Tahun 1996, temanku mengajukan pensiun dini
dari perusahaan perbankan swasta nasional yang ternama. Dia mempunyai keinginan
untuk mempunyai usaha sendiri. Usaha yang dia inginkan pada waktu itu adalah
mempunyai toko material bangunan.
Dengan modal uang hasil pesangon dari tempat
dia bekerja sebelumnya, dia mencoba merintis usaha tersebut selama 2 tahun.
Ketika terjadi krisis moneter di tambah dengan adanya kerusuhan di mana-mana
tahun 1998, usahanya bangkrut karena tokonya ikut terbakar. Hanya mobil kijang
yang dipergunakan untuk mengangkut barang-barang material saja yang masih
tersisa.
Selama 2 tahun dia menganggur, untuk
membiayai hidup keluarganya dia menyewakan mobil kijangnya kepada orang-orang
yang membutuhkannya, dan bisa dikatakan dia bekerja apa saja demi menghidupi
keluarga.
Pada pertengahan tahun 2000, dia mengambil
keputusan untuk menjual mobil kijangnya seharga 34 juta. Dia ingin memulai
usaha bengkel motor. Tetapi pihak keluarga menentangnya karena temanku itu dari
kecil sudah terkena penyakit lepra yang menyerang jari-jari tangannya. Ibunya
khawatir akan penyakitnya dengan pertimbangan bahwa kerja di kantor saja yang
tempatnya nyaman penyakitnya tidak sembuh walaupun sudah di bawa ke dokter
apalagi kerja sebagai montir yang pasti akan kotor, di tambah pengetahuan dia
tentang motor sangat minim sekali.
Tetapi dia bersikeras tetap untuk membuka
bengkel motor dengan mengontrak tempat di pinggir jalan raya seharga 8 juta
selama 5 tahun, sehingga sisa uangnya hanya 26 juta yang dia pergunakan sebagai
modal usahanya. Awalnya dia hanya menjual sparepart motor saja tanpa
memasangnya. Usahanya makin ramai akhirnya dia mempekerjakan satu orang montir.
Kadang dia juga ikut memperbaiki sepeda motor pelanggan yang datang ke
bengkelnya.
Saat ini dia telah mempunyai 2 cabang bengkel
motor yang sangat ramai, dan yang lebih mengherankan lagi sejak dia menjadi
montir penyakit pada jari-jari tangannya sembuh, karena tiap hari selalu
terkena oli motor yang apabila terkena orang normal akan terasa panas, tapi
terkena tangannya terasa sejuk. Dia sangat mensyukuri atas anugrah yang Allah
berikannya kepadanya, bukan hanya rejeki berupa materi tapi juga kesembuhan
penyakitnya.(Bambang Setiawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar