Rabu, 27 Mei 2015

Dawet Batok

Ada sesuatu yang sedikit agak nyeleneh ketika berkunjung ke Stadion Wilis di Kota Madiun, yaitu pedagang cemilan yang menyajikan minuman cendol dengan batok kelapa. Kalau biasanya minum es dan sejenisnya menggunakan gelas, disini penjualnya menggunakan batok kelapa sebagai sarananya.  Makanya disebut “Dawet Batok”.



Didaerah lain minuman sejenis yang disediakan menggunakan gelas atau mangkok kecil antara lain : Es Dawet Ketan dari Semarang, Es Dawet Kemangi dari Ngawi, Es Dawet Ayu dari Banjarnegara, Es Cendol Elizabet dari Bandung, Es Pisang Ijo dari Sulawesi Selatan, Es Cincau dan Es Teler serta Es Selendang Mayang dari Jakarta, Es Dawet Ireng dari Purworejo, Es Air Mata Pengantin dan Es Durian dari Padang dll.



Rasanya hampir sama dengan dawet lainnya, tapi dawet batok kelapa disajikan dengan kombinasi cendol tepung beras dan tape ketan hitam, sehingga rasa manis dan asam bercampur menimbulkan selera tersendiri. Rasa manis yang timbul dari cendol ini berasal dari gula merah, bukan sirop atau gula putih, makanya sensasi manisnya jadi agak smooth.



Kebanyakan penjaja dawet batok kelapa adalah pedagang kakilima, sehingga mudah untuk menemukannya di berbagai penjuru kota Madiun. Harga perporsinya pun sangat minimalis yaitu Rp 3.000, sehingga kalangan masyarakat kelas manapun dapat menjangkaunya.




Walau minuman ini belum setenar minuman lainnya, pasti suatu saat akan tampil didepan dan menjadi  minuman yang digemari masyarakat, sebab selain rasa dawet yang enak tape ketan hitamnya bikin badan jadi suegerrrrrrr. Rasanya memanjakan dahaga membuat orang menikmati es cendol ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar