Kesuksesan seseorang nggak lepas dari jalan
terjal yang pernah dialami dalam hidupnya. Dan setiap orang tentu punya cerita
berbeda terhadap apa yang dialaminya.
Seorang
sahabat yang kini sukses menjadi entrepreneur menceritakan kepadaku jatah susahnya dahulu
sebelum sampai ke titik saat ini. “Dulu setiap menceritakan impian saya, rasa
pesimis bahkan hinaan selalu saya terima. Dan itu hampir saya dapati setiap
bertemu dengan orang yang saya kenal”.
Beragam kata
dan ungkapan bermunculan seperti, ngaca
dulu kamu itu siapa, bondomu iku lho piro, dasar anake wong ra ndue ae macak
pengen dadi bos (dasar anak orang tidak punya, bergaya mau
jadi bos). “Kata-kata itu yang selalu jadi stempelku,” ujar pria yang tinggal
di Lumajang Jawa Timur tersebut.
Selain cemoohan dia juga merasakan banyak
teman-teman yang menjauh. “Saya dikucilkan mas,” tukasnya. Melihat situasi yang
memang tidak sejalan dengan apa yang diinginkan, dia terus memutar otak. “Saya
ganti teman, dan orang-orang yang tersisa saat itu hanyalah yang satu visi
dengan saya,” katanya.
Perlahan tapi pasti, prinsip tidak pernah
lelah belajar terus memberikan efek positif dalam hidupnya. “Prinsip saya kalau
mau bertahan ya harus rajin belajar,”. Belajar yang dia terapkan salah satunya
adalah mengikuti seminar dengan beragam tema. Mulai dari publik speaking,
marketing, financial dll. Menurutnya ada dua keuntungan yang didapat dengan
mengikuti seminar, yaitu mendapat ilmu dan mendapat relasi.
“Saya percaya dengan teori yang saya baca,
lima tahun ke depan adalah produk pikiran kita saat ini.”
Dan terbukti, bahkan tidak sampai lima tahun
kemudian, kerja keras itu berbuah manis. Usahanya kini kian menggurita. Belasan
karyawan dan omset 3,5 miliar perbulan dari beberapa toko elektronik, jabatan
konsultan di sebuah radio swasta hingga menjadi pembicara di seminar
pengembangan diri, sudah cukup membuktikan bahwa mimpinya di masa lalu bisa
diraih dengan kerja keras dan pantang menyerah.
“Menariknya, sekarang orang-orang berbalik
arah dan memberi support saya 100
persen,” katanya disaat aku menanyakan respon terhadap orang-orang yang dahulu
sempat pesimis terhadapnya. Dan dengan rendah hati dia mengaku tidak merasa
dendam karena sejak awal yakin mampu mewujudkan cita-citanya. “Kunci utamanya
mas, doa dan dukungan dari keluarga,” ujarnya mantab.
Stempel itu kini telah menjadi identitas
berharga. Kelapangan hati dan pantang menyerah telah membuat seseorang yang
kukenal beberapa tahun silam, sukses menjadi yang dia impikan. Teruslah
berkarya mas dan semoga keberkahan serta ridho Allah selalu menaungi dirimu dan
keluarga (Wisnu
Priyono).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar