Waktu liburan kuliah, aku dan teman kampus
capcusss menggunakan mobil ke daerah Lembang yang berudara sejuk. Kami makan
siang disana, disebuah restoran sunda yang menyajikan menu rumahan banget,
dengan sambel terasi kesukaanku yang maknyosss.
Dari Lembang kami melanjutkan perjalan menuju
daerah Wisata Gunung Tangkuban Parahu. Kata orang bahkan ada lagunya kalau naik
ke puncak gunung itu tinggi sekali dan susah karena jalannya pasti mendaki.
Tapi waktu aku kesana, nggak ada kesusahan dalam perjalanan, karena menggunakan
mobil temanku yang bernama Sabrina. Emang sih dalam perjalanan banyak sekali
pohon cemara yang menghiasi kiri kanan jalan, tapi kata Sabrina itu bukan pohon
cemara, melainkan pohon pinus...
Dipuncak Gunung Tangkuban Parahu banyak
sekali orang yang menawarkan jasa kuda untuk keliling di sekitar kawah. Karena
sering lihat adegan orang naik kuda di film, aku pengen banget naik kuda. Kelihatannya
macho aja kalo naik kuda. Lagi pula Untuk menjangkau lokasi kawah, memang
memerlukan energi ekstra karena letaknya cukup jauh dari lokasi parkir
kendaraan yang sudah penuh. Aku pilih kuda yang kebetulan kata pawangnya nama
kuda itu “Sabrina”, wakakakakkak….. kasian deh lho Sabrina punya nama disamain ama
nama kuda. Aku dan Brina naik kuda, juga karena ingin merasakan sensasi berkuda
di keindahan pemandangan pegunungan, meski tetap didampingi oleh pawangnya.
Saat naik kuda karena udara dingin banget,
sampai-sampai kalau kita berbicara keluar asap dari mulut. Dan saat itu
kebetulan kabut turun sehingga penglihatan terbatas. Kata Sabrina, kabut itu
sama dengan awan, jadi aku dan Brina pernah ngerasain memegang awan, saking
noraknya sebagian awan ada yang ku-masukan ke dalam botol aqua, buat oleh-oleh
untuk dibawa ke tempat kost di Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar