Walaupun
Anggota Satuan Pengaman (Satpam) Bank Indonesia bukan petugas tenaga kesehatan.
Tetapi mengenal akan bagaimana cara memberikan Bantuan Hidup Dasar-BHD (Basic
Life Support-BLS) secara umum perlu dimiliki. Karena dengan pertolongan awal
dalam memberikan bantuan dasar ini akan bisa bermakna memberikan kehidupan
sebelum mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Keadaan-keadaan gagal nafas
(henti nafas) atau pun henti jantung yang dialami oleh penghuni gedung baik itu
Pegawai Organik, Pegawai Non Organik atau Stakeholders bisa juga terjadi
di sekitar kita dalam keadaan dan waktu yang tak terduga.
Oleh
karena itu pada hari Jum’at sd Minggu, tanggal 19 sd 21 April 2013 bertempat di
Hotel Amaris Bogor, Grup Pengamanan Bank Indonesia bekerja sama dengan PT. Yasa
Promedika Lentera menyelenggarakan pelatihan Bantuan Hidup Dasar bagi Satpam
Bank Indonesia Kantor Pusat. Pelatihan diikuti oleh 29 orang Peserta,
pelatihan ini merupakan pelatihan angkatan kedua. Angkatan pertama pelatihannya
dilakukan pada tahun 2011 yang lalu di Gedung Thamrin. Selama pelatihan
berlangsung peserta dibimbing langsung oleh dr. Poengki Dwi Poerwantoro Plast.
Surg. MM. yang sehari-hari bertugas di RS. Pusat Pertamina, sebagai ahli luka
bakar dan bedah plastik.
Semangat
dan antusias peserta sangat menonjol, hal ini dikarenakan materi pelatihan yang
sangat menunjang pelaksanaan tugas sehari-hari. Beberapa kejadian yang
memerlukan bantuan hidup dasar pernah terjadi di Bank Indonesia, hal ini
sebagai pemicu peserta untuk melaksanakannya dengan serius. Kejadian yang
pernah terjadi adalah ketika seorang tamu di Divisi Administrasi Logistik
(AdmL) mengalami gejala stroke, ketika sedang melakukan telepon
tiba-tiba yang bersangkutan jatuh. Selanjutnya salah seorang Pegawai GPam yang
telah mengikuti pelatihan BHD angkatan pertama memberikan pertolongan hingga
pada saat Tim Medis (dokter YKKBI) datang kondisinya dapat diatasi.
Begitu
pentingnya pelatihan bantuan hidup dasar, sebagai usaha yang dilakukan untuk
menjaga jalan nafas (airway) tetap terbuka, menunjang pernafasan dan
sirkulasi dan tanpa menggunakan alat-alat bantu. Usaha ini harus dimulai dengan
mengenali secara tepat keadaan tanda henti jantung atau henti nafas dan segera
memberikan bantuan sirkulasi dan ventilasi. Kejadian selanjutnya adalah ketika
salah seorang Anggota Satpam yang sedang bertugas di Menara Syafruddin
Prawiranegara, tiba-tiba jatuh dan pingsan. Saat terjatuh, petugas yang
berdampingan dengannya pada saat itu melihat dan mengecek bahwa ybs telah tidak
bernafas. Selanjutnya dilakukan proses bantuan hidup dasar dan pernafasan
buatan, akhirnya Satpam yang terjatuh dan pingsan dapat tertolong dengan baik,
dan selanjutnya ditindak lanjuti oleh dokter di poli klinik BI Kebun Sirih.
Dalam
sambutan pembukaan, Pimpinan Grup Pengamanan (Bapak Gufron Baehaki)
menyampaikan bahwa tujuan Bantuan Hidup Dasar ini adalah memberikan bantuan
dengan cepat mempertahankan pasok oksigen ke otak, jantung dan alat-alat vital
lainnya sambil menunggu pengobatan lanjutan. Pengalaman menunjukkan bahwa resusitasi
jantung paru akan berhasil terutama pada keadaan 'henti jantung' yang
disaksikan (witnessed) dimana resusitasi segera dilakukan oleh orang yang
berada di sekitar korban.
Bantuan
hidup dasar terdiri dari beberapa cara sederhana yang dapat membantu mempertahankan
hidup seseorang untuk sementara. Beberapa cara sederhana tersebut adalah bagaimana menguasai dan
membebaskan jalan nafas, bagaimana memberikan bantuan penafasan dan bagaimana
membantu mengalirkan darah ke tempat yang penting dalam tubuh korban, sehingga
pasokan oksigen ke otak terjaga untuk mencegah matinya sel otak. Penilaian dan
perawatan yang dilakukan pada bantuan hidup dasar sangat penting guna
melanjutkan ketahapan selanjutnya. Hal ini harus dilakukan secara
cermat dan terus menerus termasuk terhadap tanggapan korban pada proses
pertolongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar