Aku makan siang bersama
dengan Mahdi, dia seorang pegawai outsourcing
pengemudi yang bertugas dikantorku di
Padang. Dan makan siang kali ini harus disesuaikan dengan keinginan awal, karena
sudah niat makan kepala ikan ya harus makan kepala ikan, kami menuju bungus ke “Restoran
Keluarga” di Jalan Raya Padang – Bengkulu KM 20 disekitar daerah Bungus atau
perbatasan kota Padang dengan Kabupaten Painan.
Restoran
Keluarga dimiliki oleh seorang Ibu yang sudah agak tua, berumur kira kira 70
tahun, kami tak tahu nama aslinya nama panggilannya “Uniang”. Ketika aku tiba,
aku langsung menyapanya “ba’a kabanyo Niang”,
“onde lah lamo bana Pak bagus indak makan
disiko”. Begitulah percakapanku dengan Uniang, yang bergigi ompong tapi
mempunyai olahan kepala ikan yang nikmatnya luar biasa. Tuhan telah memberinya
suatu keahlian yang tidak dimiliki banyak orang, karena Uniang-lah aku sering
mengucap syukur pada Ilahi sebab tangannya telah menciptakan rasa nikmat yang
tiada tara. Uniang asli orang Bungus–Padang, membuka rumah makan dengan nama
“Restoran Keluarga” pada tahun 90an.
Restorannya sederhana tapi
penggemar kepala ikan yang pernah berkunjung ke Sumatera Barat pasti
mengenalnya, siapa yang tak kenal Uniang maka bukan penggemar gulai kepala ikan
sejati. Dari hasil kerja kerasnya kini Uniang telah membuka 2 cabang restoran
gulai kepala ikan di Kota Padang. Restorannya dikelola oleh anak Uniang yang
nomor 2 dan nomor 3, dan kedua restoran tersebut juga diberi nama “Restoran
Keluarga”. Usaha Uniang ini tanpa bantuan sepeserpun dari bank apalagi sentuhan
binaan UMKM dari instansi terkait, Uniang menjalaninya secara otodidak. Ketika
ditanya kenapa nggak minta modal ke bank biar usahanya lebih hebat lagi, dia
jawab singkat “ambo indak suko barutang”.
Ilmu memasak yang dimiliki telah diturunkan
kepada kedua anaknya, menurut informasi dari beberapa teman yang pernah
mencicipi gulai ikan olahan anak Uniang katanya rasanya
agak sedikit berbeda. Mungkin karena setiap guru tidak pernah menurunkan
seratus persen ilmu pada muridnya sehingga walaupun restoran anak Uniang adanya
ditengah kota Padang tapi tetap saja yang ramai restoran Uniang yang berjarak
20 km kearah Bengkulu.
Menu utama di rumah makan
ini tentu saja berupa olahan gulai kepala ikan, masakan ikan lainnya juga
banyak seperti capa asam padeh, pepes gambolo, gulai telur ikan, tenggiri goreng,
tandeman goreng lado hijau. Selain itu di sini juga tersedia menu lain seperti
udang goreng, sup daging, dan dendeng, serta tak ketinggalan jengkol balado.
Dalam sehari sejak pukul 09.00 s.d 15.00 WIB, rumah makan ini memerlukan 40 kg kepala
berbagai ikan laut dan 30 kg ikan segar lainnya yang dikirim oleh Nelayan
disekitar Pantai Padang.
Setelah ngobrol ngalor
ngidul karena sudah agak lamo indak basuo jo Uniang, kami kemudian masuk ke
dalam rumah makan dan duduk di kursi yang sudah tersedia dan memesan minuman. Aku
memesan teh tawar panas untuk menemani makan siangku. Tak berapa lama kemudian
makanan di hidangkan di atas meja makan kami. Banyak sekali menu yang
dihidangkan oleh anak buah Uniang tapi Uniang segera memanggilnya dan
mengatakan bahwa “Pak bagus tamu kita itu tidak perlu diberi menu yang lain,
dia datang kesini jauh jauh dari Jakarta tujuannya cuma satu yaitu Gulai Kepala
Ikan”, dengan sigap anak buah Uniang mengambil menu lainnya yang tidak aku
perlukan.
Selama kami makan kurang
lebih 30 menit disana, kuperhatikan tamu tamu Uniang silih berganti yang datang
dan pergi, direstoran Uniang ada 8 meja yang tiap tiap meja dapat memuat
sekitar 6 orang dan satu meja agak besar yang dapat memuat 16 orang. Semua
mejanya penuh, datang pergi, datang pergi, datang pergi, wah Uniang, hebat
sekali gumamku dalam hati. Pantaslah kalau Uniang dah buka cabang karena
penggemar kepala ikannya selain orang kebanyakan ternyata juga bukan orang
sembarangan, ada kendaraan dengan nomor polisi BA 1, berarti orang itu adalah
orang nomor satu di Sumatera Barat, ya dia adalah Irwan Prayitno, Gubernur
Sumatera Barat. Beliau didampingi Ajudannya nampak sangat menikmati masakan
Uniang.
Setelah selesai makan,
kemudian dihitung makanan yang kami makan, aku cuma mengeluarkan 90 ribu
rupaih, harga yang sangat murah untuk suatu cita rasa yang lezat. Aku
membayangkan seandainya makan direstoran Natrabu jalan Sabang Jakarta atau direstoran Sari Bundo
jalan Juanda Jakarta, berapa banyak uang yang aku keluarkan.
“ Niang baiko sore ambo
pulang ka Jakarta dan ambo ka menulis tentang Uniang jo gulai kapalo ikan di
majalah kantor ambo”.
“Mantap bana ko Pak ambo
masuk majalah BI tapi jan lupo agiah tau kawan kawan apak ma bilo ka Padang
singgah disiko, ditampek ambo”.
“Yo lah pasti tu Niang, semoga Uniang selalu sehat dan panjang umur dan
awak basuo lai”. Kami kembali ke Padang dengan rasa syukur kehadirat Ilahi atas
nikmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan untuk silaturachmi
dengan Uniang.
Pasti maknyus nih gulai kapalo ikan Uniang ini.
BalasHapusPak Bagus, deket pasar Ulak Karang (Jl. Joni Anwar) juga ada rumah makan yang maknyus masakannya. Saya lupa nama rumah makannya.
salam,
alrisblog.wordpress.com