Siapakah orang pertama yang anda
temui ketika anda mengunjungi suatu lembaga? jawabnya pasti Satuan Pengamanan.
Tentunya sebagai orang yang berada di garda depan, seorang Satpam harus
memberikan kesan yang baik, yang mencerminkan institusinya. Satpam harus bisa memperlakukan
tamu sebagai relasi lembaga dengan dasar pemahaman preseance ( kedudukan
) yang tertuang dalam undang undang No 9 tahun 2010 tentang keprotokolan
negara.
Keamanan suatu institusi
merupakan hal yang utama, tidak ada organisasi tanpa petugas pengamanan, karena
pengamanan selalu berada di depan. Di situlah titik krusial suatu lembaga yang
harus diperhatikan. Oleh karenanya Satuan Pengamanan berperan penting, karena
cerminan dan citra lembaga berada ditangannya. Begitulah awal sambutan Bu Nana
(Direktur Eksekutif DLP), ketika membuka Pelatihan Keprotokolan bagi Satpam
Bank Indonesia Kantor Pusat, dengan tema” Aspek Keprotokolan dalam Fungsi dan
Tugas Pengamanan” di Bandung, tanggal 11-13 Februari 2011.
Pelatihan diadakan dengan tujuan membentuk Satpam
yang professional guna menghasilkan Satpam yang kompeten, mengoptimalkan Satpam
yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang mumpuni. Dalam
pelatihan diharapkan semua peserta fokus karena tuntutan kompetensi dan
integritas yang memadai terhadap Satuan Pengamanan sangat penting menjadi
pertimbangan, seperti intelektualitas dalam berkomunikasi dan penampilan yang
beretika dalam meningkatkan pelayanan, karena hal ini akan bermuara terhadap
citra Bank Indonesia.
Sebagai cerminan
suatu lembaga, penambahan kualitas SDM Satpam menjadi suatu keharusan, seiring
dengan meningkatnya modus kriminal. Seorang pengamanan harus cerdas dan pandai
menggunakan serta mengelola peralatan pengamanan yang canggih, seperti Electric
Security System ( ESS ). Oleh karenanya, sebagai Satuan Pengamanan harus siap
ditugaskan dimana saja, baik depan, tengah dan belakang pada suatu lembaga.
Untuk menambah
kualitas SDM petugas Satuan Pengamanan, Biro Pengamanan bekerjasama dengan PT
Tiga Mitra Bangsa menyelenggarakan pelatihan keprotokolan dengan materi yang
dapat menunjang pengembangan pengamanan, diantaranya : The Power in You, Art
of leadership, , Communication With Diplomacy to Serve Stakeholder, Be
The Great Communicator Through Etiquette, Table Manners, dan The Art of
Protocol. Didukung pemateri dan instruktur yang cukup handal dibidangnya
yaitu Irma Hutabarat seorang pakar komunikasi, Hary Murdoko Widiyo pakar
psikologi dan Marjadi mantan Protokol Istana Negara.
Nana yakin bahwa
keberhasilan tugas seorang pegawai selalu dimulai dengan kemampuan mengelola
dirinya terlebih dahulu, ditambah lagi dengan pengetahuan, skill dan
rasa percaya diri Satpam yang meningkat akan melunturkan stigma negatif
terhadap satuan pengamanan. “Buktikan anda mampu dan dapat menjalankan
tugas dengan penuh rasa tanggung jawab. Maka Pimpinan, Pegawai Bank Indonesia
dan stakeholder akan merasa segan dan bangga serta nyaman atas
keberadaan anda”.
Dua
Sisi Mata Uang
Pada kesempatan yang sama, Marjadi salah satu Pemateri pelatihan, dari
Keprotokolan Istana Negara menegaskan suatu proses keprotokolan tidak akan bisa
berjalan efektif jika kondisi tidak aman. Sehingga keprotokolan dan pengamanan
berjalan seiringan , layaknya dua sisi mata uang yang tidak
terpisahkan.”Protokol tidak jalan kalau kondisi tidak aman. Protokol dan
keamanan berjalan seiring,”tegas Marjadi.
Tambah Marjadi, fungsi dan tugas protokol hampir sama dengan pengamanan,
karena merupakan orang terdepan suatu lembaga. Koordinasi
antara protokol dan satuan pengamanan merupakan suatu keharusan. Seperti dua
sisi mata uang. Oleh karena itu dalam perencanaan acara pengamanan selalu harus
dilibatkan. Unsur pengamanan harus terintegrasi dalam proses manajemen
keprotokolan. Marjadi mengingatkan, antara pengamanan dan protokol tidak boleh
berjalan sendiri-sendiri, harus bisa mem back up satu sama lain. “Seorang
pengamanan yang memiliki ilmu keprotokolan akan lebih fleksibel dan menjadi
andalan suatu lembaga di garda terdepan“.
Sependapat dengan Marjadi, Suharjo Nasution, Pejabat dilingkungan Biro
Pengamanan Bank Indonesia yang menutup pelatihan dimaksud, mengatakan seorang
protokol tidak bisa mengambil alih tugas pengamanan , tapi petugas pengamanan
akan mudah menyesuaikan diri masuk kedalam tugas keprotokolan. Antara protokol
dan pengamanan berada di posisi yang sama, yaitu berada di garis depan. Suharjo
yakin dengan pelatihan yang terarah intuisi dan kepekaan Satpam terhadap
lingkungan kerja akan meningkat dan Satpam mempunyai pola pikir praktis dengan
dasar kreatifitas yang positif melalui persepsi yang tepat dalam memandang
sebuah kendala sehingga dapat mengarahkan sebuah konsep solusi sebagai tindakan
nyata dan terukur. Selain itu pelatihan ini diselenggarakan agar menjadi solusi
terbaik dalam membentuk seorang Satpam yang tegas, lugas dan humble.
Nasril M.
Koto, salah satu peserta pelatihan yang terpilih menjadi peserta teraktif dalam
memberikan pertanyaan yang konstruktif, merasa terbantu dengan adanya pelatihan
tersebut. Dia mengakui, selama 30 tahun bekerja di Bank Indonesia sebagai
Satpam, baru sekali ini dilakukan pelatihan soft skill keprotokolan yang
diberikan untuk Satpam Kantor Pusat. “Selama ini saya mendapat pendidikan yang
hanya terkait dengan ilmu kepolisian dan rescue saja, antara lain : Search
and Rescue( SAR ), Resintel, Pemadam Kebakaran, Menembak, mudah mudahan
kedepannya Satpam akan banyak dijejali dengan ilmu sejenis sehingga dalam
melaksanakan tugas dilapangan menjadi lebih luwes dan akurat” katanya. Nasril
berharap dengan pelatihan-pelatihan soft skill yang sudah
dilaksanakan, seorang Satpam Bank Indonesia akan lebih “pede” dalam
melaksanakan tugasnya karena memahami kedudukan dan preseance jabatan
para petinggi/pejabat negara maupun institusi lain untuk memberikan layanan
terbaik serta mampu mendukung kegiatan keprotokolan Bank Indonesia dengan tetap
berpegang teguh pada pagar-pagar batas keleluasan tugas pengamanan VIP dan stakeholder.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar