Senin, 30 September 2013

Gulai Kepala Ikan Bungus

          Aku makan siang bersama dengan Mahdi, dia seorang pegawai outsourcing pengemudi  yang bertugas dikantorku di Padang. Dan makan siang kali ini harus disesuaikan dengan keinginan awal, karena sudah niat makan kepala ikan ya harus makan kepala ikan, kami menuju bungus ke “Restoran Keluarga” di Jalan Raya Padang – Bengkulu KM 20 disekitar daerah Bungus atau perbatasan kota Padang dengan Kabupaten Painan.


          Restoran Keluarga dimiliki oleh seorang Ibu yang sudah agak tua, berumur kira kira 70 tahun, kami tak tahu nama aslinya nama panggilannya “Uniang”. Ketika aku tiba, aku langsung menyapanya “ba’a kabanyo Niang”, “onde lah lamo bana Pak bagus indak makan disiko”. Begitulah percakapanku dengan Uniang, yang bergigi ompong tapi mempunyai olahan kepala ikan yang nikmatnya luar biasa. Tuhan telah memberinya suatu keahlian yang tidak dimiliki banyak orang, karena Uniang-lah aku sering mengucap syukur pada Ilahi sebab tangannya telah menciptakan rasa nikmat yang tiada tara. Uniang asli orang Bungus–Padang, membuka rumah makan dengan nama “Restoran Keluarga” pada tahun 90an.

          Restorannya sederhana tapi penggemar kepala ikan yang pernah berkunjung ke Sumatera Barat pasti mengenalnya, siapa yang tak kenal Uniang maka bukan penggemar gulai kepala ikan sejati. Dari hasil kerja kerasnya kini Uniang telah membuka 2 cabang restoran gulai kepala ikan di Kota Padang. Restorannya dikelola oleh anak Uniang yang nomor 2 dan nomor 3, dan kedua restoran tersebut juga diberi nama “Restoran Keluarga”. Usaha Uniang ini tanpa bantuan sepeserpun dari bank apalagi sentuhan binaan UMKM dari instansi terkait, Uniang menjalaninya secara otodidak. Ketika ditanya kenapa nggak minta modal ke bank biar usahanya lebih hebat lagi, dia jawab singkat “ambo indak suko barutang”.


           Ilmu memasak yang dimiliki telah diturunkan kepada kedua anaknya, menurut informasi dari beberapa teman yang pernah mencicipi   gulai ikan olahan anak Uniang katanya rasanya agak sedikit berbeda. Mungkin karena setiap guru tidak pernah menurunkan seratus persen ilmu pada muridnya sehingga walaupun restoran anak Uniang adanya ditengah kota Padang tapi tetap saja yang ramai restoran Uniang yang berjarak 20 km kearah Bengkulu.

          Menu utama di rumah makan ini tentu saja berupa olahan gulai kepala ikan, masakan ikan lainnya juga banyak seperti capa asam padeh, pepes gambolo, gulai telur ikan, tenggiri goreng, tandeman goreng lado hijau. Selain itu di sini juga tersedia menu lain seperti udang goreng, sup daging, dan dendeng, serta tak ketinggalan jengkol balado. Dalam sehari sejak pukul 09.00 s.d 15.00 WIB, rumah makan ini memerlukan 40 kg kepala berbagai ikan laut dan 30 kg ikan segar lainnya yang dikirim oleh Nelayan disekitar  Pantai Padang.


          Setelah ngobrol ngalor ngidul karena sudah agak lamo indak basuo jo Uniang, kami kemudian masuk ke dalam rumah makan dan duduk di kursi yang sudah tersedia dan memesan minuman. Aku memesan teh tawar panas untuk menemani makan siangku. Tak berapa lama kemudian makanan di hidangkan di atas meja makan kami.  Banyak sekali menu yang dihidangkan oleh anak buah Uniang tapi Uniang segera memanggilnya dan mengatakan bahwa “Pak bagus tamu kita itu tidak perlu diberi menu yang lain, dia datang kesini jauh jauh dari Jakarta tujuannya cuma satu yaitu Gulai Kepala Ikan”, dengan sigap anak buah Uniang mengambil menu lainnya yang tidak aku perlukan.

          Selama kami makan kurang lebih 30 menit disana, kuperhatikan tamu tamu Uniang silih berganti yang datang dan pergi, direstoran Uniang ada 8 meja yang tiap tiap meja dapat memuat sekitar 6 orang dan satu meja agak besar yang dapat memuat 16 orang. Semua mejanya penuh, datang pergi, datang pergi, datang pergi, wah Uniang, hebat sekali gumamku dalam hati. Pantaslah kalau Uniang dah buka cabang karena penggemar kepala ikannya selain orang kebanyakan ternyata juga bukan orang sembarangan, ada kendaraan dengan nomor polisi BA 1, berarti orang itu adalah orang nomor satu di Sumatera Barat, ya dia adalah Irwan Prayitno, Gubernur Sumatera Barat. Beliau didampingi Ajudannya nampak sangat menikmati masakan Uniang.


          Setelah selesai makan, kemudian dihitung makanan yang kami makan, aku cuma mengeluarkan 90 ribu rupaih, harga yang sangat murah untuk suatu cita rasa yang lezat. Aku membayangkan seandainya makan direstoran Natrabu  jalan Sabang Jakarta atau direstoran Sari Bundo jalan Juanda Jakarta, berapa banyak uang yang aku keluarkan.
“ Niang baiko sore ambo pulang ka Jakarta dan ambo ka menulis tentang Uniang jo gulai kapalo ikan di majalah kantor ambo”.
“Mantap bana ko Pak ambo masuk majalah BI tapi jan lupo agiah tau kawan kawan apak ma bilo ka Padang singgah disiko, ditampek ambo”.
“Yo lah pasti tu Niang, semoga Uniang selalu sehat dan panjang umur dan awak basuo lai”. Kami kembali ke Padang dengan rasa syukur kehadirat Ilahi atas nikmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan untuk silaturachmi dengan Uniang.



Lelet

Saya tahu istilah “lelet” dari istri saya. Lelet itu bermakna lambat. Banyak contoh lelet: datang ke kantor atau tempat pertemuan selalu telat, apabila mengerjakan tugas selalu lewat batas waktu. Jika orang lain mampu bisa mengerjakan sesuatu dalam satu hari orang lelet menghabiskan waktu berhari-hari.
Di era serba cepat saat ini, mereka yang lelet akan tertinggal. Saran saya, apabila Anda ingin berhasil dalam karir jangan lelet. Begitu pula bagi Anda pengusaha, lelet akan menyebabkan produk atau jasa Anda tak mampu menjawab kebutuhan zaman.

Siapakan orang-orang yang lelet itu? Pertama, para pemalas. Ciri utama pemalas adalah sering menunda-nunda pekerjaan. Kosa kata yang sering dia gunakan adalah “entar”, ogah, males banget dan sejenisnya.
Semakin tua para pemalas akan semakin mengalami depresi dan minder. Namun sayangnya banyak diantara mereka yang tidak menyadari itu. Semakin tua para pemalas juga berpeluang menjadi trouble maker. Tak banyak yang dikerjakan tetapi ingin memperoleh berbagai fasilitas yang didapat oleh orang yang berprestasi.
Kepada para pemalas, ingatlah nasihat bangsa Korea: Orang-orang sukses itu punya ciri, saat orang lain tidur, ia bangun. Saat orang lain bangun, ia berdiri. Saat orang lain berdiri, ia berjalan. Saat orang lain berjalan, ia berlari. Dan saat orang lain berlari, ia terbang.
Kedua, orang yang tidak tahu prioritas. Banyak orang yang sibuk tetapi sebenarnya hasilnya tidak seberapa. Mereka bekerja tetapi mengerjakan sesuatu yang tidak penting. Mereka tak tahu bahwa dirinya lelet karena mereka sudah merasa bekerja.
Ketiga, orang yang takut berbuat salah. Kesalahan dalam bekerja itu sesuatu yang wajar. Dari berbagai kesalahan kita belajar untuk menjadi yang lebih baik. Nah, orang-orang yang lelet biasanya sangat takut melakukan kesalahan, tetapi ironisnya dia justru tidak menuntaskan pekerjaannya.
Lelet sangat merugikan Anda. Lelet membuat Anda tak terekam “radar” persaingan orang-orang berkualitas. Lelet juga merugikan orang-orang di sekitar Anda. Lelet itu menjadi beban bagi pimpinan Anda. Lelet sudah saatnya dimasukkan ke dalam keranjang sampah. (sumber : blog Jamil Azzaini)

Why...? and How...?

Banyak sekali permasalahan yang harus dijalani karena diawali dua buah kata tanya yang membuat kita malas atau membuat kita mau berusaha. Kata itu adalah “mengapa”, kata mengapa ini hanya menjadikan masalah yang ada pada diri kita menjadi suatu keluhan. Contohnya mengapa saya tidak naik pangkat ?, mengapa do’a saya tak pernah dikabulkan Tuhan ?, mengapa istri saya belum juga hamil ?, mengapa saya belum punya mobil ?, mengapa saya belum ada yang melamar ?, mengapa suami saya semakin acuh saja? mengapa anak saya nakal sekali ?, mengapa  teman-teman dikantor menjauhi saya ? Mengapa atasan selalu memarahi saya ? mengapa….menagapa….mengapa…..


Kalimat yang dimulai dengan “mengapa” berpotensi  membuat kita menjadi lemah, membuat kita menjadi malas, membuat kita tak mau berfikir, membuat kita tak mau action, membuat kita sakit hati, membuat kita menjadi iri, membuat kita menjadi kurang bersyukur, dan membuat kita sering gelap mata. Kata “mengapa” membuat kita menjadi lemah, hanya menerima kenyataan, kurang usaha.

Biar hidup kita banyak berubah cobalah kita ganti kata”mengapa” dengan “bagaimana”. Bagaimana caranya supaya naik pangkat, bagaimana supaya do’a saya dibabulkan Tuhan, bagaimana supaya istri saya cepat hamil, Bagaimana caranya agar saya bisa membeli mobil, Bagaimana caranya agar ada yang melamar diri saya, bagaimana agar suami tambah sayang pada saya, bagaimana agar anak saya tak nakal, bagaimana agar teman-teman dikantor menjadi sahabat saya, bagaimana agar atasan tak marah-marah pada saya, bagimana…bagaimana…bagaimana…..


Merubah kata mengapa menjadi bagaimana membuat kita akan selalu bersusaha, membuat kita menjadi lebih baik, membuat kita selalu mencari solusi terhadap masalah, mencara  berbagai kemungkinan untuk berkembang. Merubah kata mengapa menjadi bagaimana akan membuat otak kita aktif, untuk selalu berfikir dan mencari alternative menjadi yang terbaik. Ayo kita berusaha dan berdoa, insyallah semua keinginan akan terwujud, percayalah bahwa Tuhan itu akan memberi yang terbaik buat kita.              

Memory 2009


Rabu sore tanggal 30 September 2009, kira-kira pukul 17.17 terjadi musibah gempa bumi 7.6 SR yang melanda Sumatera Barat, berikut adalah foto-foto hasil jepretan sehari setelah peristiwa itu terjadi yang mengakibatkan kerusakan pada Kantor-ku di Padang.

                                          Aula Ruang Anggun Nan Tongga

                                          Ruang Kerja 

                                          Ruang Pimpinan

                                          Ruang Fitness

                                          Ruang Kerja

                                          Rumah Dinas Pimpinan

                                          Ruang Pengawasan

                                          Rumah Dinas
(^....^)

Tapos Resort - Bogor


Jika melihat alam  terbuka, rasanya seperti  aja baru makan jengkol dan petai, ingin tambah dan tambah terus nasinya alias jadi nyandu. Dan mata inipun terasa sangat sejuk, karena melihat kehiajauan daun daun yang menghiasi  alam “Tapos Resort”  Bogor. Terletak di Jalan Veteran III, Tapos Cibedug-Bogor, dapat dituju melalui perempatan Ciawi kekiri atau perempatan Gadog kekanan.


Tempat yang sederhana namun penuh dengan kedamaian dan keanggunan, bangunan gedung resort yang sandingkan dengan Ruang Auditorium dan beberapa Ruang Meeting menambah kemegahan. Kolam renang yang cantik menambah pandangan menjadi segar, menjadikan keindahan alam sesuatu yang sangat magis, karena perpaduan alam dan hasil kreatif manusia.


Udaranya yang bersih jauh dari polusi, cocok sekali jika orang-orang dari kota besar membuat acara atau meeting ditempat ini, apalagi harga yang ditawarkan sangatlah murah serta tak membebani kantong, untuk membuat acara meriah dan berkesan. Tak perlu mahal, sederhana namun memberikan kesan yang sangat romantic serta membuat memori keluarga yang pastinya tak akan mudah dilupakan. Kamar tidur yang ada sangat mendukung kenyaman tidur karena walaupun didaerah berudara sejuk tapi tetap tersedia air conditioner, sehingga udara dalam kamar dapat terkontrol sesuai keinginan.


Menu makanan yang ditawarkan sangat variatif, mulai dari masakan local, western maupun oriental, semuanya tersedia.  Bahkan chef yang dimilki pun sangat berpengalaman karena telah lama bekerja diberbagai hotel yang menyajikan menu makanan bervariasi. Kuliner yang paling ditunggu para pelancong dan pengguna resort ini adalah masakan lokal sunda, karena masakannya sederhana namun penuh dengan  yang macam-macam rasa yang menggoda.


Jika ditempuh dari Jakarta hanya memerlukan waktu hanya 90 menit, hingga tak membuat lelah perjalanan. Dan bila membawa anak-anak menginap disini pasti tak akan rewel karena di Tapos Resort tersedia permainan yang sangat menarik antara lain : Yun ayun, jungkat-jungkit, perosotan dan ayun-ayunan. Bagi yang seneng memancing tersedia juga kolam pancing, sebagai penyalur hobi. Ikan yang tersedia bisa diolah langsung diresto hotel, ini tentu menjadi nambah pengalaman dan menaikan selera makan. JIka punya rencana untuk melakukan kegiatan dinas yang diselingi kegiatan keluarga, tempat ini sangat cocok digunakan karena tak bising alias tenang. Seperti kegiatan ghatering dan rapat-rapat pembahasan.

Minggu, 29 September 2013

Service Revolution

Dengan maksud ingin memenuhi kepuasan stakeholder yang berkunjung ke Bank Indonesia, walaupun kepuasan sebenarnya sangat relatif tetapi paling tidak, seorang Satpam yang posisinya berada di frontliner semestinya memiliki pribadi prima dan selalu memperbaharui serta menambah pengetahuannya mengenai pelayanan. Pelayanan yang diberikan pada stakeholder tidak hanya sekedar rasa aman namun rasa nyaman dan kesan positif  terhadap Bank Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut pada tanggal 27 s.d 29 September 2013 bertempat di Tapos Resort-Bogor, Grup Pengamanan bekerjasama dengan PT Chakra menyelenggarakan pelatihan “Service Resolution”.


Mindset yang selama ini dimiliki adalah bahwa Satpam hanya berperan dalam masalah pengamanan suatu institusi, namun dengan mengikuti pelatihan dimaksud perannya kedepan akan berubah tidak hanya mengamankan. Tetapi harus bisa membuat stakeholder yang berkunjung ke Bank Indonesia akan merasa nyaman dan merasa keberadaannya di Bank Indonesia sangat menyenangkan. Cara berfikir yang baik akan menghasilkan kata-kata yang baik dan juga menghasilkan tindakan serta kebiasaan yang baik pula, jika ditanamkan secara rutin setiap hari dalam diri individu Satpam, maka akan tercipta karakter Satpam yang dapat diandalkan serta menjadikan citra BI prioritas utama dalam tugas.


Setelah diberikan materi pelatihan diharapakan dalam tugasnya sehari-hari, Satpam terus menggali potensi diri yang terbaik, dan memberikannya kepada stakeholder dengan cara terbaik. Yang berarti bahwa dalam melaksanakan tugas bukan hanya menggugurkan tanggung jawab namun selalu menciptakan add value, mengelola semua infrastuktur menjadi nilai tambah, senantiasa memperlengkapi diri dengan product knowledge. Dengan demikian maka tugas yang dilakukan akan akurat melebihi standar yang diberikan.




Ditekankan dalam pelatihan tersebut bahwa stakeholder adalah orang yang paling penting, stakeholder tak selalu menyenangkan tapi penting buat kita, stakeholder bukanlah beban atau pengganggu terhadap pekerjaan kita, maka layanilah stakeholder dengan special karena mereka memang special, stakeholder tidak tergantung pada kita, tetapi kita tergantung pada dia. Dia bukan orangluar BI, dia adalah bagian dari BI. Satpam sebagai garda depan harus selalu bisa memperbaiki diri dari setiap pengalaman yang dialami dalam tugas sehari hari, agar selalu waspada dan tetap humble.

Jumat, 27 September 2013

BLINK

          Departemen Pengelolaan Sistem Informasi (DPSI) tak henti-hentinya memasyarakatkan BLINK kepada Pegawai Bank Indonesia. Pada hari Selasa dan Rabu tanggal 26 dan 27 Maret 2013 di Hotel Trans-Bandung, diadakan pertemuan tahunan Admin BLINK 2013 yang hampir dihadiri oleh Administrator Kantor BLINK seluruh Departemen di kantor Pusat.


           Dalam pertemuan itu Lisa Binti HS, Kepala Divisi Pengelolaan Sistem Informasi menyampaikan bahwa sebagai sarana infrastruktur Knowledge Management di Bank Indonesia, BLINK berfungsi sebagai media intranet pegawai. Yang bertujuan mempercepat pertukaran informasi dan pengetahuan untuk sarana pengambilan kebijakan yang efektif. Pengisian kontennya dilakukan secara mandiri oleh Satker melalui Administrator BLINK, dengan standarisasi visual, tampilan menu, serta sistem yang telah ditetapkan. Oleh karena itu koordinasi rutin perlu dilakukan untuk meningkatkan kompetensi Admin kantor BLINK, karena peran administrator sangat krusial untuk menjaga keterkinian dan keakuratan informasi Satker, serta mempertahankan sustainability BLINK.


          Pertemuan dibuka oleh Pramudyarto, Direktur DPSI. Dalam sambutannya Pramudyarto mengungkapkan bahwa visi utama BLINK adalah menyediakan pengetahuan yang tepat kepada orang yang tepat, dalam waktu tepat. Meskipun terkesan hanya untuk kalangan internal, namun keberadaan BLINK akan terasa nyata manakala pegawai-pegawai dikantor Perwakalian membutuhkan informasi kebijakan yang bersifat segera dari Kantor Pusat. BLINK dapat menjadi media yang mempercepat proses penyampaian itu. Kecepatan informasi inilah yang pada akhirnya dapat meningkatkan citra Bank Indonesia dimata stakeholders.


          Pengetahuan yang tersimpan di benak masing masing pegawai Bank Indonesia  tentu akan bernilah tambah bagi fungsi pelayanan organisasi terhadap publik apabila dikombinasikan. Dengan adanya BLINK yang berkonsep virtual office, kombinasi itu akan dapat terjadi dalam sekejap mata. Di sisi operasional, BLINK berfungsi sebagai percepatan pertukaran pengetahuan di kalangan pegawai melalui fiturnya. Sementara dalam tatanan strategis, BLINK adalah tempat asimilasi dari berbagai insight pegawai seluruh Bank Indonesia, yang terdesiminasi ke seluruh organisasi dan masuk ke dalam poses pengambilan keputusan baik di tingkat Dewan Gubernur maupun di lingkup regional.


           Salah satu bentuk asimilasi insight yang dapat dilihat secara nyata adalah fitur BLOG di BLINK. Dalam evolusinya, ternyata sudah banyak pegawai yang memanfaatkan fitur BLOG tersebut, walaupun masih 20% dari jumlah total pegawai. Namun sudah ada pegawai yang jumlah blognya mencapai 100 lebih dalam setahun, ini adalah hal yang menggembirakan, dimana sudah ada semangat belajar dan berbagi di pegawai Bank Indonesia. Dan bagi blogger yang baru, fitur BLOG adalah sarana yang tepat untuk menyampaikan semua aspirasi yang membangun dan pengalaman yang menarik dalam bentu tulisan. Kedepan khusus untuk fitur blog akan dikembangkan oleh DPSI tentang  jumlah orang yang sudah mengunjungi salah satu blog sehingga penulis blog akan lebih terpacu lagi untuk menghasilkan karyanya.


          Dalam acara pertemuan tersebut, peserta juga mendapatkan sharing dari berbagai satuan Kerja yang mengisi fitur-fitur di BLINK antara lain Departemen Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat (DPSM), yang mensosialisaikan fitur BICOM. Departemen Hukum (DHk) yang mensosisalisasikan fitur SARAH, mengingat akses terhadap SARAH cukup tinggi, dan diharapkan DHk dapat menjadi role model dalam pengisian konten satker di BLINK. Selain sharing dari beberapa Satker, DPSI juga mengundang PT Tiga Raksa Satria yang telah dua kali mendapatkan penghargaan Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) pada tahun 2011 dan tahun 2012. Selain itu diundang juga Tubagus Al Amin (Pegawai DLP) untuk melakukan sharing sebagai pengguna BLINK teraktif tahun 2011 dan 2012, yang berbagi pengalaman dan pengetahuan mengenai kiat kiat menulis di blog.


          Pada sambutan penutupnya Direktur DPSI, menyampaikan bahwa dengan keyakinan yang tinggi, forum pertemuan admistrator BLINK dapat memberikan masukan yang berarti bagi penyempurnaan BLINK, agar dapat menyediakan segala informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan stakeholders. Yang terpenting adalah agar BLINK dapat mengurangi kesenjangan informasi dari berbagai golongan tanpa batasan hirarki ataupun wilayah kerja, baik di Kantor Pusat, Kantor Perawakilan di daerah maupun Kontor Perwakilan di Luar Negeri. 

Maut Tak Kenal Waktu

          Kematian pasti akan datang. Kematian pasti akan menghampiri kita semua. Jika dia telah datang, tak ada yang dapat menghindar. Tak ada yang kuasa menolak. Walau berlari kencang, walau bersembunyi, dia akan tetap menemukan kita.

        Kala mendengar kabar tentang kematian, ada kalanya kita hanya diam dalam hati memaklumi. Oh....iya dia sudah lama terbaring sakit, badan selalu lemah, tak banyak harapan lagi. Oh...iya dia sudah tua renta, sekian tahun hanya dapat beraktivitas di pembaringan. Oh...iya dia sudah beberapa hari koma karena kecelakaan yang dialaminya.


          Ada kalanya pula, kita seakan menolak, tak percaya. Tadi malam kami masih ketemu dan dia tampak sehat dan baik-baik saja. Kemarin kami masih asyik ngobrol berdua. Tak mungkin, kemarin dia masih jalan denganku. Seberapa pun kuat rasa tak percaya dan penolakan kita akan kabar itu, namun kabar itu benar. Dan yang telah pergi tak akan kembali lagi.

          Pun pagi ini, aku mendapat kabar kematian salah satu teman kerja di kantor yang pensiun beberapa tahun yang lalu. Setelah hampir 2 minggu terbaring di rumah sakit, akhirnya Allah berkehendak memanggilnya. Ada beberapa teman yang tak percaya. Bulan lalu dia nampak sehat malah banyak cerita, ngobrol macam-macam, bahkan ketawa-ketawa. Ada juga yang memaklumi, sudah takdirnya.

          Pagi ini, aku kembali diingatkan, bahwa suatu saat pun aku akan mengalami hal yang sama. Aku meninggalkan orang-orang yang kucintai, atau aku akan ditinggalkan orang-orang yang kucintai. Bila waktu yang memanggil, teman sejati tinggallah amal.

          Ayo kita menanam amal baik sebanyak-banyaknya. Agar saat meninggal, kita tinggalkan kesan baik pada orang-orang yang kita tinggalkan. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Tinggalkanlah nama dan kesan yang baik. So jangan sampai orang-orang menggunjingkan keburukan kita saat kita telah tiada. Jangan sampai yang diingat adalah perilaku buruk kita. Selamat jalan Mas Abi Sambodo, beristirahatlah dengan tenang, semoga kau bahagia disisi-Nya.(Sumber : blog naniknara)


Kamis, 26 September 2013

Celengan vs Bank

          Pas antri di bank, kakek di sebelahku ngomel. Punya duit pas-pasan disimpen di bank, setaun nggak diusik bukannya nambah tapi malah menyusut. Kasihan juga lihat Customer Service bank kesulitan menjelaskan tentang bunga dan biaya administrasi yang aku saja nggak mudeng. Mungkin memang masih ada sebagian masyarakat kita yang menganggap nabung di bank akan bertambah oleh bunganya. Padahal kalo aku lihat di rincian transaksi tiap bulan, jarang banget bunga lebih besar dari pada biaya administrasi.


          Aku sih nggak begitu mempermasalahkan, karena kepentingan punya rekening bank emang bukan buat nganakin duit. Tapi untuk mempermudah pengelolaan keuangan dengan adanya fasilitas sms atau internet banking. Bayar listrik, telpon, beli pulsa sampai cicilan utang motor aku nggak perlu antri lagi. Cukup duduk manis sambil ngeblog, urusan selesai. Biaya bulanan sepertinya masih jauh lebih murah daripada aku harus modar-mandir kesana kemari.

          Wajar jika saldo tabungan grafiknya nggak pernah meningkat. Karena emang aku laki-laki sejati yang nggak bisa nyimpen duit. Yang penting bisa nyari dah cukup, biar bendahara rumah yang urus. Lagian urusan ngatur keuangan, perempuan kayaknya lebih jago daripada laki-laki. Laki-laki duit 50 ribu paling habis buat rokok dan nongkrong bareng temen-temen. Kalo ibu-ibu, uang seribu perak bisa dimakan sebulan untuk rame-rame. Beliin aja garam dapur.



          Untuk cadangan kalo-kalo ada kebutuhan mendadak, aku malah mengandalkan celengan semar dari tanah liat. Setiap aku punya uang 10ribuan misalnya kembalian belanja, selalu aku masukan kesitu. Dan aku berkomitmen hanya untuk uang 10 ribu biar nggak terlalu maksain diri.
Yang penting jangan diinget-inget dan anggap saja uang ilang.

          Kadang kaget juga pas kondisi terpepet, trus mbuka celengan kok udah banyak isinya.
Lumayan kan, nggak harus minta jatah dapur untuk keperluan sendiri. Cuma sayangnya kalo nggak kepepet, aku kok suka mepet-mepetin diri yah..!



Ayam Goreng

          Setelah berkeliling di sekitar tempat wisata Gunung Takuban Perahu, aku mampir di Kota Lembang. Lembang dikenal dengan hasil buminya berupa aneka sayuran dan buah-buahan segar. Lembang dikenal dengan hasil susu sapi segarnya, karena memang di sinilah tempatnya peternakan sapi. Lembang dikenal dengan cuacanya yang sejuk dingin. Lembang juga dikenal dengan makanannya yang enak-enak. Jika kita ke Lembang, salah satu rumah makan yang cukup mencolok adalah rumah makan atau resto ”Ayam Goreng Brebes”. Dulu rumah makan ini menyediakan makanan “sagala aya”, mulai ayam goreng bakar, sate gule kambing, ikan goreng bakar, sop dan soto, sayur asem, karedok, sampai gado-gado. Sedia juga aneka minuman, jus, susu murni sagala rasa, dan lain-lain.
          Tapi sekarang nggak, hanya mengkhususkan pada ayam goreng brebes-nya. Sempat pada awalnya aku ragu dengan restoran ini, tapi setelah aku masuk dan melihat suasananya, wah boleh juga nih tampak rapi dan bersih. Kalau dulu tak sebesar sekarang, saat ini banyak meja makannya cukup untuk sekitar 120 orang padahal dulu cuma 20 orang, dan itu-pun sudah dempet dempetan duduknya. Bufet tempat menyimpan/menggantung ayamnya-pun ada dua buah yang berarti langganan resto telah tambah banyak dan resto telah berkembang bukan hanya sekedar resto tempat singgah.
          Ayam goreng brebes, selain enak dan gurih, memang memiliki kenangan sendiri bagiku.  Waktu bujangan hampir setiap aku mengunjungi  Bandung, mampir ke lembang dan makan ayam goreng di dinginnya udara Lembang.  Jarak Bandung - Lembang seringkali kutempuh dengan sepeda motor, karena ketagihan ayam Brebes ini dingin pun tak kurasakan waktu itu. Kalau diingat-ingat, ada nostalgia juga ketika lidah ini mengecap gurihnya potongan ayam sore itu.  

          Ayam goreng ini biasanya digoreng kering dengan merendamnya di dalam sebuah wajan yang penuh dengan minyak goreng panas.  Biasanya gorengnya agak lama, sehingga kulit ayam kering, sementara dagingnya di dalam matang tapi lembut. Ayam ini bisa juga dibakar dan disajikan dengan baluran kecap sambal yang generous.  Mungkin ini selera, tapi buatku tetap lebih enak digoreng. Apalagi disajikan dengan ikan asin jambal roti, dan karedok yang sedap!  Ah, nggak mau pulang rasanya.
          Nah, penjualnya menjajakan sekaligus menarik perhatian calon pembeli dengan menggantung ayam-ayam utuh setengah matang di dalam sebuah kotak kaca di depan toko. Cara menggantung barang dagangan dengan cara seperti ini, rupanya merupakan sesuatu yang lazim di Indonesia.  Beberapa waktu yang lalu, ketika aku berkunjung ke Surabaya, cara yang sama juga dipergunakan oleh penjual bandeng asap.  Bandeng yang baru selesai di asap dan digantung-gantung di dalam sebuah kotak kaca di depan toko. Selidik punya selidik, ternyata mereka menggantung seperti ini karena ingin membiarkan minyak dari bandeng agar tuntas keluar untuk ditampung dalam wadah yang berada di bawahnya. Ini konsisten dengan cara banyak penjual makanan oriental ketika menggantung daging bebek atau babi yang diwarnai merah.  Makanan-makanan tersebut digantung agar pewarna dan bumbu yang dioleskan ke permukaan tersebut dapat tumpah dan mengalir ke wadah yang disediakan di bawahnya. 

          Metode ini rupanya ditempuh untuk mendapatkan hasil kulit makanan yang kering dan gurih ketika makanan tersebut digoreng atau dipanggang.  Hasil yang berbeda akan diperoleh ketika makanan tersebut diletakkan di dalam sebuah wadah dan direndam dengan bumbu. Metodologi ini rupanya juga dapat digunakan untuk menelaah ayam dan bandeng gantung ini.  Ditengah derasnya pertumbuhan gerai makanan cepat saji dengan pemasaran yang agresif, masyarakat masih juga menyajikan makanan dengan cara yang sudah berabad-abad dilakukan oleh manusia.   

Rabu, 25 September 2013

Uji Nyali

          Sebagai manusia yang telah lama menjalani kehidupan, aku ingin selalu menjadi lebih baik dari sebelumnya, tentunya keadaan tersebut aku lakukan dengan melakukan perubahan-perubahan dalam diriku. Akan tetapi yang perlu diingat perubahan tersebut adalah perubahan nyata yang kulakukan atas dasar dorongan keberanian dalam hati untuk membuka pintu keberhasilan dan bermanfaat bagi banyak orang.


          Untuk membuat perubahan besar dalam hidup, aku harus punya nyali untuk mengambil resiko yang mungkin dihadapi. Biarlah aku mengalami haru biru kemenangan walau harus mengalami pahitnya kegagalan, dari pada aku terus terbiasa menjadi orang yang biasa-biasa saja, dengan kebiasaan yang kulakukan tanpa adanya perubahan besar dalam hidup. Memang untuk menjadi manusia yang lebih baik aku harus berani menghadapi segala hal. Bukankah sejak lahir, aku telah mengalami kompetisi yang berat? Aku berani mengalahkan berjuta-juta sperma yang ada di rahim ibu hingga aku-lah yang terlahir menjadi pemenang.

          Manusia adalah makhluk tuhan yang diberi berbagai kemampuan dan potensi istimewa yang tidak diberikan kepada mahkluk lainnya. Namun kemampuan itu akan terkunci selamanya bila tidak kita buka dengan kunci keberanian yang kita miliki. Untuk menjadi manusia pemberani, kita harus membiasakan bersikap pemberani walaupun dari hal yang kecil. Hal yang kecil itu misalnya mengangkat tangan pada saat berada di sekolah, rapat, seminar, workshop, ataupun kegiatan lainnya.

          Sikap berani harus kita pelihara tidak hanya dalam kehidupan pribadi, namun juga dalam kehidupan sosial. Kita harus tanggap terhadap permasalahan yang dialami teman-teman, ataupun orang-orang disekitar kita. Kita jangan menjadi manusia yang hanya bisa diam, ketika teman kita dianiaya oleh sekelompok orang berandalan, menutup mata ketika kejahatan dimana-mana, menutup mulut ketika kita harus bersuara. Kita harus memperbaiki kesalahan teman yang hampir terjerumus, kita harus menjadi seorang berani. Kalau ada kuping yang memerah, ada berbagai hati yang terluka itulah efek yang harus kita tempuh, itulah resiko untuk mencapai suatu kebaikan.


          Tak akan merugi seseorang yang menjadi pemberani karena seorang pemberanilah yang mampu mengubah keterbatasan menjadi peluang. Mengubah hal yang biasa menjadi luar biasa, mengubah kejahatan menjadi kebaikan, dan mengubah hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Selamat berjuang! Wherever you are….(Sumber : Blog Esty Pratiwi)

Selasa, 24 September 2013

Si Dul Anak Ahmad Dhani

Baru saja menonton pernyataan musisi terkenal Ahmad Dhani, ketika tahu anak ketiganya mengalami kecelakaan dan mengambil nyawa orang lain, terlihat wajahnya biasa-biasa saja. Tak terlihat penyesalannya sebagai orang tua karena membiarkan anaknya membawa kendaraan sendiri. Gemes rasanya hati ini melihatnya. Sebagai seorang pendidik ingin rasanya saya memberinya nasihat. Inilah akibat bila orang tua terlalu serba permisif atau serba boleh kepada buah hatinya. Apalagi si dul menyupir kendaraannya sendiri setelah mengantar pacarnya pulang. Wow!


Di usia yang masih muda (13 tahun), Abdul Qadir Jaelaini atau biasa dipanggil si Dul hebat sekali. Sudah bisa membawa mobil sendiri, dan punya pacar pula. Nampaknya, anak ini dewasa sebelum waktunya. Inilah akibat dari pendidikan yang kurang baik di rumah. Pendidikan dalam keluarga tak berjalan dengan baik. Saya mencoba membaca satu persatu komentar para netter atau pengguna internet setelah menonton video itu. Rata-rata bernuansa negatif dan penuh caci maki kepada ahmad dhani sebagai orang tuanya. Kita tentu menyayangkan kejadian ini dan berharap tak ada lagi anak di bawah usia 17 tahun mengalami kecelakaan. Apalagi sampai memakan korban. Baik yang meninggal maupun yang terluka jelas sangat dirugikan akibat adanya kecelakaan ini.

Berikut ini adalah salah komentar mereka di youtube yang saya kutip:
Jadiin contoh tuh Sekarang banyak yang orang tua yang ngebiarin anaknya mengendarai kendaraan bermotor sebelum umurnya bukan hanya mobil, bahkan motor lebih banyak.

Kalo dah kaya gini baru ngomong kapok, padahal nyawa taruhannya.

Buat orang tua mikir de kalo mau ngasi kendaraan ke anak2nya. Jangan alasan2 klasik kaya deket dari rumah, hanya ke pasar saja, tidak ke luar ke jalan raya, dll.

Yang punya udah cukup umur dan punya SIM aja bisa kecelakaan apalagi yang belum..

Kita masih ingat kecelakaan yang menimpa anak Hatta Rajasa. Malam tahun baru menjadi kelabu karena menabrak kendaraan orang lain. Korbanpun berjatuhan dan membuat duka yang mendalam. Hatta Rajasa langsung tampil di media dan memberikan pernyataan sekaligus ucapan belasungkawa kepada korbvan yang meninggal. Seharusnya kita belajar dari kedua kejadian itu. Kita harus mengambil hikmah dari kecelakaan di Dul putra Ahmad Dhani. Kita harus bijaksana menyikapinya. Tak perlu saling menyalahkan karena kejadian ini. Ambil hikmah dibalik musibah. Si Dul juga telah menjadi korban kecelakaan. Kaki si Dul patah tulang, dan dioparasi di rumah sakit pondok indah.

Sebagai orang tua, sebaiknya kita melarang anak di bawah 17 tahun membawa kendaraan sendiri. Apalagi mereka belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Sebab anak di bawah usia 17 tahun masih labil. Mereka belum stabil seperti orang dewasa pada umumnya. Si Dul dan Ahmad Dhani membuka mata kita untuk menjadi anak dan orang tua yang baik. Anak harus mengerti dan memahami, akan tiba saatnya dia berkendara bila sudah memiliki SIM. Orang tua juga harus diingatkan, tak ada alasan membolehkan anak membawa kendaraannya sendiri tanpa ada SIM yang dikeluarkan oleh polisi.(sumber : Blog Omjay)



Senin, 23 September 2013

Luar Biasa......

          Ketika aku masuk keareal parkir kendaraan tamu hotel, semuanya biasa biasa saja. Layaknya tempat parkir ditempat lain nggak ada yang istimewa. Terus aku menuju ke Resesionis masih juga biasa sudah selayaknya hotel berbintang lima memberikan pelayan yang sekelas bintang lima pula, pikirku. Selanjutnya aku disambut petugas lift dengan keramahan yang sudah terlatih, ini-pun masih seperti biasa kata hatiku. Masuk ke lobby aku mulai deg-degan, interior luxury moderen menyambut mata untuk melihat sekeliling ruangan yang sangat memukau. Sentuhan arsitektur bergaya Victorian terlihat dari tangga yang berukir cantik.  Apalagi ketika aku memasuki kamar dan melihat kondisinya, Aku jadi berpikir apakah aku mimpi…! Ahhh ternyata aku nggak mimpi, ini benar kenyataan. Sungguh mewah dan ini kayaknya bukan kelas aku…! Apakah aku harus berkata wow..!


          Begitulah sekilas kesanku sewaktu pertama kali aku menginap di Hotel Trans Bandung, terus terang aku terpesona, karena baru kali ini aku di-inapkan oleh kantorku dalam tugas ditempat yang mahal dan mewah. Ohh… ternyata setelah ku-tanya ke salah satu Pegawai hotel, hotel ini bukan hotel bintang 5 tapi bintang 6, waw…. This my first time stay at six star hotel, it’s amazing. Thank’s God, specialy for DPSI thank you so much.


          Memang pikirku harusnya kota lain sekelas Bandung sudah harus memiliki hotel seperti ini, karena yang berkunjung ke Bandung bukan cuma turis lokal tapi wisatawan negeri Jiran Malaysia dan Singapura setiap hari berkunjung ke Bandung melalui penerbangan langsung, untuk shopping pakaian di factory outlet yang ada. Mereka harus diberikan tempat yang terbaik karena nilai uang dollar Singapur dan Ringgit lebih tinggi daripada rupiah, so nggak ada salahnya kalo Pemda Kota Bandung menyediakan tempat di hotel yang mahal. Coz Bandung sudah menjadi salah satu tempat favorit acuan wisata bagi wisatawan, bukan saja karena soal FO-nya, jajanan dan makanannya, bahkan tempat-tempat hiburan seperti taman perkebunan hingga tempat taman rekreasi lainnya.


          Menurutku saat ini salah satu yang unik di Bandung adalah terdapat sebuah Hotel Bintang 6 yaitu "The Trans" yang berada dalam satu kawasan Trans Studio Bandung. Bagaimana nggak unik, mungkin bisa dikatakan saat ini hotel The Trans merupakan hotel mewah Bintang 6 satu-satunya di Indonesia. Hotel ini begitu sangat mewah, disain arsitekturnya benar-benar antik dan bergaya elegan. Hotel The Trans ini selain menyediakan kamar, juga menyediakan kolam renang dan restoran didalamya. Untuk restorannya bisa kita nyantap disana walau kita tak menginap di hotel tersebut. Untuk kamar-kamarnya sendiri disediakan beberapa tipe, yaitu Presidential Suite, Celebrity Suite, Premier Club, Premier. Jenis Premiere adalah tipe kamar yang aku huni dan ini-pun harga permalamnya saja sudah spertiga gajiku tiap bulan.

          Doa’ku dalam hati mudah2an dalam waktu dekat, ada kegiatan kantor lagi yang diselenggarakan di Bandung dan nginepnya di Hotel Trans. Biar temen2ku se-level juga ikut merasakan kemewahan yang aku dapat. Oh ya saranku pada pembuat anggaran di Satker kantorku sebaiknya kalo bikin anggaran untuk kegiatan di Bandung acuannya harga Hotel Trans aja agar orang orang kantor kita yang tugas ke Bandung tidurnya bisa nyaman dan senang.  


Sales Promotion Girl

          Kendaraan apik serta wanita cantik menjadi paduan tak terpisahkan di ajang sebuah pameran automotif baik motor maupun mobil. Setiap mobil dan motor yang dipajang pada pegelaran selalu ditungguin satu atau dua wanita berparas ayu. Perempuan yang bertugas sebagai sales promotion girl (SPG),  berdiri di sebelah kendaraan dengan pakaian seksi dan senyum mengembang. Tak hanya berdiri, wanita yang rata-rata berusia muda itu juga agresif agar pengunjung mampir ke stan mereka.


          Kehadiran para wanita cantik itu pun menjadi salah satu daya tarik bagi para pengunjung. Dengan cekatan, dan tanpa canggung para SPG itu pun meladeni semua pertanyaan pengunjung sambil membagikan brosur. Tak hanya mengandalkan wajah cantik dan bodi menarik, menjadi SPG juga harus dituntut memiliki sejumlah keahlian, selain fisik yang kuat untuk standby di stan, seorang SPG juga harus cerdas menjawab berbagai pertanyaan pengunjung.
Kebutuhan SPG di tiap pameran otomotif sangat dominan  karena mereka juga sudah dibekali product knowledge oleh yang ‘mempekerjakan’ mereka. Dan ini akan membawa dampak yang positif bagi perkembangan produk. Salah satunya seorang SPG harus fasih berbahasa Inggris, karena selain dari dalam negeri ada juga pengunjung dari luar negeri.



          Di salah satu pameran automotif yang diselenggarakan di Amerika, menggunakan robot sebagai SPG-nya. Apa hasilnya, pameran menjadi sepi pengunjung. Oleh karena itu SPG seksi berambut hitam panjang dan bersepatu hak tinggi ini sengaja dipajang untuk membetot perhatian pengunjung agar membeli produk. Pengunjung yang datang bahkan mengabadikan gambar SPG yang sedang menaiki kendaraan. SPG terlihat menikmati bidikan kamera dari pengunjung. Panitia pameran mengakui sengaja memakai jasa SPG seksi agar stand mereka ramai pengunjung. Selain diwarnai dengan berbagai suka, melakoni profesi sebagai SPG juga tak bisa lepas dari perbuatan para pengunjung yang tidak menyenangkan. Para pengunjung pria yang datang dari bermacam kalangan itu membawa tingkah polah sendiri-sendiri, yang membuat SPG merasa risih dan tertekan.


          Mereka hadir karena adanya kebutuhan, khususnya dari suatu perusahaan kepada pihak yang mengurus segala sesuatu tentang SPG. SPG dibutuhkan perusahaan untuk menunjang keberhasilan promosi produk mereka. Menurut dia ada beberapa kategori SPG atau biasa disebut grade, seperti grade A dan grade B. Yang membedakan grade seorang SPG dengan SPG lainnya adalah tinggi badan. Untuk grade A, harus memiliki tinggi badan antara 166 s.d 172 sentimeter, sedangkan grade B 165 sentimeter kebawah. Grade A biasanya dipesan untuk memasarkan mobil mewah. Honor untuk SPG pada grade ini berkisar Rp 450 sampai Rp 800 ribu per hari selama enam jam kerja. Sementara grade B lebih digunakan untuk memasarkan produk telepon seluler atau rokok. “Tentunya (grade B) honornya di bawah grade A,” kata seseorang yang sudah lima tahun menjadi penyalur SPG ini. Saat digunakan oleh sebuah perusahaan, tugas dan fungsi kedua grade tersebut juga berbeda. Grade B biasanya ditugaskan untuk menjual sebuah produk. Sementara grade A lebih kepada pemanis atau pajangan, untuk mempercantik agar pengunjung atau calon pelanggan tertarik. (Idham Khalid dan Hardani Triyoga)