Buat
yang sering ngelancong ke Bandung dan doyan makan sate serta gule kambing, coba
deh mampir ke warung Sate Hadori. Letak Warung Sate Hadori ada di stasiun
kereta api Bandung, dekat stasiun angkot yang berada di sebelahnya. Seperti
tempat terkenal kuliner lainnya, disebelah Hadori asli bermunculan warung sate
lain. Jika berkunjung kesana jangan sampai salah masuk. Di warung sate Hadori
ini, sate disajikan sederhana memakai piring biasa, bumbunya menggunakan
kecap asin dan bumbu kacang. Yang spesial adalah nasinya yang langsung
diberikan satu bakul walaupun hanya makan sendiri sehingga dijamin kenyang
tanpa ada biaya tambahan untuk nasi. Disini ukuran satenya pun cukup besar dan
dagingnya empuk, gulainya enak banget.
Pengelola Sate Hadori generasi ketiga Wawan
Hadori (58) bercerita, usaha sate ini dimulai oleh Kakeknya Inung dan Neneknya
Una. Saat itu masa pendudukan Jepang. Inung dan Una mengungsi dari satu tempat
ke tempat lain. Di pengungsian tersebut jika ada kesempatan mereka berjualan
sate kambing. “Mungkin karena membuat sate dianggap mudah, jadi mereka jualan
sate,” papar Wawan. Sekitar tahun 1940-an Inang dan Una mengungsi ke Garut. Di
Pasar Baru Garut mereka membuka dua kios yang salah satunya digunakan untuk
berjualan sate. Dari Garut mengungsi ke Bandung dan berjualan sate di Tegallega
sekitar tahun 50-an.
Selepas itu ada salah seorang kawan yang
mengajak untuk berjualan di stasiun Bandung. Stasiun kala itu masih menjadi
terminal bus. Inung berjualan sate dengan memakai roda. Pembeli saat itu cukup
ramai. Saat itu seorang kawannya menjual kiosnya berukuran 4×4 meter pada
Inung. Dari tahun ke tahun Sate Inung kian ramai. Tahun 1961 termasuk masa emas
kejayaan sate Inung. Namun di tahun 1992, Inung meninggal dunia. Kala itu
Hadori sebagai anaknya membantu mempertahankan usaha sate ini. Hadori belajar
dari mulai meracik daging sampai manajemen. Maka nama Sate Inung pun diganti
jadi Sate Hadori. Mulai saat itu pelanggan datang dari berbagai kalangan.
Tahun 65-an Hadori jadi ketua pedagang di
Stasiun. Saat itu lah dirinya melakukan pemugaran kios-kios di Stasiun Hall.
Ketika pemugaran dilakukan ada yang juga menjual kiosnya kepada Hadori. Hingga
kini, Sate Hadori menempati empat petak berukuran 16×4 meter. Tahun 1990 Hadori
meninggal dunia dan meninggalkan empat orang putranya. Wawan menuturkan selepas
itu usaha Sate Hadori ini pun dilanjutkan oleh dirinya sebagai putra pertama.
“Ayah saya beramanat. Usaha ini harus dijaga baik-baik,” ungkap Wawan. Amanat
tersebut pun sampai saat ini dipegang teguh oleh Wawan. Meskipun di tengah
persaingan wisata kuliner Bandung. Wawan tetap berupaya mempertahankan
keberadaan Sate Hadori dengan penambahan nama depannya sehingga menjadi Wawan
Hadori.
Selain di Stasiun, Sate Hadori bisa dinikmati
di Be Mall, Jalan Naripan, di Dago, Jalan Setiabudhi, Jalan Cihampelas, Jalan
Sersan Badjuri. Dalam waktu dekat Wawan berencana akan berekspansi ke luar Kota
Bandung. Tak jauh-jauh, tapi kembali ke tempat asal sate Hadori yaitu Garut.(dari
berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar