Hari ini, 21 April
diperingati sebagai hari Kartini. Bagi kaum wanita hari ini dapat menjadi
momentum untuk kembali meneguhkan jati diri sebagai wanita sejati. Tak
dimungkiri bahwa eksistensi wanita pada masa penjajahan nyaris tak berdaya.
Kesehariannya hanya berkutat di dapur, sumur dan kasur. Kini realitas
menunjukkan kebalikannya. Banyak sudah wanita yang menikmati keberadaannya
sebagai makhluk yang memiliki kebebasan, harkat dan martabat seperti halnya
kaum lelaki. Boleh jadi itu salah satu bentuk keberhasilan dari perjuangan
Kartini masa silam.
Bagaimana dengan masa sekarang ?. Tentu karena dunianya sudah berbeda dan emansipasi wanita telah sama dengan kaum pria, sebagai simbol hasil perjuangan Kartini, maka keinginan kaum hawa harus equal dengan kaum adam.
Bagaimana dengan masa sekarang ?. Tentu karena dunianya sudah berbeda dan emansipasi wanita telah sama dengan kaum pria, sebagai simbol hasil perjuangan Kartini, maka keinginan kaum hawa harus equal dengan kaum adam.
Namun demikian sebagai kodrat wanita, seorang ibu
mempunyai anak. Anak, seperti hal-nya orang
dewasa, anak juga punya beragam alasan ketika memilih untuk punya Ibu yang
bagaimana. Setiap anak tentunya mengharapkan untuk selalu dekat dengan Ibunya,
karena Ibu adalah orang pertama yang bersentuhan dengannya secara lahir dan
bathin. Idealnya, seorang Ibu adalah sosok terdekat yang selalu ada di
samping anak ketika anak membutuhkannya, dalam suasana suka maupun duka.
Seiring dengan bertambahnya usia sang anak, tentu saja dibutuhkan kualitas yang
lebih mendalam antara Ibu dan anak.
Dulu, ketika sang buah hati hadir ke
dunia melalui rahimnya, banyak sekali Ibu yang lalu memutuskan untuk rela
meninggalkan segala aktivitasnya di luar rumah, demi bisa mendampingi si kecil,
dan menikmati segala proses perkembangannya baik secara fisik dan mental. Dengan
segala keterbatasannya, seorang ibu akan bersungguh-sungguh untuk selalu
memberikan yang terbaik buat anaknya. Misalnya agar Ibu bisa memandikan dan
menyuapi anak, menyiapkan segala keperluan anak, bahkan juga mengantar-jemput
sendiri anaknya ke sekolah. Jika semua dilakukan dengan senang hati dan penuh
keikhlasan, tentunya tidak ada masalah.
Bagi ibu yang berbisnis atau bekerja
diluar rumah, lain lagi masalahnya, Ibu harus sekuat tenaga membagi diri, hati,
pikiran antara aktivitas di luar rumah dan membayangkan dirinya bercengkrama
dengan anak-anak di rumah. Kegiatan rutin di kantor senin sampai jumat jam 8
pagi sampai jam 5 sore tentunya sangat menyita energy, belum lagi jika pekerjaannya dilakukan dengan tingkat stress yang tinggi, beban target dari
atasan, ditambah keadaan kantor yang tidak kondusif, juga gaji yang tidak
sesuai dengan impian. Whuaaaa bekerja di luar tapi koq rasanya ngenes
bangettt?? Ketika sampai di rumah, sudah dihadang dengan berbagai macam
persoalan, anak-anak yang berantem, PR anak yang terbengkalai, sementara sang
pembantu di rumah nggak sesuai dengan sosok pembantu rumah tangga ideal seperti
yang sering kita lihat di sinetron tv, komplittt plit plittt.
Akibatnya, anak-lah tentu yang menjadi
sasaran empuk. Ketika suatu kali anak minta dimanja atau membuat sedikit
kesalahan, si Ibu wanita karir bisa saja berkata “Tolong lah Nak jangan rewel, ngerti ibu nggak
sih, ibu ni lagi banyak pekerjaan di kantor…!!!??#$%^!!!!”. Kalau anak boleh menjawab, maka dia akan
menjawab “Hhaaaa masalah di kantor?? kerjaan yang deadline?? peduli amat sama aku, nggak ada hubungannya lah…..!”
Sang ibu rumahtangga seringkali mungkin
bermimpi ingin menjadi ibu wanita karir, begitupun sebaliknya, Si Wanita Karir
seringkali mengkhayal betapa nikmatnya bercengkrama dengan anak-anak di rumah.
Seseorang seringkali mengira akan merasa nyaman di posisi orang lain.
Kalau ibarat pepatah “Rumput tetangga selalu nampak lebih hijau”. Kita
sering terpana melihat hijaunya rumput tetangga, dibandingkan menghijaukan
rumput sendiri.
Oleh karena itu, ayolah para Ibu, Bunda,
Mami, Mama, Umi, Emak, Simbok, atau apapun sebutannya, mari kita indahkan dunia
kita sendiri. Anak-anak tak peduli
dengan status Ibunya sebagai Ibu rumah tangga atau wanita bekerja, yang penting
Ibu tetap sediakan waktu buat anak, tak peduli sebentar, tapi harus mendalam
dan mesra, itulah yang disebut quality-time buat anak. Apalah artinya anak ada di
hadapan mata seharian penuh tetapi tangan Ibu selalu memegang sapu atau
setrika, atau yang lebih parah lagi selalu pegang HP atau BB-an always setiap waktu, huhuhuhuhuhu….
Hidup adalah pilihan kan Bunda, setiap
pilihan tentu ada resikonya. Nggak perlu setiap orang tau alasan apa di balik
setiap keputusan yang kita ambil. Timbang-timbanglah keuntungan dan kerugian
yang akan timbul. Tetaplah komit dengan segala pilihan, ini langkah kita, this is your life, sediakan
kedua telinga ini untuk lebih banyak mendengarkan isi hati anak, bukan
senantiasa sediakan kedua telinga untuk sibuk memikirkan tanggapan orang lain.
Oranglain hanya jadi penonton, begitupun dengan diri kita, yang seringkali
sangat menikmati menonton kehidupan orang lain, sibuk mengira-ngira kenapa
orang lain mengambil keputusan menjadi Ibu Rumah Tangga Sejati atau Wanita
Bekerja.
Sehingga sampai lupa meng-arrange langkah terbaik apa yang sebaiknya
saya ambil setelah menentukan sebuah pilihan. Yuuuukk ahh…. jadi Ibu terbaik
bagi setiap anak-anak kita, tampillah seoptimal mungkin sebagai pahlawannya,
buatlah tak ada ruang kemungkinan terbuka bagi si anak untuk bermimpi ingin
memiliki Ibu seperti Ibu temannya. Jika Bunda bisa memilih kalimat-kalimat
indah yang tepat dalam mengungkapkan alasan di balik pilihan Bunda, maka si
anak akan selalu merasa bahwa inilah Bunda idamannya, Ibu kebanggannya. Yakinkan padanya bahwa pilihan apapun yang
Bunda ambil, semua demi alasan dan kehidupan yang terbaik bagi sang buah hati.
Kebahagaiaan anak, adalah kebahagiaan sang
bunda, cintanya tak pernah pupus, kasih sayangnya tak pernah lekang,
perjuangannya tak pernah lelah, do’anya tak pernah henti dipanjatkan demi
kebahagiaan dan kesuksesan anak-anaknya. “Bunda sayang kamu Nak”, dengungkan
selalu kalimat terindah ini buatnya. Selamat hari Kartini, semoga bunda sehat
dan sukses selalu.(Bunda Shinta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar