Kamis, 20 November 2014

El Clasico TNI vs Polri Cermin Brutalisme Bangsa


Bentrok yang dilakukan aparat di Batam merupakan cermin dari brutalisme bangsa negeri ini yang nggak bisa mengendalikan emosi. Mulai dari demo BBM yang dilakukan mahasiswa di Makasar, tawuran pelajar, tawuran warga, tawuran aparat hingga kisruh di DPR RI.

Siapa yang salah akibat semuanya ini ? nggak ada yang salah..! Ada…!  yaitu kostum atau seragam yang mereka pergunakan. Seragam menjadi sumber masalah, meski pada awalnya tujuannya baik yaitu untuk melatih disiplin, menjaga ketertiban dan sebagai identitas. Namun dampak negatifnya adalah karena merasa komunitas dirinya lebih hebat, maka kumpulan lainnya direndahkan, dianggap pesaing bahkan dianggap musuhnya.

Sehingga  sekecil apapun pemasalahan bisa jadi  pemicu perselisihan. Apalagi di Batam jelas sumbernya yaitu persaingan aparat yang menjadi beking pengusaha, baik usaha kecil (mengawal turis Malaysia, turis Singapur yang berkunjung) maupun usaha besar (pengamanan ruko, pabrik dan kantor).

Dalam tawuran dan bentrok ini, pelaku sudah tidak memikirkan akbibat serta keadaan masyarakat atau orang yang berada disekitarnya. Jika sampai memecahkan kaca mobil atau merusak bangunan serta rumah yang ada, mereka tak pernah bertanggungjawab. Mereka membiarkan saja dengan meninggalkannya seolah-olah itu bukan kesalahan mereka. Tak ada hukum yang menghalangi, makanya tawuran atau bentrok secara berulang terjadi dimana-mana.

Dalam demo BBM oleh mahasiswa di Makasar yang ditayangkan TV swasta, jelas terlihat pelaku demontrasi merusak lampu pengatur lalulintas. Kalau ditilik lebih jauh, apa salahnya lampu lalulintas tersebut, apa korelasinya naiknya harga BBM dengan lampu lalulintas? Kan nggak ada…! Kenapa kok lampu lalulintas dirusak..! Mereka mahasiswa yang katanya intelek, tapi karena sudah diselimuti oleh emosi makanya dunia ini menjadi gelap, yang kelihatan hanya nafsu setan untuk merusak dan menyakiti.

Begitu juga dengan yang di Batam, Wakil Gubernur Kepulauan Riau, Komandan Kodim, Danrem, Polda Kepri sedang berikrar damai di Mako Brimob Kepri. Tetapi mereka diserbu oleh paskuan antah berantah yang dilengkapi senjata api, walau senjatanya ditembakan ke udara namun suasana chaos yang ditimbulkan tentu membuat ketegangan masyarakat sipil yang berada disekitarnya. Meraka sudah hilang akal, nggak memperhitungkan akibat dan kerugian yang akan timbul.

Termasuk pergulatan kekuatan yang ada di DPR-RI saat ini Antara KMP dan KIH, itu juga mempertunjukan kepada kita bahwa orang-orang yang terpilih menjadi wakil rakyat tengah dikuasai emosi. Apalagi sampai menjatuhkan meja rapat dengan cara mendorong, itu berarti kebrutalan yang sudah tak dapat ditolerir lagi. Wakil rakyat yang seharusnya memberikan teladan malah memberikan contoh yang tidak baik.

Dari kejadian kejadian tersebut, maka tercerminlah bahwa bangsa Indonesia sedang dibanjiri emosi. Mulai dari level anak sekolah, mahasiswa sampai aparat. Entah bersumber dari mana emosi ini, apakah dari keluarga, sekolah, komunitas atau dari seragam yang digunakan. Karena semuanya mempunyai semangat esprit de corps, sehingga mereka merasa dirinyalah yang terbaik yang boleh berkuasa dan melakukan kebrutalan atas siapapun.

Hati-hati jangan sampai kebrutalan ini dimanfaatkan oleh pihak lain yang menginginkan Indonesia terpecah, seperti di Mesir, Libia, Suriah, yang pada awalnya cuma dari perselisihan kecil. Makanya kita harus pandai-pandai menahan emosi, walaupun sudah membara sebaiknya tetap berkepala dingin agar suasana tetap damai.

Seandainya semangat ini disalurkan untuk membangun Indonesia, maka pastilah bangsa ini akan menjadi sebuah bangsa yang amat disegani. Dapat menyatukan sumberdaya alam yang melimpah, dengan sumber daya manusia yang brilian serta keberanian dalam memperjuangkan kebenaran dan hak-haknya. Semoga.