Jumat, 22 Mei 2015

Candi Borobudur Singgasana Para Dewa

Candi Borobudur merupakan bangunan yang mencerminkan seni masyarakat penganut agama Budha. Ini terlihat dari segala ornament yang ada dikekitar dinding, menggambarkan cerita-cerita yang ada pada cerita Mahabarata dan Ramayana. Bagunan candi ini memiliki empat titik masuk, yang saling berhubungan satu sama lain. Sehingga eksterior maupun interiornya adalah merupakan cerita diorama yang saling berkaitan, untuk menuju nirwana.



Candi Borobudur merupakan bangunan yang impresif dan kokoh, sejatinya adalah sebuah singgasana seorang Dewa. Bentuk dari stupa yg melingkar tingkatan teratas diartikan sebuah putik pada mahkota bunga teratai.        Candi ini menyimpan berbagai pertanyaan yang belum terjawab hingga kini, walau didirikannya sejak tahun 800-an masehi oleh pemerintahan Wangsa Syailendra, dengan struktur dasar punden ber-undak.



Berbagi jenis patung ada disekitar bangunan candi yang terletak di 432 area, antara lain : Bhumi Sparsa Mudra yaitu patung lambang kehidupan di bumi, Vara Mudra patung dewa yang memberi sedekah atau rejeki, Dhyana Mudra patung yang menggambarkan manusia yang sedang bermeditasi,  Abhaya Mudra patung yang melambangkan keberanian, Vitarka Mudra patung kebajikan dan Dharma Chakra Mudra sebagai patung yang menjalankan peraturan atau undang-undang.



Banyak yang berspekulasi hingga menganggapnya sebagai suatu misteri hingga masuk ke wilayah mistis. Bangsa kita memang suka dengan hal-hal yang berbau misteri yang mistis. Penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan justru mengarah pada suatu temuan bahwa candi atau kuil ini dibangun dengan cara yang pintar. Jauh dari unsur mistis. Cerita demi cerita setuap pengunjung  akan menguak tabir misteri cara membangun candi ini.



Disalah satu diorama-nya terdapat gambar sebuah perahu yang sedang mengarungi lautan, dari hasil penelitian Philip Beale seorang berkebangsaan Inggris yang meneliti tentang perahu di tahun 1982. Menyampaikan bahwa dulu pada jamannya perahu itu digunakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia, untuk mengarungi lautan sampai ke Benua Afrika dan Kepulauan Madagascar untuk mengangkut kayu manis.



Candi Borobudur memiliki design arsitektur yang menawan. Batu yang terpasang pada candi, dalam jumlah cukup besar berupa relief dan arca yang menghiasi hampir seluruh permukaan candi. Ini berarti candi borobudur bisa dikatakan sebagai bangunan seni dan arsitektur yang terbesar.  Mungkin karena alasan arsitektur dan seni inilah yang membuat pelaksanaan candi berjalan dalam waktu yang lama, jadi bukan karena kesulitan mengangkat batu dengan cara yang primitif.



Batuan digunakan sebagai pembentuk candi dan sebagai media relief dan arca candi. Setiap batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat. Batu-batu ini hanya disambung berdasarkan pola dan ditumpuk. Tumpukan batu yang tanpa disemen tak bisa lepas, karena sambungan tumpukan batu tersebut ada pola penyusunanya. Disinilah keunggulan dari konstruksi awal candi yang membuatnya tetap bertahan ribuan tahun. Para pendahulu kita telah merancang pola tumpukan batu sedemikian rupa dengan teknik penguncian. Batu-batu dibentuk agar dapat terkunci satu sama lain.



Yang paling menarik di bagian atas lantai dua candi terdapat Rupadhatu yang menceritakan menceritakan kehidupan Buddha Gautama. Ini disebut relief Lalitavistara cerita ini merupakan biografi Buddha Gautama. Dilahirkan dengan nama Pangeran Siddharta di Lumbini Gardel (Nepal), nama ibunya adalah Maya Dewi, dia meninggal seminggu setelah Pangeran Siddharta lahir.



Setelah dewasa, Sidharta menikah dengan putri Gopa. Dalam perjalanannya di luar istana, Siddharta menemukan beberapa peristiwa yang belum pernah ia saksikan. Antara lain peristiwa orang tua yang jatuh sakit, lalu mati. Sehabis ia menyaksikan peristiwa ini, Siddharta meninggalkan istana dan mulai menjadi pertapa (Wanaprasta). Ia menjadi murid dari beberapa guru yang paling menonjol, yaitu Bramapani, Rydraka, Arada Kapala dan lima pertapa yang terkenal. Pelajaran dari beberapa gurunya tersebut tidak memuaskan dirinya. Akhirnya Siddharta berlatih asketisme di bawah pohon bodhi di Bodh-Gaya-Town India, disana ia memperoleh pengetahuan yang luas. Lalu setelah itu Siddharta mengubah namanya menjadi “Gautama Buddha”

Hal yang paling banyak kurang bagus mengenai Candi Borobudur adalah banyaknya kepala patung yang hilang dan kebersihannya. Banyak sampah yang menggunung di luar pagar candi, toliet yang gelap dan kotor. Hal tersebut tentu saja mendapat nilai minus dimata wisatawan, apalagi Candi Borobudur adalah tempat wisata bertaraf internasional.



Berwisata tanpa belanja souvenir kurang afdol. Setelah turun dan akan kembali ke kendaraan diparkir, kita akan melewati deretan pedagang souvenir menarik dari mulai baju batik, pernak-pernih, miniatur stupa, kaos, baju sampai cobek batu asli. Dalam berbelanja kita harus pandai-pandai menawar agar barang yang dibeli nggak kemahalan. Selain itu juga ketelitian dalam memilih kualitas barang yang dibeli sangat penting. Sebab barang disini hampir semuanya murah, sehingga kulitasnya bisa dibayangkan sendiri. Jika tak ingin membeli survenir nggak usah berhubungan dengan dengan pedagang asongan, karena mereka akan mendesak kita agar membeli dagangannya.

Menikmati keindahan Candi Borobudur terasa kurang bebas dan puas jika kesana pada saat musim liburan, karena candi akan dipenuhi pengunjung. Apalagi ditambah hawa panas sengatan matahari saat siang, jika hari sudah sore segera saja petugas memberitahukan bahwa kunjungan ke candi akan ditutup pukul 17, sehingga bagi wisatawan nggak bisa menikmati sunset dipuncak candi. JIka berkunjung ke Candi Borobudur sebaiknya jangan saat musim liburan, agar kita puas menikmati dan merasakan hembusan udara sejuk dipagi hari.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar