Ngomongin soal kuliner nggak ada habisnya di
Yogyakarta. Buat sahabat yang lagi keluyuran di Yogya, bila hari hujan atau
sudah malam jangan lupa seruput dan nikmati minuman “wedang ronde”. Minuman
yang satu ini taste-nya hangat, karena
dibuatnya dari air gula merah atau gula putih yang diberi jahe dicampur dengan cengkeh, serai, serbuk kayu
manis dan beberapa penganan kecil yaitu : ronde atau mochi, kolang-kaling,
kacang tanah yang disangrai, potongan roti tawar.
Jika diminum rasanya segeeeer, rondenya kenyal
memuaskan lidah, badan kayak dapet asupan energy
baru dan rileks, buat nenangin pikiran asyik juga.
Kenapa sih kok namanya pake ronde segala,
padahal kan nggak ada hubungannya dengan tinju?. Yang bikin namanya pakai ronde
adalah karena mochi atau moaci yaitu kue
yang sebenarnya merupakan kuliner masyarakat tionghoa yang telah
diadaptasi masyarakat jawa. Terbuat dari tepung ketan diisi kacang tanah yang
dihaluskan, dibentuk bulat-bulat seperti onde-onde, adonannya nggak keras tapi
kenyal, makanya disebut ronde.
Minuman ini dihidangkan saat masih hangat
atau panas seperti kopi, so disebut juga minuman pergaulan, sambil nyeruput sedikit ngalor
ngidul ngobrol dengan teman-teman tentang pekerjaan, tentang masa sekolah. Bahkan
saat ini wedang ronde sering disajikan pada saat perayaan wedding atau acara resmi lainnya. Kalau dulu warna ronde berwarna
putih karena terbuat dari ketan, sekarang sudah bervariasi terkena akulturasi
budaya, ada merah, putih, hijau dan lain lain sesuka hati yang mempunya resepsi
dengan makna warna tersendiri.
Ingin menikmati wedang ronde di Yogya nggak
susah, dimana-mana disudut kota ada
termasuk yang di kakilima. Wedang ronde murah dan banyak manfaatnya, harganya terjangkau
bila membelinya dipinggir jalan yang dijual oleh pedagang keliling, namun bila
kita membelinya di resto atau rumah makan pasti harganya mahal karena disajikan
secara mewah, walaupun nggak ada
perbedaan mencolok antara rasa dan isinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar