Allah SWT, serta harus mempersiapkan diri untuk berangkat kerja. Rasa
tidak nyaman dalam tubuhku dapat kuatasi dengan selalu berusaha untuk tidak
mengeluh, aku belajar memahami kondisi tubuhku dan perubahan-perubahan yang
terjadi sehingga tidak selalu memerlukan pengobatan dari dokter kecuali
terpaksa.
Satu atau dua minggu pertama merupakan tahap
proses penyesuaian dalam diriku, begitu juga terhadap interaksi dengan
lingkungan dikantor. Kadang aku merasa rendah diri karena menderita sakit ini,
walaupun hal tersebut dapat kututupi seakan-akan selalu terlihat tegar
dihadapan orang lain. Sebab orang lain melihat dari luar secara fisik
kelihatannya aku baik-baik saja, mungkin teman-teman yang belum tahu
penyakitku, mereka tidak percaya kalau aku adalah seorang pasien yang hidup
dengan menjalani cuci darah. Aju tidak ingin ada orang yang merasa iba, aku
ingin mereka memandangku biasa saja, sehingga memberikan keleluasan bagiku
untuk berinteraksi.
Dalam kondisi seperti ini aku nggak akan
menyerah, harus harus tetap masuk untuk bekerja, aku harus tetap berkarya. Aku
sadar bahwa gagal ginjal bukan akhir dari segalanya, proses HD ini bukan untuk
menyembuhkan dan mengobati ginjalku yang berkurang fungsinya, tapi hanya untuk
memperpanjang hidup, cuci darah ini dilakukan untuk memberi harapan padaku agar
mempunyai semangat dan melakukan aktifitas. Saat ini proses HD kujalani dua
kali dalam seminggu, walau dalam kondisi yang seperti ini aku tetap optimis
dapat melaksanakan tugas rutin dikantor dengan baik, aku harus terus semangat,
tegar dan tawakal agar semua yang menjadi beban dan tanggungjawabku dalam hidup
ini tercapai.