Biadab! Maaf jika saya mengawali tulisan ini
dengan umpatan. Tapi, susah sekali menahan kalimat makian supaya tidak meluncur
keluar jika membaca kepedihan ribuan tenaga kerja Indonesia (TKI). Mereka, yang
memberi segepok devisa pada negara ini, ternyata diperlakukan sangat
semena-mena. Manfaatnya dinikmati banyak pihak, sementara nasibnya
ditelantarkan.
Mereka
dibiarkan mengarungi kehidupan yang sarat ancaman dan ketidakpastian. Sejak
proses recruitment sampai placement pun sudah sarat praktek pemerasan dan
juga penipuan dibanyak tempat. Di negeri orang, jangankan diperhatikan, orang
keberadaannya saja tidak diketahui oleh perwakilan RI. Nasib tragis mereka baru
terungkap saat ditulis media. Tak dibayar penuh, pemerasan dan pemalakan,
dipekerjakan tak sesuai perjanjian, diperkosa atau seperti yang terjadi
baru-baru ini, terancam hukuman mati.
Apa sumber penghasil devisa bagi negara ini
layak diperlakukan seperti itu? Kenapa pemerintah tak mengeluarkan lebih banyak
biaya untuk melindungi warga negaranya sendiri? Apa susahnya meningkatkan
anggaran demi kesejahteraan rakyatnya sendiri?
Bangsa ini harusnya malu pada moralitas
klub-klub sepak bola Eropa. Ingat bagaimana Inter Milan mendapatkan sebuah
musibah saat bintang mereka kala itu, Luiz Nazario Da Silva atau lebih dikenal
dengan nama Ronaldo mendapatkan cedera lutut parah yang membuatnya harus
istirahat panjang selama dua musim? Apakah Inter menelantarkannya? Salah! Inter
malah memberikan perawatan yang mewah pada bintang asal Brasil tersebut.
Hasilnya, Ronaldo tampil gemilang di piala dunia 2002 meski akhirnya setelah
itu dia memilih berkarier di Real Madrid.
Kebaikan hati klub sepak bola pun tak hanya
milik Inter semata. Ada cerita lain Aaron Ramsey di Arsenal, Peter Cech di
Chelsea, Stephan El Shaarawy di AC Milan, Jese Rodriguez di Real Madrid atau
Neven Subotic di Borussia Dortmund. Setiap pemain yang tetap diberikan
hak-haknya meski sedang terbelit masalah. Klub-klub tersebut tak pelit untuk
mengeluarkan banyak uang demi kepentingan para pemainnya, meski dalam konteks
bisnis berarti rugi miliaran juta dollar AS. Mereka semua sadar bahwa sepak
bola tak melulu soal bisnis. Ada juga tanggung jawab moral untuk memperhatikan
nasib para pemainnya dalam kondisi apa pun.
Jika sebuah klub sepak bola saja, yang notabene
adalah institusi bisnis, mau rugi untuk merawat para pemainnya, kenapa sebuah
negara, yang mempunyai kewajiban mengurusi seluruh warga negaranya, malah
membiarkan rakyatnya terlantar di negeri orang dengan alasan keterbatasan
dana??(Teguh Gumilang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar