Jumat, 08 April 2016

Street Tailor Alias Penjahit Keliling

Kapan awal mulanya profesi Penjahit keliling dilakukan, sampai sekarang nggak ada yang tahu. Yang pasti profesi ini ada karena orang Indonesia suka dengan kesibukan, agar kita konsumennya nggak perlu repot-repot mencari penjahit jika ada pakaian yang rusak. Mangkanya jika weekend, waktunya  bisa dipakai bercengkerama dengan keluarga dan uncang-uncang kaki istirahat dirumah, nggak perlu mikirin baju yang rusak .



Dulu waktu daerah Warga Batik (sekarang Permata Hijau – Jakarta Selatan) sedang jaya, banyak sekali menampung tenaga kerja, terutama mereka yang mempunyai skill menjahit. Sebab diderah itu banyak sekali usaha konfeksi yang dimiliki masyarakat setempat, memproduksi pakaian. Namun kini sejalan dengan perkembangan kota, Permata Hijau telah menjadi perumahan elite dan apartement kelas atas, sehingga usaha konfeksi masyarakat tergusur entah kemana.

Rojak yang asli Subang-Jawa Barat adalah salah satu jebolan konfeksi yang ada disana, usianya kini menginjak 30 tahun. Sewaktu masyarakat Warga Batik Berjaya usianya masih balita, dia belajar menjahit dari usaha konfeksi pamannya yang memproduksi pakaian jadi. Sejak kecil dia sudah memiliki perhatian yang lebih terhadap seni jahit menjahit baju, sehingga di usianya kini ketrampilan otodidak menjahitnya dapat menghidupi seorang istri dan 2 anaknya yang masih balita.

Setiap hari dari pagi hingga petang dengan mengayuh sepeda roda tiga yang dimodifikasi sedemikian rupa hingga mirip becak, dilengkapi dengan mesin jahit manual dan segala tetek bengeknya, dia menyusuri kampung kampung disekitar Kebayoran Lama sampai Kebun Jeruk untuk jemput bola pelanggan. Sebab didaerah itu banyak sekali orang kos-kosan dan tinggal di kontrakan, yang hampir setiap hari memerlukan keahliannya. Hanya pada hari Jum’at dia mangkal didaerah Kebun Jeruk, sebab waktu yang ada cuma sedikit terbentur sholat Jum’at.

Pekerjaan yang digeluti sangatlah mulia dan sangat membantu orang-orang yang membutuhkan pakaian karena sobek, kekecilan atau kegedean. Kendati demikian konsumennya nggak usah banyak pkikir, sebab Rojak mempunyai solusinya mengatasi pakaian-pakaian yang rusak, dengan melakukan permak atau menjahit yang sobek hingga dapat digunakan kembali.

Kepercayaan (trust) pelanggan adalah hal yang utama bagi Rojak dalam bekerja. Sering kali custumer-nya meminta untuk memperbaiki dirumah, sebab ada bebrapa kesulitan yang harus diselesaikan secara teliti. Makanya ketika dia membawa pulang pakaian atau celana pelanggan untuk dikerjakan dirumah, itu adalah hal yang biasa bagi pelanggannya. Rojak mampu mengembalikan pakaian atau celana sebelum tempo yang diberikan berakhir, sehingga kepercayaan pelanggannya terjaga dengan baik.

Sebelum menentukan daerah Jakarta Selatan khususnya Kebayoran Lama sebagai pilihan market-nya, Rojak terlebih dahulu harus membaca situasi dan perkembangan daerah ini. Hal ini penting sebelum masuk mengawali usaha kecilnya, dia menilai daerah ini cocok sebab banyak universitas berdiri, hingga banyak penghuni kos-kosan yang membutuhkannya, dan banyak kantor baru yang dibuka makanya banyak orang-orang yang tinggal di kontrakan mencarinya.

“Alhamdulilah ekonomi daerah sini lumayan, jadi banyak sekali penduduk yang punya pakaian minta dijahitin, kadang dibenerin ditempat, kadang disuruh bawa pulang karena tingkat kesulitannya tinggi dan butuh waktu”, ujarnya. Pada dasarnya penjahit keliling seperti Rojak, melayani reparasi berbagai semua jenis pakaian. Namun yang paling banyak permintaan sekedar menjahit yang robek dan ganti resleting. Besar tarifnya tergantung jenis bagian yang dikerjakan, yang pasti harganya sangat ekonomis dan familier.

Penghasilan Rojak rata-rata sekitar Rp 150.0000 setiap hari, dengan menyelesaikan sekitar sepuluh orderan, bisa juga cuma 7 orderan jika jahitannya agak rumit. Dari pekerjaannya ini dia bisa menghidupi seorang istri serta dua orang anaknya yang tinggal di kontrakan di daerah Kebayoran Lama juga. Bila rejeki sedang mujur dia bisa membawa pulang uang lebih dari Rp 300.000. Apalagi jika tahun ajaran baru sekolah akan dimulai, banyak sekali yang pasang nama, kancing, lambang, badge dan pesen seragam baru.

Termasuk order-an menjelang Hari Raya Idul Fitri, yang bisa membuatnya keteteran karena ingin cepat selesai, bahkan jika seminggu sebelum lebaran kadang dia menolaknya, “sudah over order, terlalu banyak” ungkapnya. Bagi orang yang nggak mampu beli pakaian baru, tentu pakaian lama sangat berarti digunakan silaturahmi ke sanak family. Namun semua palkaian lama nggak bisa digunakan karena sobek dan modelnya ketinggalan jaman. Nah….! Disinilah Rojak mulai beraksi dengan menggoyang kaki mesin jahit plus ketrampilannya, untuk memutar roda kehidupan dan mendapat rejeki.

Jika musim hujan, menjadi waktu yang kurang menguntungkan sebab berhari-hari gerobak jahitnya diparkir di depan kontrakannya karena tak bisa kemana-mana. Inilah saat-saat harus ngirit segala pengeluaran agar ekonomi keluarganya tetap balance.



Tujuh tahun sudah Rojak menjadi penjahit keliling, menurutnya menjadi penjahit keliling lebih menyenangkan dibanding dengan kerja pabrik konfeksi. Interaksi dengan pelanggan dilokasi berbeda menjadi kebahagiaan tersendiri baginya, apalagi sampai sekarang belum ada pelanggan yang complain serius dengan hasil pekerjaannya. Malah beberapa pelanggan sering minta nomor telponnya, apabila butuh jasa jahit keliling tapi Rojak nggak ditempat, pelanggan dapat menghubunginya dan akan mengunjungi konsumennya pada kesempatan pertama.

Prinsip yang dipakai dalam usahanya adalah pertama terima semua keinginan pelanggan dengan segala kemampuan mulai dari jahit dengan ongkos murah kalau perlu harga dibawah pasaran tapi jangan gratis. Kedua melakukan pekerjaan secepat mungkin misalnya pembuatan celana, mulai dari terima bahan sampai jadi dipatok targetnya 2 hari. Ketiga  menjemput bola, sebab dulu pernah penghasilannya nggak berkembang karena lokasi usahanya susah diakses. Apalagi saat ini competitor usaha jahit keliling di kawasan Kemanggisan, Palmerah, Rawa Belong, Pos Pengumben sudah menjamur.

Yang menjadi Kendala bagi Rojak adalah kemampuannya yang terbatas terhadap pola, hal itu dia rasakan jika ada konsumen yang ingin bikin baju dengan model terbaru. Rojak berharap suatu hari nanti pemerintah memperhatikannya dengan memberi kursus menjahit agar skala usahanya bisa berkembang. “Nggak usah bagi-bagi duit buat modal, tapi cukup berikan pelatihan ketrampilan menjahit sesuai dengan perkembangan mode”, tuturnya berharap.

Menurut informasinya bahwa yang melakukan usaha jahit keliling ini rata-rata jebolan dari buruh pabrik konfeksi, sehingga kemampuannya bisa diandalkan. Konsumennya juga kebanyakan kaum urban dari daerah yang cenderung suka dilayani, maksudnya mereka tahu sedikit tentang tren fesyen pakaian luar negeri tapi pikir-pikir dulu sebelum membeli barang baru karena harganya mahal. Maka jadilah kaum urban ini konsumen pertama yang mem-vermak pakaian lama untuk mengikuti tren.

Dibeberapa tempat di Ibukota, profesi seperti ini susah ditemukan. Padahal untuk ekonomi kelas bawah pendapatannya lebih dari cukup. Semoga usaha Rojak dari rumah kerumah ini penuh berkah dengan segala kenikmatan yang diberikan Allah SWT, dengan menengok kebawah Rojak selalu bersyukur menempuh perjuangan hidup dan berbagi kebahagiaan pada sesama.








Senin, 04 April 2016

Ketulusan Di Ruang HD

Sudah lebih dari dua bulan harus berhubungan sama pasien cuci darah. Pasien penyakit kronis yang mengharuskan mereka cuci darah, ada yang seminggu sekali, dua kali, mungkin di tempat lain bisa hingga tiga kali dalam seminggu.
Empat hingga lima jam mereka harus duduk atau berbaring, dua jarum berukuran besar harus ditusukkan ketubuh mereka, selang yang satu menyedot darah dari tubuh mereka kemudian diputar di mesin, setelahnya dikembalikan ke tubuh melalui selang satunya.
Ada pasien yang masih dengan tubuh perkasanya datang sendiri, tapi nggak jarang yang harus dipapah sama keluarga, istri, suami atau anak mereka.
Banyak yang masih mengurai senyum saat menjalani semuanya, tapi beberapa sudah mulai jenuh. Tapi semuanya harus dijalani hingga mereka tiada. Untuk bisa daftar di suatu tempat cuci darah kadang antriannya adalah kematian.
Tapi tahukah jika cuma di ruang cuci darah kita menemukan kesetiaan, mereka yang setia mengantar yang tercinta setiap harinya. Mereka nggak ngeluh, tapi wajah mereka kadang terlihat lelah.
Mereka yang dengan rasa sayangnya menyuapi suami atau istri mereka saat cuci darah, menuangkan air teguk demi teguk ke mulut terkasih. Untuk sekedar menolong makanan masuk. Mereka yang setia. Mereka yang menggenggam erat tangan bahkan saat terakhir yang terkasih harus mengucapkan selamat tinggal.
Diruang ini nampak jelas ketulusan sayang, cinta dan setia. Ditempat inilah semua itu terwujud, bahwa orang yang dicintai patut disayangi dan dibuktikan kesetiaannya.(Me and My Life - Teguh Rasyid)