Hampir setiap ada acara ramah tamah di
sekitar area Plaza Air Mancur di kantorku yang disediakan makanan, baik itu sarapan atau makan siang. Seperti yang
tadi pagi Tahun Barua-an. Banyak sekali
yang antri makanan diantara gubuk-gubuk
hidangan yang tersedia. Ada siomay, bakso, mie ayam, kikil lontong, ikap kakap
rica-rica, atau makanan berat lainnya,
termasuk digubuk jus buah dan kue-kue.
Pagi ini aku senang dan bahagia karena rekans
Pegawai yang mau makan, antri dengan tertib dan teratur. Nggak berdesak-desakan
seperti biasanya. Nggak tau apakah ini karena jumlah Pegawai berkurang coz
migrasi ke OJK, atau karena pembagian gubuk-gubuk makanan yang tersebar banyak
di Lobi Gedung MSP dan Gedung MRP, atau sudah timbul kesadaran untuk berlaku
baik.
Terakhir
pas perayaan HUT BI, miris aku melihatnya, begitulah pekik hatiku. Karena Pegawai yang datang
berbondong-bondong, mengantri makan. Jika tertib dan sopan sih nggak masalah, namun yang bikin hati nelongso ada pegawai yang antri makan sambil dia pegang piring berisi makanan dan
makan diantrian. Rasanya koq kurang elok dan nggak
sopan, sepertinya mereka
takut kehabisan, aji mumpung atau sorry,
kemaruk!. Padahal mereka sudah pasti berpendidikan tinggi,
berpenghasilan layak dan bisa menikmati itu semua dengan uangnya sendiri di luar, tidak perlu mempermalukan
dirinya sendiri untuk beberapa cuil makanan.
Barangkali berhubung berangkat dari rumah belum pada makan,
atau memang disiapkan perut kosong sebelum pergi ke acara, kita berlapar lapar
dahulu, berkenyang-kenyang kemudian. Nah kalau acara yang dihadirinya dan
prosesinya memakan waktu lama, bukankah perut tambah lapar? Sebab itu
antrian berdesakan, dorong-dorongan. Nyerobot antrian, berebutan sudah menjadi
hal lumrah di acara begini. Biarpun antriannya adalah bakso dan sop kikil
yang jika kesenggol dikit, bisa terguyur kuah panas, siapa peduli?. Sudah
elu-elu gue-gue kalau begini. Lha, beda beda tipis sama antrian
beras miskin, dan kaum dhuafa yang menerima zakat dibulan ramadhan.
Kalau cara berpakaian kerja di BI sudah ada buku panduannya, untuk makan belum. Tapi kita pasti sudah diajarin oleh orangtua kita untuk berlaku sopan, baik dalam berbicara, bersikap, makan, naik lift, menghormati yang lebih tua dll. Cobalah dipikir lagi, kita ini warga BI. Mestinya kita malu diri sedikit. Kan Pegawai BI yang organik dan kaum THOS bukan-lah orang orang berkeadaan khusus yang makan enak cuma setahun sekali di hari raya, atau yang hidup segan mati tak mau. Iya kan? Pantas dong, kalau kita beradab sedikit, dan mengantri dengan tertib? Malu juga deh dengan baju keren yang kita kenakan, intelek, terpelajar, kalau tak menunjukkan kelas sejati kita.
Aku
penasaran, apakah perilaku seperti ini sebenarnya ini memang naluri semua orang,
tanpa pandang bulu dan bangsa? Ataukah ini lebih kepada kecenderungan
budaya dan kebiasaan kita yang berubah di BI.
Kita warga BI seharusnya menjadi mahluk sosial yang bertanggung jawab
sosial tinggi, dan itu nggak sulit. Jika kita terbiasa menggunakan self-check. Tanya diri sendiri,
malukah kita saat antri makanan jika disamakan dengan antri raskin? Jika sampai
ada orang luar yang melihat, maukah kita menanggung malu akibat perbuatan yang
kurang beretika? Nggak kan..! Maka selayaknya kita tunjukkan jati
diri sebagai seorang berkelas dengan mendahulukan citra dan reputasi
Bank Indonesia selain kepentingan perut sendiri.
Mudah-mudahan kedepan prilaku tertib
ini akan terus berlanjut diberbagai acara termasuk acara di KPw, begitulah
semestinya perilaku warga BI. Dimanapun kita harus selalu tertib, makan
secukupnya, dan nikmati kepuasan batin menjadi seseorang yang sensitif dan
toleran terhadap orang lain. Percayalah, kita sendiri yang akan memetik
buah hikmahnya. So jika ada acara makan
seperti lagi ini mari kita antri dengan lebih
tertib dan sopan,
tunjukkan jika kita beretika dan berpendidikan.
Selamat Makan..!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar