Hari ini walaupun Jakarta
diguyur hujan agak lebat, karena sudah tekad untuk menjalin silaturahmi dengan
rekans eks Pegawai KPw Padang, kami tetap luruskan niat “taragak basuo”, sambil malapeh
salero makan siang bersama di Warung masakan Padang “Dibao Untuang”, yang terletak
di Jalan Wahid Hasyim Jakarta Pusat.
Kenapa kok pilih tempat ini,
karena dari berbagai isyu yang tersebar di warung ini cara melayaninya gaya
Pagaruyung Minang (Sumatera Barat). Semuanya disajikan by order, nggak seperti kebanyakan restoran Minang lain di mana
berbagai menu disajikan dengan gaya hidang atau menu langsung diletakan di
meja.
Warung ini bukanlah restoran
besar yang luas dan ber-AC. Tempat ini sebenarnya kecil buat ukuran restoran
Padang. Tapi menu dan makanan yang ada membuat layak dikunjungi, setiap kali timbul
hasrat hasrat untuk makan masakan Padang nan
padeh. Semua menu disini Padang banget…. Dan memang pangsa pasar Dibao
Untuang adalah kaum perantau Minang.
Oh ya… sambil makan kami
bercerita masa lalu sewaktu tinggal dikota Padang, tentang suka dan dukanya.
Kadang cerita itu membuat kami menjadi tertawa dan kadang juga jadi tegang
tatkala ingat kejadian-kejadian yang terkait dengan gempa bumi.
Berbagai menu tersedia di resto ini antara
lain : Sop buntut, gulai tamusu, ikan asam padeh, gulai ayam, gulai banak, ayam
balado, ikan balado, rendang, dendeng balado, ayam bakar, ikan bakar, sayur daun
singkong, gualai jengkol dan lain-lain masakan minang. Tapi menu spesial Dibao
Untuang sejak dulu adalah “Gulai Tunjang Padeh” yaitu urat daging sapi dan kaki
sapi dimasak dalam santan kental pedas, dan “Gulai Gajeboh” yaitu lemak dari
daging sapi bagian dada. Rasanya nendang, benar-benar nyamleng. Apalagi jika dikocok keluar sumsum dari dalam tulang
kakinya. Menu
masakan khas padang ini cukup langka. Nggak semua rumah makan padang
menyediakannya. Sangat nikmat, dan yang pasti berlemak. Untuk lebih aman dan
menjaga kesehatan, aku sarankan jangan sampai terhanyut dengan cita rasanya
yang bener bener mak nyuzzz.
Mohon maaf saking enaknya,
rasa dari gulai tunjang dan gazeboh ini sangat susah untuk dijelaskan. Yang
pasti sangat enak, aku berani jamin, gulai tunjang disini sangat berbeda dengan
gulai tunjang yang ada dirumah makan padang lain se Asia Pacifik. Sungguh luar
biasa....!
Setiap waktu makan siang,
resto ini dipenuhi dengan kaum pekerja penikmat selera tinggi. Walaupun diluar
hujan namun didalam resto hawanya panas karena tanpa AC, tapi kelihatan selera pengunjung
nggak meredupkan hasrat makannya.
Diakhir obrolan, kami-pun
berencana akan mengadakan acara seperti ini lagi dalam waktu dekat guna
menjalin silaturahmi lebih akrab. Tempatnya akan kami pilih kemudian agar acara
malapeh salero ini terus berlanjut.
Ondeh mandeeehhh... Ambo sandiri nan urang Padang (eh, ambo urang Muarolabuah, Solok Selatan) indak tau ado rumah makan nan sabana Padang. Iko batua-batua resep niniak moyang turun tamurun nampaknyo. Sia apak nan punyo rumah makan tu, uda Bagus? hehe...
BalasHapusSalam
Alris
Nan punyonyo ambo indak tau, tapi suasana disinan lah suasaa awak bana, cubolah singgah sakali waktu....
BalasHapus