Ceremony
graduation alias wisuda pastilah sangat
berarti bagi mahasiswa. Sebab prosesi wisuda menandakan tamatnya seseorang dari
bangku kuliah. Pastinya perkuliahan dilewati dengan susah payah, sebagaian
orang harus mengorbankan banyak hal termasuk masa muda untuk mendapatkan
kebanggaan dirinya, demi masa depannya.
Moment ini sangat kunanti-nantikan,
momen yang pada hari itu toga dipindahkan dari kiri kekanan. Momen semua rasa
menjadi satu antara tangis, tawa, haru, lebur menjadi kebahagiaan. Wisuda juga adalah
momen yang ditunggu para orangtua, setelah bertahun-tahun dihiasi dengan
pengorbanan dan do’a agar sang anak berhasil. Hari itu anak-anakku telah
berhasil mengukir senyum kebanggaan diwajah orangtuanya, membuat orang tuanya
merasa bahwa perjuangan mereka telah terbayarkan.
Saat mereka wisuda dengan
semangat yang tinggi aku menghadiri acaranya, sebab sebagai seorang ayah yang
ketiga anaknya telah menjadi sarjana, bahkan sebagai orang yang berkerja di Bank
Indonesia pada level bawah, aku sama sekali belum merasakan bagaimana rasanya
di wisuda. Karena sekolahku cuma lulus SMA, yang nggak ada acara wisudanya.
Makanya seumur hidup aku belum
ngerasain di wisuda, mungkin itulah yang aku rasakan sehingga mengapa anak
sekolah dasar bahkan sekolah taman kanak-kanak, juga mengadakan wisuda.
Kepada anak-anakku pernah kubilang bahwa pendidikan yang
membuat nasib berubah, pendidikan untuk kehidupan yang lebih baik. Wisuda
menjadi sarjana adalah awal perjuangan yang sebenarnya untuk menjadi manusia
yang berguna. Sebagai orang tua aku nggak pernah menuntut, selain meminta
kepada mereka untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik, sebab aku memahami
bahwa jika kita berusaha sungguh-sungguh pasti akan berhasil. Timbulkanlah
suasana kompetitif disegala bidang, agar kita selalu up to date.
Kini harapan dan amanah sudah dimulai, seorang sarjana tidak
boleh egois dalam kehidupan tetapi harus berkontribusi untuk negara dan bangsa,
bukan sekedar menjadi komentator peran negatif dan menyalahkan orang lain atas amburadul-nya
ekonomi dan keterpurukan negara ini, sarjana harus lebih mandiri. We all
different paths in live, but where we go we take a little bit of each other
everywhere.
Kini mereka tengah melanglang buana ke beberapa Negara yang
berbeda, Deni anakku yang pertama bekerja di PT Bank BNI Qatar, Timur Tengah.
Selesai mejalani kuliah S2-nya di Universitas Indonesia tahun 2015, melaksanakan
amanah yang harus disyukuri dan dijalani, tanggung jawab akademik harus segera
dipikul. Dia harus mencurahkan apa yang didapat saat kuliah untuk masa depannya
demi kemajuan bangsa dan Negara.
Aku juga berpesan padanya
agar jangan berpuas diri, selama tugas disana carilah ilmu untuk menambah
pengetahuan yang sudah ada, yang dapat mendukung kinerja. Yang lebih penting
lagi adalah jujur dan jaga integritas,
sebab orang yang pinter belum
tentu punya akhlak yang tinggi. Biarin
biasa-biasa aja yang penting anakku bermoral baik dan akhlakul kharimah, mulia,
dan shaleh. Lagian juga aku bilang ke Deny nanti kalau sudah kembali ke
Indonesia jadilah pegawai yang baik, berdedikasi, loyal dan berintegritas.
Sebab sekarang banyak sekali ppegawai yang ada diberbagai kantor kerjanya cuma
duduk-duduk, kalau ada waktu senggang main gaple, ngobrol yang nggak penting
dan main game di computer. Banyak sarjana yang nggak jujur dan nggak punya
integritas, banyak juga sarjana yang korupsi sebab waktu kuliah bapaknya
mungkin ngebiayain anaknya pake uang
yang nggak halal.
Seli anakku yang kedua sekarang bekerja di sebuah perusahaan
kecil di Houston, USA. Waktu masih di Indonesia dia bekerja di PT Buhler
Indonesia, karena Bahasa inggrisnya lancar dia sangat berminat bekerja di
perusahaan asing. Saat ini selain bekerja disana, kegiatan sehari-harinya
sebagai seorang perempuan dia mengurus rumahtangganya, yang bersuamikan warga
negara setempat.
Kupesankan padanya bahwa belajar diri menjadi kuat akan segala rintangan
yang terus berusaha mendera tanpa ingin berhenti. Walaupun sesak dan terseok
dalam langkah, dunia ini terus berputar tanpa pernah berhenti kecuali Dia telah
berkehendak. Seuntai doa yang terus menghiasi bibir yang terus berkelana
semakin membuat jiwa merasa semakin tegar atas segala ujian dan cobaan yang
selalu menghadang.
Keberadaan mereka saat ini sudah tak menimbulkan beban lagi bagiku yang
sekitar tiga tahun lagi akan menjalani MPP, mereka sudah bisa hidup mandiri.
Semoga ketiga anakku menjadi orang yang berguna, yang dapat memutus kemiskinan
dan kebodohan dalam keluarga. Sebab selama menyekolahkan mereka banyak sekali
jalan berliku dan perjuangan yang harus kujalani. Aku tak mau anak-anakku hanya
seperti bapaknya yang kurang mengenyam bangku pendidikan, aku ingin mereka maju
sebab untuk meyekolahkannya perlu perjuangan dengan berhemat, kegigihan dan
kasih sayang keluarga.
Terima kasih Tuhan atas segala pelajaran hidup yang
terus menari-nari dalam setiap detik kehidupan. Membuat segalanya menjadi nyata
dan terbuka, Engkaulah yang memberi segala tanpa seorangpun bisa menolak.
Karena aku tahu setiap yang Kau berikan adalah hal yang paling indah dan
terbaik dalam setiap hembusan nafas kehidupan. Sekarang hanya ucap syukur yang kupanjatkan, semoga anak-anakku bisa
menjalankan kehidupannya dengan baik dan mendapatkan ridho Allah SWT.
Mudah-mudahan fungsi dari kelima jari tangan mereka serta tegaknya kaki mereka
bermanfaat bagi agama dan bangsa ini serta mendapat barokah. Amiiiin ya Allah
ya Rabbal’alamiiiin,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar