Kamis, 31 Maret 2016

Kisah Di Ruang Hemodialisa (Ibu)

Di Ruangan Hemodialisa, kulihat sebuah kepasrahan. Orang-orang yang tak berdaya, berbaring diselimuti kain yang bercap logo rumah sakit. Tubuh mereka lemah, menanti kepastian dari Sang Maha Hidup. Dalam Ruangan bercat putih terdengar bunyi mesin yang berirama, seolah menghilangkan beban mereka menampung darah-darah kotor para pasien. Namun, bagi orang-orang yang tak berdaya itu, cukuplah untuk menyambung hidup mereka melalui jarum-jarum yang terpasang di bagian lengan dan kaki yang terhubung dengan mesin itu.


Dinginnya AC dan dua buah TV cukup untuk menghilangkan penat. Aku duduk di samping sebuah ranjang beroda. Di atasnya tertidur pulas seorang wanita paruh baya. Meski perih menahan sakit karena jarum yang menciumi tubuhnya, tapi kulihat sebuah kepasrahan terpancar dari wajahnya yang mulai berkerut. Kerutan di dahinya itu cukup menjadi saksi ketegaran hidup selama 53 tahun. Namun, masih tersisa sebuah senyuman yang menjadi syarat untukku tetap tabah dan sabar merawatnya, menjaganya sebagaimana ia menjagaku sejak kecil.

Bulan belum sempurna bentuknya ketika kudatangi ia dengan membawa secangkir susu yang akan kunikmati di bawah cahaya redupnya. Namun kusadari kasih ibu ternyata lebih lembut dari cahaya rembulan, lebih indah dari kerlip bintang dan lebih bersinar dari cahaya matahari. Malam ini kunikmati dengan mengenang sebuah kisah indah antara aku dengan ibu.

Hari-hari yang kulalui bersamanya bagai pelangi yang setia menemani alur kehidupanku bersamanya dan mewarnai langkahku. Namun, sekali lagi kukatakan, kasih ibu lebih dari sekedar warna pelangi. Ia yang tegar, pantang menyerah dan tabah, meski harus menopang hidup kelima anaknya sendirian. Masih kuingat, enam tahun yang lalu, ketika sosok yang sangat dicintainya menghembuskan nafas terakhir. Betapa banyak air mata yang terkuras karenanya. Tapi kuyakin, kau tetap tegar, Bu…

Masih terngiang di telingaku, saat kau berucap pada kami, buah hatimu, “Nak, meskipun ayah telah tiada, tapi kalian masih punya Ibu yang akan menemani hari-hari kalian setelah ini. Doakan Ibu ya Nak…”. Bu… pantas saja dulu saat aku akan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, kau menahanku untuk tetap di sampingmu. “Tidak usah kuliah jauh-jauh Teh, di sini juga masih banyak Perguruan Tinggi yang bagus, ibu yakin kau lebih baik jika tetap tinggal di sini bersama ibu!” pintamu waktu itu.
Semula aku merasa kecewa. Teman-temanku banyak yang kuliah ke luar kota, menggapai mimpi mereka. Sementara aku, masih di sini, kota yang sama sejak aku dilahirkan. Aku pun berusaha penuhi pintamu meski dengan tanda tanya besar tentang alasanmu. Namun ternyata, sejuta tanyaku terjawab ketika di akhir semester pertama aku mendapat Indeks Prestasi tertinggi di jurusan. Nilai sempurna bagi mahasiswa. Dan kini aku sadar, bahwa inilah rencana terindah dari Sang Maha Sempurna untukku.

Masa-masa indah telah aku lalui bersama ibu. Merangkai mimpi bersama.
“Kalau nanti sudah ada yang membawamu pergi, jangan lupakan ibu ya Nak, ibu doakan semoga kau mendapat jodoh yang baik, soleh, dan dapat menyayangimu serta ibumu ini sepenuh hati…” ucapmu waktu itu. Aku hanya mampu tersenyum dan berdoa dalam diam. “Amiin, kabulkan doa ibuku Ya Rabb, hanya Engkaulah Desainer kehidupan terbaik!”

Seperti sebuah roda yang berputar. Hidup tak selamanya indah. Ada mendung di balik hangatnya sinar mentari. Karena langit tak selalu cerah. Masa-masa yang memeras air mata datang, ketika aku merasakan bahagia bersamamu. Mungkin, inilah ujian cinta dari-Nya. Ketika kami terpaksa harus menjual rumah untuk membiayai sekolah dan kebutuhan hidup lainnya. Dari sini aku belajar bahwa hidup membutuhkan sebuah keputusan. Ketika kondisi keuangan yang semakin surut dari waktu ke waktu, akhirnya dengan keputusan yang bulat, kami pergi meninggalkan rumah peninggalan almarhum ayah dan menempati rumah yang sederhana dibandingkan rumah itu.
Inilah kehidupan. Ada hitam ada putih. Ada bahagia ada sedih. Namun yang terpenting adalah bagaimana kita menjalani masa-masa pahit menjadi sesuatu yang terasa manis.

Kondisi keluargaku memang menuntut untuk berkorban dan berjuang lebih keras. Sejak ayah meninggal, kami hanya hidup dari uang pensiunan ayah yang tak seberapa nilainya. Setidaknya cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, meski kadang harus meminjam dari yang lain untuk memenuhi kekurangan. Ibu tak sanggup bekerja karena kondisi kesehatannya yang semakin lama semakin menurun. Sementara semua anak-anaknya masih dalam bangku pendidikan. Aku, kakak, dan saudara perempuanku kuliah, adik laki-laki SMP dan si bungsu masih SD. Tentu bukan biaya yang ringan untuk kebutuhan sekolah kami.
“Sekolahlah setinggi mungkin anak-anakku, jadikan hidupmu lebih baik dari sekarang!” harapnya. “Iya Bu, tapi doakan kita juga ya…” jawabku. Sebenarnya aku yakin, tak usah dipinta pun, pasti kau doakan kami ya Bu. Kami tetap menjalani hidup apa adanya dan selalu berusaha tetap tegar.

Syukur tiada henti ketika beberapa tahun selanjutnya kakak dapat bekerja sambil kuliah untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup. Aku pun tak mau berdiam diri. Dengan kemampuanku dalam hal menulis, akhirnya aku mulai bekerja di bidang jurnalistik meski hanya cukup untuk memenuhi kebutuhanku sendiri, tapi dapat mengurangi beban kakak dan ibu. Kami bertekad, walau harus membanting tulang, tapi pendidikan menjadi yang utama. “Berjuanglah untuk meraih mimpi kalian!” ucapan ibu masih terngiang hingga kini.


Tanda-tanda itu mulai terlihat. Ketika ibu mulai merasakan sakit dalam tubuhnya, kakak ingin membawanya ke dokter, namun ibu menolak. Kutahu, dana telah menghentikan niatmu memeriksakan diri. Sampai  sakitmu bertambah parah, akhirnya kakak memaksakan meminjam uang untuk biaya pemeriksaanmu. Dengan memakai motor yang belum juga terlunasi, kakak membawa ibu pergi ke dokter yang jaraknya tak jauh dari rumah. Dengan khawatir, aku menunggumu pulang.

“Rabb, ampuni hamba-Mu ini yang tak bisa menjalankan amanah-Mu menjadi anak yang berbakti pada orang tua, kusadari betapa lemah diri ini di hadap-Mu. Karena itu kumohon berilah pondasi kekuatan-Mu agar dapat menopang diriku.”
Kabar itu membuatku merasa bersalah padamu, Bu. Dokter mengatakan bahwa kau darah tinggi bahkan hingga tekanan darahmu mencapai di atas 200. Kakak bilang, “Dokter merasa aneh, padahal tekanan darah Ibu sangat tinggi tapi masih terlihat kuat, bahkan dokter khawatir kalau Ibu pulang naik motor!” Aku bertekad, akan kujaga engkau dengan sekuat tenaga, tentu dengan kekutan-Nya.

Beberapa bulan telah terlewati dan sampailah aku pada bulan kemuliaan. Bulan Ramadan tahun ini adalah bulan kebahagiaan serta kesedihanku. Bahagia karena Allah masih memberiku umur untuk merasakan nikmatnya dan kesedihan karena kondisi kesehatan ibu sangat menurun. Di penghujung Ramadan, aku sekeluarga pergi ke tempat kelahiranku dengan niat ingin berlebaran di sana. Sebuah kampung kecil yang penuh dengan kenangan.

Di sanalah semua bermula. Sakit yang ibu derita mulai menjalar ke seluruh tubuh hingga kau tak sadarkan diri. Jiwamu terlihat kuat tapi pikiranmu tak ada disana. Orang-orang kampung mengira kau dirasuki oleh ruh lain hingga didatangkanlah ‘orang pintar’ yang tersohor di kampung. Semula aku tak setuju dengan solusi yang mereka berikan. Hanya, kultur  itu terlalu kuat. Kupandangi ‘orang pintar’ itu dari ujung rambut hingga kaki. Penampilannya aneh! Dia mengobati Ibu dengan cara di luar akal pikiranku. Dan hasilnya bisa dipastikan. Tidak ada! Akhirnya kupaksakan membawa Ibu ke rumah sakit karena kondisi yang semakin parah. Meski kutahu tak ada biaya untuknya. Tapi aku tetap yakin pada pertolongan Allah.

“Ibu menderita gagal ginjal kronis!” vonis dokter setelah memeriksa Ibu. Semula aku tak percaya, tapi dokter memberikan hasil pemeriksaan dari laboratorium.
“Apakah Ibu masih bisa tertolong Dok?” tanyaku khawatir. Aku pernah mendengar dari salah seorang dosen di kampus kesehatan adikku bahwa penyakit gagal ginjal itu seperti lagu “menghitung hari”, tapi segera kubuang jauh-jauh pikiran itu setelah dokter mengatakan bahwa ibu masih bisa tertolong.

“Iya Nak, organ dalam tubuh ibumu tidak dapat mencerna makanan yang masuk karena ginjalnya sudah tidak berfungsi. Untuk membantunya, dia harus melakukan cuci darah atau hemodialisa,” jelas dokter. “Sampai kapan ibu harus cuci darah?” tanyaku segera. “Seumur hidup.” Jawabnya. Degggg ! Tak kuasa aku mendengarnya. Untuk menopang hidupnya, dia harus merasakan sakit ketika alat-alat medis itu menggigit tubuhnya. ‘Kuatkan hamba ya Rabb...berikan nikmat sehatmu untuk ibuku tercinta....’


Ruangan ini masih seperti semula. Bau obat-obatan yang mengganggu hidung, suara mesin pencuci darah yang menusuk telinga dan dinginnya AC yang membuat suasana hati ini semakin dingin. Lima jam sudah ibu terbaring tak berdaya. Lelah terbayang di wajahnya. Namun, aku takkan pernah lelah menunggu demi melihat kau sehat, kuatkan hatimu, sabar ya Bu, ujian Tuhan sedang menerpa keluarga kita, semoga keluarga kita tabah dan dapat menjalaninya dengan penuh syukur.

Kisah Di Ruang Hemodialisa (Ayah)

Malam itu seperti biasanya saya memasuki ruangan HD (hemodialisa), paramedis sedang sibuk menangani pasien pasien HD yang sudah datang, siap untuk memasang jarum ke akses di lengan para pasien. Mata saya tertuju pada ranjang disudut kanan, tampak kosong, biasanya hari Selasa Bapak Doni selalu datang paling dahulu.untuk melakukan cuci darah.


Saya mengambil stetoskop untuk memeriksa pasien lain dulu sajalah, biasanya saya memulai dari sudut kanan karena beliau selalu ingin diperiksa lebih dulu, itu karena beliau bisa tidur setelah diperiksa. Tak lama kemudian beliau datang ditemani pegawai kiosnya, sambil dituntun.. dia menyapa , “Pagi suster….! maaf telat”. Saya tersenyum.

Tak lama kemudian saya hampiri beliau, saya lihat matanya bengkak dan raut mukanya tampak sedih, kurang tidur sepertinya. “Pak tadi malam bisa istirahat ?”, saya bertanya. Beliau terseyum, tampak letih raut wajah tuanya. “Saya kurang tidur suster”, sahut beliau. Lantas matanya tampak menerawang, dan dengan lirih beliau berkata, suster ada waktu untuk dengar keluhan saya? saya balas tersenyum. “Seperti biasa Pak”, tentulah…!”, sahut saya.

Kemudian dengan lirih beliau memulai curhatnya. Ternyata anak semata wayangnya menuntut beliau untuk mengganti mobil Tarunanya dengan Honda Jazz. Beliau menyanggupi tetapi minta tenggang waktu, ternyata si anak malah ngambek, sungguh terlalu dalam hati saya bergumam. Beliau memang selalu menuruti permintaan anaknya tersebut karena sebagai penderita Gagal Ginjal sejak usia muda dan dikaruniai seorang anak sungguhlah sebuah mu'jizat sahut beliau, dan itu dianggap anak mahal , sehingga apapun permintaanya selalu dituruti.

Pantas beliau sedih, saya pun menerawang….. ohhhhhh, seandainya sang anak bisa memahami perasaan sang ayah, bisa merasakan betapa setiap seminggu dua kali lengan beliau dimasuki oleh jarum-jarum yang teramat besar agar darah dapat mengalir menuju mesin hemodialisa sehingga racun racun yang beredar pada tubuhnya dapat dibersihkan oleh dialiser.


Ahhhhhh….!, sungguh teramat disayangkan, anak yang disayang ternyata tidak bisa merasakan. Saya berdoa, semoga Allah SWT senantiasa memberikan rasa sayang yang teramat sangat bagi beliau dan senantiasa diberikan rasa sabar, semoga sang anak pun diberikan hidayah agar sayang pada sang ayah. Tak terasa mata saya pun berkaca-kaca. Saya mengelus pundak beliau,semoga dapat sedikit memberikan rasa nyaman.(DNA) 

Rabu, 16 Maret 2016

Korupsi Kebijakan

Gubernur atau Bupati adalah jabatan kepala daerah yang memiliki gaji tak seberapa bila dibandingkan dengan seseorang yang menjadi direktur diperusahan swasta, namun mengapa banyak orang tertarik memperebutkan kedudukan sebagai kepala daerah. Padahal untuk menduduki jabatan tersebut banyak sekali mengeluarkan biaya, mulai dari biaya pencitraan, kampanye, uang mahar parpol dlsb.



Coba diperhatikan setiap aka ada pilkada disuatu daerah, pasti akan ada perubahan kebijakan yang terkait dengan Sumber Daya Alam (SDA) daerah setempat. Ijin-ijin yang terkait pengelolaan SDA sangat marak dikeluarkan. Ini merupakan salah satu cara mengapa seseorang ingin menjadi kepala daerah, yaitu membuat kebijakan yang dapat menguntungkan dirinya atau bisa disebut dengan korupsi kebijakan.

Hal ini merupakan politik transaksional yang dilahirkan melalui kebijakan penguasa, oleh karenanya perubahan rejim disetiap periode kekuasaan harus diwaspadai. Sebab publik banyak terkesima dengan uporia kemenangan jagoannya sehingga sampai tidak memikirkan bahwa ada sesuatu yang disalahgunakan oleh penguasa yang menjadi idolanya. Ranah kuasa dijadikannya ladang, lumbung atau sumber keuangan pendapatannya untuk mengembalikan semua biaya yang telah dikeluarkan menjelang pilkada, termasuk pengembalian uang mahar partai.

Secara sadar kita mengetahui bahwa korupsi pada tahap kebijakan lebih berbahaya dibanding korupsi pada tahap pelaksanaan, hal ini akan merusak berbagai macam bidang dan bahkan satu generasi dapat hancur karenanya, sebab dilakukan dalam waktu yang lama. Walaupun kebijakan ini dibuat dan dijalankan dengan itikad baik, tanpa melawan hukum subyektif.  Namun inilah jenis korupsi yang sangat berbahaya, sebab dari luar tidak tampak korupsi karena dibalut kebijakan yang berbentuk peraturan, keputusan, penetapan dll. Tetapi akibatnya sangat luas, dapat merusak perekonimian diberbagai sektor dan keuangan negara.

Yang pasti kebijakan yang dibuat itu memiliki potensi merugikan keuangan negara, dan disadari bahwa masih ada kebijakan lain yang lebih baik tapi tidak dilakukan, malah kebijakan publik yang dikeluarkan hanya untuk menguntungkan dirinya dan kroni-kroninya secara ekonomi maupun politik. Contohnya kasus yang terjadi di Pemprov Sumatera Utara, yang Gubernurnya dijabat oleh Pak Gatot Pujo Nugroho. Mulai dari Istrinya dan semua rekan-rekannya dianggap bersalah dan telah divonis pengadilan untuk dikirim ke penjara. Serta banyak lagi pejabat kepala daerah lain,  yang saat ini terkena masalah sejenis.

Salah satu cara untuk mencegah terjadinya korupsi kebijakan adalah dengan melakukan deparpolisasi atau masuk kedalam jalur independen. Yaitu melakukan upaya secara sengaja, menihilkan peran partai politik dalam demokrasi. Sehingga seorang kepala daerah nggak perlu lagi membayar mahar ke partai politik, atau mengeluarkan biaya yang terkait dirinya mencalonkan menjadi kepala daerah. Kita semua paham bahwa partai politik yang seharusnya menjadi penyangga utama demokrasi, telah berubah menjadi lahan usaha bagi politisi untuk meraup uang negara. Bahkan dibeberapa daerah partai politik justru diselimuti wajah dinasti politik, pemilukada hanya menjadi perpindahan jabatan dari suami kepada istri, dari ayah kepada anak dan seterusnya.

Korupsi kebijakan ini patut diwaspadai sebab bukan tidak mungkin terjadi juga pada bidang-bidang lain selain kepala daerah, seperti pada kementrian dan jajaran kantor aparat penegak hukum bahkan lembaga sejenis Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).


Bagi kita yang ada di Bank Indonesia, hal ini nggak perlu ditiru. Sebab semua peraturan tentang pengadaan barang dan jasa serta pengelolaan uang telah jelas aturan mainnya. Oleh karena itu jika ada kebijakan yang membenarkan sesuatu yang salah maka harus segera diteliti agar tidak terjadi fraud.

Tersisih Melawan Kemajuan Teknologi

Beberapa stasiun televisi pagi ini menyangkan berita, tentang supir angkutan umum yang akan melakukan demo di depan Istana Merdeka.   Mereka akan menyampaikan pada Pemerintah khususnya Presiden, bahwa pendapatannya saat ini berkurang hingga mencapai 30 s.d 40 %, karena kehadiran transportasi online.

Mereka kalah bersaing sebab transportsai online mengambil rejekinya dengan alat yang canggih yaitu aplikasi melalui android. Caranya juga teramat mudah bagi orang yang mau melek teknologi, tapi amat sulit bagi mereka yang hanya pasrah dengan keadaan dan nggak mau mengikuti perkembangan jaman. Yaitu dengan men-download aplikasinya di google paly store.

Ini masalah sosial yang ditimbulkan oleh aplikasi transportasi online, sebab dampak baik dan buruknya serta pro dan kontranya pasti ada jika suatu system diterapkan. Apalagi transportasi online menerapkan harga promo untuk mencari pelanggannya, siapa yang nggak mau kalau menggunakan transportasi di Jakarta, yang jalanannya selalu macet dan jarak cukup jauh dengan harga yang minimalis.

Nah…. disinilah letak keberatan dari tranpsortasi tradisioanl, mereka tetap menggunakan tarif sesuai aturan yang berlaku khususnya untuk angkot , Metromini, Kopaja, Taksi, Ojek termasuk Mikrolet. Bagi angkutan umum yang tarifnya sudah ditentukan tidak ada masalah paling Cuma jumlah penumangnya yang berkurang, namun bagi taksi dan ojek ini problem yang harus diselesaikan. Sebab transportasi taksi dan ojek online dengan yang harga murah, tentu menjadi penghalang rejeki mereka, taksi dan ojek online memlilik tarif yang benar-benar dapat dijangkau peminatnya untuk jarak yang jauh sekalipun. Tentu saja hal ini akan membuat pendapatan taksi dan ojek tradisional menjadi berkurang jauh, tidak seperti biasanya.

Semua ini hanya disebabkan oleh penerapan teknologi terkini yang digunakan pada alat transportasi, nah sekarang bagaimana dengan penerapan teknologi pada pekerjaan rutin di Bank Indonesia. Apakah Pegawai yang tak melek teknologi harus juga demo seperti awak angkutan umum tersebut ? memprotes tentang tata cara dan tata kelola pekerjaan yang sudah menggunakan teknologi terkini ? Jawabannya tentu tidak, sebab mental Pegawai BI pasti nggak separah supir atau pengemudi ojek.

Banyak tempat belajar untuk mengejar ketinggalan kemajuan teknologi, Pegawai BI yang masih baru adalah salah satu sumbernya. Karena merekaa rata-rata menguasai peralatan komputer, laptop, dan segala macam gadget dengan sangat baik. Apalagi persayaratan masuk bekerja di BI mengharuskan mereka menguasi peralatan tersebut dengan mahir, sehingga BI kini menjadi salah satu lembaga atau organisasi yang sudah melek teknlogi.



Bagi yang tidak mau belajar dan mengikuti perkembangan teknologi, mereka harus mencoba keluar dari zona nyaman, cari cara bagaimana dapat bersaing didalam teknologi.  Jangan hanya pasrah, belajarlah supaya melek, dimana ada kemauan disitu ada jalan. Kita harus beradaptasi dengan perubahan, sebab kalau tidak kita akan tersingkir oleh hukum alam. Dunia bergerak dinamis, perubahan teknologi jadi lebih mudah dan murah, kalau kita nggak mampu mengikutinya pasti digilas jaman

Semua bisnis juga harus mengikuti perkembangan jaman, tidak terkecuali angkutan umum, harus didukung oleh teknologi yang canggih. Sistem pemesanan online merupakan kebutuhan yang mempermudah pengguna layanan angkutan umum. Karena perkembangan bisnis harus mengikuti perkembangan teknologi, kalau tidak maka konsumennya akan meninggalkan sesuai dengan keadaan. Begitu juga dengan BI jika Pegawainya tidak meningkatkan pelayanan yang cepat dan terbaik bagi stakeholder-nya, maka BI akan menjadi sebuah lembaga yang digilas jaman.



Selasa, 08 Maret 2016

Kemana Setelah SMA...?

Sebentar lagi anak anak SMA akan merayakan kelulusan. Lulus dari status siswa dan bersiap siap menghadapi era menuju kedewasaan yaitu mahasiswa. Bagi sebagian siswa SMA tersebut mungkin ada yang tidak punya harapan untuk melanjutkan kuliah dan menjadi mahasiswa disebabkan karena tidak punya biaya atau memang merasa mentok untuk terus belajar. Namun, satu hal yang pasti adalah bagaimana menghadapi kehidupan selepas masa SMA.



Biasanya anak anak SMA yang hendak meneruskan belajarnya akan berlomba lomba untuk memasuki kampus-kampus ternama di negeri ini. Mereka kadang lupa akan potensi diri dan seringkali terjebak dalam idealisme sempit mereka. Jurusan yang mereka pilih kadang-kadang adalah jurusan yang tidak mereka kuasai hanya karena ingin mentereng dan mengandalkan proses untung-untungan dalam memasukinya. Inilah selama ini menjebak para siswa SMA tersebut ketika mereka harus memutuskan untuk memilih sebuah jurusan di universitas ternama tersebut.

Sasaran yang mereka incar kebanyakan adalah jurusan jurusan favorit pada perguruan tinggi tersebut yang tentunya membutuhkan tidak sekedar daftar dan isi formulir namun juga perlu persiapan dan passion pada bidang yang mereka incar tersebut. Seringkali mereka anak anak lulusan SMA ini tidak menyadari kemampuan dirinya dan bahkan merasa minder dengan kemampuannya yang tidak populer atau ngetren sehingga mereka tidak pernah memilih jurusan yang sesuai dengan passion jiwanya.

Ada banyak jalan untuk memasuki sebuah perguruan tinggi ternama. Tidak harus memilih jurusan favorit untuk bisa kuliah di tempat tersebut karena banyak jurusan yang mungkin bisa kita pilih sesuai dengan kemampuan yang kita miliki dan kuasai. Satu hal yang pasti untuk menjadi mahasiswa ngetren atau populer bukanlah tergantung dari tempat kita menuntut ilmu atau jurusan yang kita pilih.

Banyak nama nama terkenal dan populer di tengah masyarakat yang bukan dari perguruan tinggi terkenal dan bahkan ada yang tidak lulus kuliah. Mereka adalah orang orang yang terkenal bukan lantaran nebeng nama dari universitas atau jurusan yang pernah ia tempuh. Mereka adalah orang orang yang ngetren dengan karya karya nyata yang menginspirasi banyak orang di sekelilingnya.

Tersedia banyak pilihan jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatmu di luar sana. Tidak usah demi sok gengsi harus mengorbankan minat dan bakat kita hanya karena ikut ikutan teman. Hanya kita yang tahu kemampuan kita berada di mana dan itulah dunia kita yang sesungguhnya. Misalnya bila kita memang mempunyai bakat dan minat yang besar di dunia menggambar mengapa tidak mencoba kuliah di Institut Seni. Kita bisa masuk ITB misalnya tidak harus melulu berkecimpung di bidang eksakta karena di ITB mempunyai Fakultas Seni Rupa dan Desain yang mempunyai sistem penerimaan khusus.

Mungkin ada yang suka hal lain yang mungkin tidak terlalu umum di masyarakat kita bisa mencari jurusan apakah yang berhubungan dengan hal tersebut. Dan mungkin itulah yang akan membuat kamu sukses siapa tahu.(Guslitera)


Senin, 07 Maret 2016

Ide Kecil Tapi Maknanya Luar Biasa

Kadang kita tidak tahu bahwa ada ide kita, walaupun itu kecil dan seder hana, namun itu sangat bermakna bagi orang lain. Kita tidak tahu konteks persoalan yang dihadapi oleh orang lain tersebut namun sadarkah kita kadang – kadang mereka mempunyai kesamaan konteks dengan kita. Untuk itulah walaupun sekecil atau seremeh apapun ide yang kita punya berbagilah lewat tulisan karena diluar sana ada pembaca pembaca yang mungkin terinspirasi dengan tulisan kita.



Uraian di atas adalah salah satu alasan saya membuat tulisan lewat blog. Meski kadang kadang juga lewat media cetak baik berupa puisi, esai, atau reportase kegiatan. Keinginan untuk berbagi ide adalah salah satu dorongan bagi saya karena apabila kita menyampaikan lewat lesan seringkali malah dicibir oleh teman atau malah dianggap sok. Dengan menuliskan ide ide itu saya lebih bisa mengontrol ide pokok yang hendak saya sampaian ke orang lain.

Salah satu kendala kita malas berbagi lewat tulisan adalah karena merasa kita bukan penulis jadi takut tidak ada yang membaca. Kemungkinan tidak terbaca itu pasti jika tulisan kita hanya kita simpan di buku diary bisa tidak pernah di publikasikan. Sekarang ini sarana untuk mempublikasikan tulisan dengan cepat dan mudah tanpa harus melalui penerbit konvensional bisa kita lakukan, ya salah satunya lewat blog. Kita tidak usah takut tulisan kita tidak terbaca karena blog memungkinkan untuk ditemukan orang lain asal kita membuat tag dengan kata yang update atau kata yang spesifik. Tulisan kita akan sering melintas di mesin pencari.

Tulislah sesuatu yang bermakna untuk umum meski itu bersifat pribadi. Seperti yang saya jelaskan di atas bahwa kadang masalah yang kita hadapi memang banyak orang yang mengalaminya dan bagaimana Anda mengatasinya itulah yang biasanya bisa diambil pelajaran oleh pembaca tulisan kita.

Jangan pernah menganggap hal sepele yang Anda alami, orang lain juga akan menganggapnya sepele. Bila bisa saya analogikan dengan memberi uang, lebih bermakna mana memberi Rp 5000,00 ke orang yang miskin dan sedang kehausan didepan kedai es teh dan memberi Rp 100.000,00 pada orang yang sedang pesta di Mall. Itulah salah satu contoh yang bisa saya analogikan dengan ide kita.

Perlu kita sadari bahwa tidak semua orang kaya ilmu, ada juga orang orang yang kurang ilmu yang ingin mencarinya dari berbagai sumber . Orang orang yang seperti inilah yang biasanya merasakan ide kecil kita bermakna luar biasa bagi mereka. Kita hanya perlu membaginya dengan mereka dengan menuliskannya dan mempublikasikannya juga.

Biar bagaimanapun dengan berbagi ide lewat tulisan, kita akan semakin bertambah kaya ide dan kreativitas dan berharaplah ada yang memanfaatkannya walupun itu hanya sedikit dan kalau kita niatkan sebagai ibadah insya Allah berpahala. Ayo! berbagi lewat tulisan.(Guslitera)


Arsip Dalam Bingkai Pencegahan Korupsi

Seringkali dalam pemberantasan korupsi peranan dokumen/arsip begitu penting sebagai bukti adanya transaksi. Koruptor seringkali tidak bisa berkutik bila penyidik dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah mendapatkan dokumen penting berkaitan dengan transaksi bermasalah tersebut. Namun, anehnya di setiap lembaga pemerintahan pengelolaan kearsipan malah kurang mendapat perhatian penanganannya. Padahal semua lembaga publik itu menyadari bahwa arsip termasuk salah satu elemen penting dalam transparansi birokrasi.




Sebagai pegawai yang mengelola arsip, penulis bisa memberikan gambaran bahwa hampir di setiap elemen pemerintahan baik pusat maupun pemerintahan daerah indikasi adanya penanganan arsip kurang serius bisa dilihat dari anggaran yang disediakan untuk pengelolaan kearsipan pasti sangat kecil bahkan tidak ada. Bila dilihat dari sini apakah mengkin sebuah kegiatan di lembaga publik bisa berjalan tanpa adanya anggaran pada kegiatan tersebut.

Melihat pentinganya arsip sebagai bukti rekaman kegiatan sebuah lembaga publik maka arsip bisa menjadi salah satu elemen pendukung pencegahan tindak pidana korupsi. Namun, anehnya kegiatan kearsipan sepertinya menjadi urusan yang kesekian dalam administrasi publik.

Dalam Undang-undang Nomor 43 tahun 2009 tentang Kearsipan dikatakan Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintah daerah, lembaga pendidikan, perusahaan , organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dari pengertian ini kita bisa lihat bahwa semua bentuk rekaman adalah arsip yang tentunya bisa dijadikan alat bukti di pengadilan.



Dilema pengelolaan arsip ini diperparah dengan kekosongan petugas khusus pengelola arsip(arsiparis) di banyak lembaga publik, yang semakin membuat ketidakteraturan informasi di lembaga tersebut. Meski di negara kita sudah ada Undang - undang yang mengatur tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) namun kegiatan kearsipan nampaknya masih jauh panggang dari api untuk bisa dikatakan kredibel dan terpercaya.

Di era pemberantasan korupsi di negeri ini harusnya para pemegang kebijakan sudah bisa lebih mawas diri untuk bisa memberdayakan kearsipan di lembaga masing-masing agar transparansi birokrasi bisa lebih bisa dipertanggungjawabkan dan tidak menjadi jargon semata-mata. Pemberantasan korupsi musykil terjadi tanpa adanya dokumen sebagai barang bukti kejahatan sebuah transaksi keuangan.




Arsip merupakan bukti akuntabilitas organisasi, semua jenis transaksi di lembaga publik harus tercatat dan bisa dipertanggungjawabkan. Kearsipan mempunyai peran penting di sini karena kearsipan juga mencakup reliabilitas dan otentisitas sebuah dokumen. Tanpa otentisitas dan reliabilitas maka dokumen tersebut bukanlah sebuah arsip dan tentunya tidak bisa dijadikan alat bukti di pengadilan.

Sekali lagi bila kita semua mau mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi, poin penting yang bisa kita jadikan obyek penyelidikan adalah dokumen /arsip. Untuk itu di setiap lembaga pengawasan publik hendaknya bisa mengingatkan setiap pegawai instansi publik agar selalu mengarsipkan setiap transaksi yang terjadi karena apabila transaksi itu tidak ada arsipnya bisa otomatis membuat si pelaku dicurigai telah melakukan proses transaksi di bawah tangan dan semua transaksi di bawah tangan punya kecenderungan terjadi penyimpangan.(Guslitera)