Kutulis surat ini ketika matahari Fajar di
Indonesia sudah tinggi, aku yakin di tempatmu sekarang berada suasana masih
gelap karena baru saja azan subuh berkumandang. Sebab di Qatar dan Indonesia
selisih waktunya sangat banyak sekitar 4 jam, namun aku merasa senang sekali
karena rasa kangen ini dapat kutumpahkan melalui do’a yang kupanjatkan saat
melakukan shalat dhuha pagi ini.
Seperti saat kepergianmu di Bandara Soekarna
Hatta beberapa waktu yang lalu, pesanku jadilah seorang ksatria selama
diperantauan, janganlah kejahatan dibalas kejahatan itu berarti dendam. Jika
kebaikan kamu balas dengan kebaikan itu adalah perkara biasa, jika kebaikan
dibalas kejahatan itu adalah zalim, tapi jika kejahatan dibalas kebaikan itu
adalah mulia dan terpuji.
Anakku… sejak kecil hingga dalam pengembaraan
dan perjalanan karirmu sudah kutanamkan bahwa setia kawan sangatlah penting,
sebab setia kawan adalah bentuk perbuatan positif dalam kehidupan bermasyarakat
sehinga terbentuk gotong royong dan rasa toleransi. Akan tetapi berhati-hatilah
karena setia kawan yang salah akan merusak tatatanan budaya, ekonomi, keamanan,
hukum, dan politik. Apalagi keadaan di negara yang engkau diami saat ini sangat
berbeda sekali dengan daerah asalmu, sehingga kamu harus waspada dengan trick dan intrik yang mengarah pada
pergaulan negatif.
Mungkin dalam perpolitikan dapat kita jumpai
setia kawan karena kepentingan, tak peduli kepentingan tersebut benar atau
salah, bagi mereka adalah keuntungan. Pemandangan seperti ini dapat kita lihat
secara kasat mata ketika perjuangan rakyat Syuriah dan Irak didukung oleh
orang-orang yang tak faham agama, sehingga mereka membabi buta memerangi orang
baik-baik dan membunuh masyarakat tak berdosa, dengan alibi abal-abal tak
sesuai dengan ajaran kebaikan.
Seperti apa setia kawan yang benar…? Yaitu
setia kepada teman, kelompok, saudara, organisasi, institusi, negara
bangsa dan mahluk tuhan. Beritahu kalau
temanmu itu salah itu namanya setia…! Carut marut negeri ini karena perilaku
setia kawan yang salah, entah sampai kapan ini akan berakhir….
Anakku…. Pergi merantau bukanlah pilihan yang
luar biasa, sebab disana banyak orang Indonesia melakukan hal yang sama
denganmu, lantaran berharap gaji yang tinggi dan kehidupan lebih baik. Padahal
tanah perantauan belum tentu memberikan rasa nyaman, namun bukankah kesuksesan selalu bermula dari
keraguan dan ketidaknyamanan. Selama ini keluarga dirumah dan orangtua selalu
membuatmu merasa cukup, tapi hidup adalah perjalanan untuk menjadi lebih dari
cukup, apalagi kamu terlahir sebagai seorang anak lelaki yang kelak menjadi kepala
rumah tangga seperti aku.
Arungilah dunia ini anakku, jejakanlah
telapak kakimu dengan kuat, tancaplahkanlah kukumu dalam-dalam, dunia ini bagai
sebuah buku. Jika seseorang yang hanya diam dan berada di zona nyaman rumahnya,
berarti dia hanya khatam satu halaman saja. Momen perjalanan atau kesempatan menjelajah
tempat-tempat baru akan menempa pribadimu menjadi tegar, berbagai pengalaman
akan membuatmu menjadi kuat, sebab saat kamu berani meninggalkan kampung
halaman saja itu pertanda engkau sedang merintis menjadi laki- laki yang
tangguh. Banyak hal yang harus dipikirkan, berbagai tantangan pun sudah menanti
untuk dihadapi, dan keputusan inilah yang bisa mengubah hidupmu, membuat
berbagai perubahan disetiap sisi kehidupan.
Kamu meninggalkan zona nyaman demi menggapai
kesuksesan, meski tak ada lagi orangtua yang selalu mengawasi kegiatanmu
sehari-hari, aku yakin kamu justru tak mau bertindak seenaknya. Diusiamu yang telah aku anggap dewasa, kamu
mengerti bahwa yang kamu lakukan harus bisa dipertanggungjawabkan, walau
tinggal sendiri dan bebas melakukan apa saja, kamu akan memilih mana yang
pantas dan baik untuk dilakukan serta menemukan apa yang sebenarnya jadi
panggilan hidupmu. Pertanyaan-pertanyaan ini akan terbayar lunas, terjawab
tuntas ketika kamu berani melangkahkan kaki jauh dari rumahmu, selamat berjuang
anakku, hiduplah dengan mandiri….. Semoga Allah SWT selalu meridhoi segala
kebaikanmu, amiiiiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar