Kamis, 28 Mei 2015

Pecel Madiun Merambah Jogyakarta

Pecel berarti kuliner yang berbahan dasar sayuran dan sambel kacang. Namun karena Indonesia memiliki berbagai budaya dan kebiasaan maka arti pecel disetiap daerah berbeda.



Pecel di daerah Slawi, Tegal disajikan dalam bentuk rujak, terdiri dari buah-buahan segar antara lain jambu air, nanas, papaya dan manga disirami dengan saus gula merah yang kental setelah dibubuhi cabe.  Di Jawa Timur khususnya daerah Lamongan pecel adalah kuliner berbahan dasar ikan lele goreng yang diberi bumbu sambel terasi, ditambah daun kemangi dan potongan kol mentah. Sedangkan pecel di daerah Banyumas hampir sama dengan daerah lain yang berbahan dasar sayur-sayuran, bedanya  dibubuhi sayuran bau merangsang seperti irisan bunga kecombrang dan biji lamtoro.



Lain lagi di Bukittinggi, disana namanya pical. Bahan dasarnya sama seperti daerah lain yaitu kulupan (rebusan) sayuran, ditambah jantung pisang dan rasanya agak asam, karena selain rasa pedas bumbu asam jawanya sangat dominan. Yang terkenal dikota ini picalnya adalah Pical Sikai, pemiliknya sudah mulai usaha sejak tahun 1958. Pelanggannya banyak datang dari daerah lain yang kebetulan singgah ke kota Bukittinggi, letak kedainya ada di sebelah Panorama Ngarai Sianok.



Di Madiun yang merupakan daerah khas pecel. Bahan dasarnya adalah sayuran kulup berupa bayam, toge, kacang panjang, kemangi, dan daun turi serta sambel kacang sebagai topingnya. Ditambah peyek teri atau peyek kacang, makannya menggunakan pincuk daun pisang. Daun ini dipergunakan agar saat pecel panas merangsang daun tersebut mengeluarkan bau yang membuat selera meningkat. Untuk toge yang dipergunakan adalah toge yang pendek, bukan yang panjang akarnya, agar terlihat bersih. Sebab kalau menggunakan toge yang panjang terkadang banyak kotoran yang masih menempel.



Hampir disetiap sudut kota Madiun jajanan ini mudah ditemui, bahkan sekarang telah merambah ke kota Jogyakarta, yang notabene Jogya adalah kota gudeg. Khususnya dipagi hari di depan Mall Malioboro mulai pukul 6 s.d 9 ada pedagang kakilima yang menjajakan kuliner ini. Namanya “Pecel Madiun Berkat”.



Setiap hari banyak penggemar pecel yang yang menyambangi tempat ini, hampir 300 pincuk terjual. Namun jika hari Sabtu atau Minggu apalagi long weekend bisa dua kali lipat penjualannya, karena masyarakat yang habis pit-pitan (main sepeda) biasanya singgah kesini. Untuk ukuran kakilima jelas ini merupakan omset yang cukup menggiurkan. Makanya sekarang ini dikiri kanan kedai Lukas terdapat pedagang kalilima sejenis men-dompleng ketenarannya. Lukas sang pemilik kedai ini dibantu oleh 4 orang keluarganya melayani konsumennya dengan menggunakan seragam. Itu pun kewalahan karena penikmat pecel datangnya pagi-pagi, mampir menjelang berangkat kekantor atau tempat kegiatan lainnya.




Selain pecel menu lain pelengkap sarapan juga tersedia antara lain : sate usus ayam, hati rempela ayam, telor dadar, tempe goreng, tahu goreng, peyek serta minum air mineral dan teh. Harga perpincuk pecel ini sangat merakyat, murah delapan ribu dengan nasi dan peyek, sedangkan sate usus ayam seribu, hati rempela ayam dua ribu, telor dadar tiga tibu, tempe serta tahu goreng seribu, teh manis seribu. Pokoknya walau cuma punya duit sepuluh ribu dijamin kenyang dan sehat, makanan ini rendah kolesterol dan berserat tnggi. 

Situs Bersejarah Yang Eksotis

Mandi adalah kebutuhan hidup manusia demi menjaga kesehatan, agar badan selalu wangi dan juga segar. Oleh karena pada tahun 1758 di kota Jogyakarta, Sri Sultan Hemengkubuwono I atau yang terkenal dengan Pangeran Mangkubumi  membangun sebuah tempat pemandian yang bernama “Taman Sari” atau “Royal Water Castle” atau dalam bahasa jawanya “Pasiraman Umbul Binangun”.



Tujuan dari pembangunan pemandian tersebut adalah untuk menyenangkan orang yang disayangi oleh sultan, terutama selirnya yang berjumlah 40 orang, Sultan nggak memiliki istri atau permaisuri. Sejak Sri Sultan Hamengkubuwono I s.d Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Sultan tak memiliki istri hanya selir. Sultan yang memiliki istri atau Permaisuri  hanya Sri Sultan Hamengkubuwono X, yang saat ini menjadi Raja di keraton sekaligus menjadi Gubernur Daerah Istimewa Jogyakarta.



Bangunan Taman Sari dibangun menghadap ke barat atau arah kiblat, merupakan akulturasi gaya Eropa dan Asia, arsitekturnya masih terlihat jelas dari beberapa bangunan yang style atapnya dari daerah ras kuning di Asia , serta ukiran dan goresan dindingnya berhiaskan kepala barong. Sedangkan gerbang timurnya mirip dengan beberapa bagunan yang ada di Eropa khususnya Portugis, ini karena arsitekturnya adalah orang Portugis yaitu Demang Tegis. Kalau dilihat dari fakta itu, berarti bahwa Kerajaan Mataram dulu adalah kerajaan islam, yang berbudaya campuran China karena mempunyai hubungan baik dengan kerajaan di Mongolia, sedangkan rakyatnya sedang berada dalam masa transisi dari budaya Hindu menuju budaya Islam.



Sayang sekali gerbang depan (barat) bangunan ini sudah tertutup rumah penduduk, sehingga bagi wisatawan yang akan mengunjungi tempat ini, pintu masuknya adalah gerbang timur yang berhubungan langsung dengan jalan menuju keraton . Dibagian tengah bangunan menurut cerita Pak Warso, salah seorang Guide yang ada disitu, dulunya adalah taman. Kini tempat tersebut telah dipenuhi oleh rumah  tempat tinggal yang pernah menjadi abdi dalem keraton.



Taman Sari ini terletak di sebelah barat Keraton Yogyakarta, sekitar 7 menit berjalan kaki dari komplek Keraton. Kompleks ini semula memiliki 57 bangunan seperti : kebun, gapura, danau buatan, kolam pemandian, kanal air, jembatan gantung, danau buatan, pulau buatan, dermaga juga masjid dan lorong bawah tanah. Namun beberapa bangunan itu kini sudah tak utuh lagi. Karena tergerus usia dan cuaca, juga karena beberapa kali gempa hebat yang melanda kota Yogyakarta.



Taman Sari berarti taman yang Indah, dulu merupakan taman yang benar-benar indah dan mutakhir yang terdiri dari tiga kolam dengan pot-pot bunga yang besar.  Kolam itu adalah: Umbul Muncar untuk Putra-putri sultan, Umbul Binangun untuk para Selir, Umbul Pamungkas khusus untuk mandi dengan selir terpilih.



Saat-saat mandi adalah saat yang sangat menegangkan bagi selir-selir Sultan, bagaimana tidak ? sebab Sultan hanya berkenan mandi bersama dengan seorang Selir. Sehingga menjelang Sultan mandi semua selirnya berkumpul di kolam Umbul Binangun, lalu Sultan melemparkan bunga itu ketengah kolam. Bagi Selir yang bisa menangkap bunga itu, maka saat itu adalah giliran dirinya mandi bersama Sultan. Sedangkan Selir yang lain menunggu hingga saat mandi berikutnya.



Selir yang mendapatkan bunga lalu diajak Sultan menuju kolam Umbul Pamungkas, yang sebelumnya diajak mandi sauna ditempat yang telah ditentukan. Oh ya…. sebelum mereka mandi sauna, Sultan dan Selir memasuki ruangan khusus ganti pakaian. Sebab sebagai seorang Raja nggak bisa sembarangan mengenakan pakaian, pihak kerajaan telah menentukan aturannya.



Taman sari dahulu selain sebagai tempat pasiraman (mandi) keluarga kerajaan, juga dijadikan tempat bersantai, rekreasi, hiburan dan meditasi Raja. Didesain sebagai sistem pertahanan yang unik. Oleh karenanya tempat ini juga dilengkapi lorong rahasia untuk berlindung dan menyelamatkan diri. Sementara itu, air ternyata tidak hanya untuk memperindah taman, tetapi juga sebagai senjata rahasia menghindari bahaya saat musuh menyerang, Sultan dan keluarganya dapat melarikan diri melalui lorong bawah tanah yang konon menghubungkan antara Keraton dan Pantai Selatan sesaat kemudian gerbang air akan terbuka sehingga air akan menggenangi musuh hingga tenggelam.



Dibagian sebelah utara terdapat dapur atau Gedong Madaran, dimana tempat tersebut adalah tempat para abdi dalaem memasak menu yang diinginkan Sultan. Nggak jauh dari Gedong Madaran terdapat tempat Sultan bermeditasi, menurut para Guides disitulah Sultan berkomunikasi dengan Nyi Roro Kidul. Namun sayangnya bagian dalam tempat meditasi ini rusak terkena gempa tahun 2007.



Jika tempat ini terawat dengan baik, sebenarnya Taman Sari merupakan salah satu destinasi unggulan Jogyakarta. Terletak tak jauh dari Keraton dan pusat kota, tempat ini merupakan istana air yang digunakan sultan untuk beristirahat dan menyambut tamu. Selain itu, di dalam komplek Taman Sari juga terdapat masjid bawah tanah, masjid yang unik dan menarik. Bayangkan pada tahun 1758 Bangsa Indonesia sudah mampu membangun sebuah bangunan yang multiguna, dengan tembok yang kokoh dan memiliki lorong-lorong yang cantik.



Masjid ini mempunyai bentuk bangunan yang hebat, berbentuk melingkar dan memiliki dua lantai. Lantai bawah digunakan untuk pria dan lantai atas digunakan oleh wanita beribadah. Di setiap lantainya pun terdapat lubang-lubang sebagai tempat berdirinya imam pemimpin salat. Di tengah bangunannya terdapat lima tangga untuk naik ke lantai atasnya, yang bermakna jumlah waktu salat umat Islam. Di bawah tangganya terdapat kolam yang dulu digunakan untuk berwudlu sebelum salat, kini kolam tersebut tidak lagi terisi air. Bentuk bangunannya yang melingkar, menjadikan suara akan bergema di dalam masjid. Ini merupakan teknologi yang digunakan oleh masyarakat pada zaman dulu. Tidak perlu pengeras suara, suara imam akan terdengar oleh semua jemaah.




Jika berkunjung ke kota Jogyakarta, Taman Sari jangan dilewatkan begitu saja, disamping bangunan dan aritekturnya bernilai seni serta sangat bersejarah, didalamnya sangat fenomenal dan eksotis. Apalagi buat sobat yang suka jeprat-jepret nuansa yang kharismatik, di situs inilah tempatnya.

Rabu, 27 Mei 2015

Dawet Batok

Ada sesuatu yang sedikit agak nyeleneh ketika berkunjung ke Stadion Wilis di Kota Madiun, yaitu pedagang cemilan yang menyajikan minuman cendol dengan batok kelapa. Kalau biasanya minum es dan sejenisnya menggunakan gelas, disini penjualnya menggunakan batok kelapa sebagai sarananya.  Makanya disebut “Dawet Batok”.



Didaerah lain minuman sejenis yang disediakan menggunakan gelas atau mangkok kecil antara lain : Es Dawet Ketan dari Semarang, Es Dawet Kemangi dari Ngawi, Es Dawet Ayu dari Banjarnegara, Es Cendol Elizabet dari Bandung, Es Pisang Ijo dari Sulawesi Selatan, Es Cincau dan Es Teler serta Es Selendang Mayang dari Jakarta, Es Dawet Ireng dari Purworejo, Es Air Mata Pengantin dan Es Durian dari Padang dll.



Rasanya hampir sama dengan dawet lainnya, tapi dawet batok kelapa disajikan dengan kombinasi cendol tepung beras dan tape ketan hitam, sehingga rasa manis dan asam bercampur menimbulkan selera tersendiri. Rasa manis yang timbul dari cendol ini berasal dari gula merah, bukan sirop atau gula putih, makanya sensasi manisnya jadi agak smooth.



Kebanyakan penjaja dawet batok kelapa adalah pedagang kakilima, sehingga mudah untuk menemukannya di berbagai penjuru kota Madiun. Harga perporsinya pun sangat minimalis yaitu Rp 3.000, sehingga kalangan masyarakat kelas manapun dapat menjangkaunya.




Walau minuman ini belum setenar minuman lainnya, pasti suatu saat akan tampil didepan dan menjadi  minuman yang digemari masyarakat, sebab selain rasa dawet yang enak tape ketan hitamnya bikin badan jadi suegerrrrrrr. Rasanya memanjakan dahaga membuat orang menikmati es cendol ini.

Kuliner Bebahan Dasar Jamur

Sebagai kota tujuan wisata, kuliner Jogyakarta nggak ada matinya, dari menu yang biasa sampai yang luar biasa juga ada. Beberapa waktu saat ke Yogya, aku singgah di Desa Pandowoharjo Sleman melalui jalan arah Magelang, kesalah satu tempat kuliner disana yaitu Resto “Jejamuran”.



Sampai direstoran pas waktu makan siang,  waduhhhh… waktu itu resto lagi rame-ramenya, pengunjung penuh. Tapi Alhamdulillah masih kebagian tempat, karena begitu pengunjung memasuki resto ini langsung diarahkan petugas resepsionis ke meja yang masih tersedia, sehingga nggak perlu repot-repot mencari tempat. Setelah itu langsung memesan menu yang diinginkan, termasuk minumannya.




Restorannya besar banget, dapat menampung kurang lebih 100 orang pengunjung sekaligus, dilengkapin dengan mushala dan live music. Sehingga jika makan siang bagi yang muslim nggak usah khawatir terlambat menjalankan kewajibannya, buat yang suka dengerin musik akan terasa lebih nikmat lunch atau dinner diiringi alunan suara emas penyanyi setempat. Disini bagi pengunjung yang mau nyanyi pun diperkenankan mengalunkan suaranya.




Kenapa sih kok namanya “Jejamuran” ?. Sebab restoran ini menghidangkan menu utama berbahan dasar jamur. Menu yang ditawarkan citarasanya istimewa dan bervariatif. Jamur diolah menjadi sate, goreng penyet, sop, omlet, tongseng, asam manis, karedok,  pepes, lombok ijo, tomyam, semur edan, goreng tepung, kripik,  lumpia. Bahkan ada minuman yang berbahan dasar jamur, namun sedikit pahit namanya “wedang jejamuran” dan es teh mint.



Taste dari hidangan di jejamuran sangat lezat, menyerupai menu yang terbuat dari bahan dasar daging hewan. Nama masakannya-pun diambil dari nama jamur yang dipergunakan sebagai bahan. Misalnya telor dadar shitake, pepes shitake, sop champignon, goreng tepung portabella, sate jamur kancing, goreng tepung jamur merang, king oyster lada hitam.




Sop jamur kuah beningnya enak suegeeeer, rasanya seperti daging ikan beneran dan nggak bau amis. Sate jamur kancing, mirip sate ayam tapi beda rasa, maupun teksturnya.  Rasanya kenyal dalam bumbu kacang halus bercampur kecap, memancing air liur dan mengundang selera. Kemudian jamur asam manis, yang diolah se-lezat menu asam manis dari Riau, siapa sangka masakan ini terbuat dari jamur, rasanya yesssss banget.



Bagi yang hobi rasa pedas, ada jamur bakar pedas, hot banget. Pedasnya meresap. Selain itu gulai jamur rasanya juara, ngalahin gulai kambing Madura, bikin ketagihan dan nggak terlalu pekat santennya. Saat digigit jamurnya pun seperti daging, lunak dan nikmat. Hampir nggak percaya kalau itu jamur, makanya saat makan aku iseng sambil kubuka dalamnya, wow….. bener asli jamur bukan daging.



Bukan hanya menu masakan berbahan dasar jamur, direstoran ini juga menampilkan display jenis-jenis jamur dalam baglog media tumbuh jamur, yang sengaja ditata untuk dilihat dan berfoto narsis pengunjung. Inilah yang menjadikan resto ini unik. Jejamuran juga memberikan kesempatan bagi pengunjung  yang berkeinginan belajar budi daya jamur, sehingga memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang manfaat jamur dan menciptakan budaya masak jamur dipadukan resep tradisional.



Sekarang jamur bukan hanya pelengkap masakan, gizinya nggak bisa dipandang sebelah mata, kolesterolnya rendah. Jamur nggak hanya lezat tapi sangat bermanfaat bagi kesehatan. Banyak mengadung serat sehingga proses pencernaan dan buang air menjadi lancar, nggak ada kadar gula yang dikandung low fat, sangat baik untuk diet.


Semua harga menu yang ditawarkan sangat terjangkau apalagi buat orang Jakarta, yang suka nongkrong di kafe. Bahkan menu jamur krispi shitake harganya lebih murah dari yang dijual kakilima di Bintaro Plaza. Walau lokasinya dipinggiran kota, tetapi Jejamuran ramai diserbu pengunjung, sebab unik dan origin. Pelayanan disini cukup ramah dan telaten, mereka terorganisir dengan baik, mulai dari pengunjung masuk hingga membayar di kasir semua serba teratur, apalagi kebersihan restonya sangat terjaga. Bagi penggemar kuliner aku sangat merekomendasikan singgah ketempat ini, dan masukan tempat ini kedalam list kuliner yang wajib dicoba.


Jumat, 22 Mei 2015

Candi Borobudur Singgasana Para Dewa

Candi Borobudur merupakan bangunan yang mencerminkan seni masyarakat penganut agama Budha. Ini terlihat dari segala ornament yang ada dikekitar dinding, menggambarkan cerita-cerita yang ada pada cerita Mahabarata dan Ramayana. Bagunan candi ini memiliki empat titik masuk, yang saling berhubungan satu sama lain. Sehingga eksterior maupun interiornya adalah merupakan cerita diorama yang saling berkaitan, untuk menuju nirwana.



Candi Borobudur merupakan bangunan yang impresif dan kokoh, sejatinya adalah sebuah singgasana seorang Dewa. Bentuk dari stupa yg melingkar tingkatan teratas diartikan sebuah putik pada mahkota bunga teratai.        Candi ini menyimpan berbagai pertanyaan yang belum terjawab hingga kini, walau didirikannya sejak tahun 800-an masehi oleh pemerintahan Wangsa Syailendra, dengan struktur dasar punden ber-undak.



Berbagi jenis patung ada disekitar bangunan candi yang terletak di 432 area, antara lain : Bhumi Sparsa Mudra yaitu patung lambang kehidupan di bumi, Vara Mudra patung dewa yang memberi sedekah atau rejeki, Dhyana Mudra patung yang menggambarkan manusia yang sedang bermeditasi,  Abhaya Mudra patung yang melambangkan keberanian, Vitarka Mudra patung kebajikan dan Dharma Chakra Mudra sebagai patung yang menjalankan peraturan atau undang-undang.



Banyak yang berspekulasi hingga menganggapnya sebagai suatu misteri hingga masuk ke wilayah mistis. Bangsa kita memang suka dengan hal-hal yang berbau misteri yang mistis. Penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan justru mengarah pada suatu temuan bahwa candi atau kuil ini dibangun dengan cara yang pintar. Jauh dari unsur mistis. Cerita demi cerita setuap pengunjung  akan menguak tabir misteri cara membangun candi ini.



Disalah satu diorama-nya terdapat gambar sebuah perahu yang sedang mengarungi lautan, dari hasil penelitian Philip Beale seorang berkebangsaan Inggris yang meneliti tentang perahu di tahun 1982. Menyampaikan bahwa dulu pada jamannya perahu itu digunakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia, untuk mengarungi lautan sampai ke Benua Afrika dan Kepulauan Madagascar untuk mengangkut kayu manis.



Candi Borobudur memiliki design arsitektur yang menawan. Batu yang terpasang pada candi, dalam jumlah cukup besar berupa relief dan arca yang menghiasi hampir seluruh permukaan candi. Ini berarti candi borobudur bisa dikatakan sebagai bangunan seni dan arsitektur yang terbesar.  Mungkin karena alasan arsitektur dan seni inilah yang membuat pelaksanaan candi berjalan dalam waktu yang lama, jadi bukan karena kesulitan mengangkat batu dengan cara yang primitif.



Batuan digunakan sebagai pembentuk candi dan sebagai media relief dan arca candi. Setiap batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat. Batu-batu ini hanya disambung berdasarkan pola dan ditumpuk. Tumpukan batu yang tanpa disemen tak bisa lepas, karena sambungan tumpukan batu tersebut ada pola penyusunanya. Disinilah keunggulan dari konstruksi awal candi yang membuatnya tetap bertahan ribuan tahun. Para pendahulu kita telah merancang pola tumpukan batu sedemikian rupa dengan teknik penguncian. Batu-batu dibentuk agar dapat terkunci satu sama lain.



Yang paling menarik di bagian atas lantai dua candi terdapat Rupadhatu yang menceritakan menceritakan kehidupan Buddha Gautama. Ini disebut relief Lalitavistara cerita ini merupakan biografi Buddha Gautama. Dilahirkan dengan nama Pangeran Siddharta di Lumbini Gardel (Nepal), nama ibunya adalah Maya Dewi, dia meninggal seminggu setelah Pangeran Siddharta lahir.



Setelah dewasa, Sidharta menikah dengan putri Gopa. Dalam perjalanannya di luar istana, Siddharta menemukan beberapa peristiwa yang belum pernah ia saksikan. Antara lain peristiwa orang tua yang jatuh sakit, lalu mati. Sehabis ia menyaksikan peristiwa ini, Siddharta meninggalkan istana dan mulai menjadi pertapa (Wanaprasta). Ia menjadi murid dari beberapa guru yang paling menonjol, yaitu Bramapani, Rydraka, Arada Kapala dan lima pertapa yang terkenal. Pelajaran dari beberapa gurunya tersebut tidak memuaskan dirinya. Akhirnya Siddharta berlatih asketisme di bawah pohon bodhi di Bodh-Gaya-Town India, disana ia memperoleh pengetahuan yang luas. Lalu setelah itu Siddharta mengubah namanya menjadi “Gautama Buddha”

Hal yang paling banyak kurang bagus mengenai Candi Borobudur adalah banyaknya kepala patung yang hilang dan kebersihannya. Banyak sampah yang menggunung di luar pagar candi, toliet yang gelap dan kotor. Hal tersebut tentu saja mendapat nilai minus dimata wisatawan, apalagi Candi Borobudur adalah tempat wisata bertaraf internasional.



Berwisata tanpa belanja souvenir kurang afdol. Setelah turun dan akan kembali ke kendaraan diparkir, kita akan melewati deretan pedagang souvenir menarik dari mulai baju batik, pernak-pernih, miniatur stupa, kaos, baju sampai cobek batu asli. Dalam berbelanja kita harus pandai-pandai menawar agar barang yang dibeli nggak kemahalan. Selain itu juga ketelitian dalam memilih kualitas barang yang dibeli sangat penting. Sebab barang disini hampir semuanya murah, sehingga kulitasnya bisa dibayangkan sendiri. Jika tak ingin membeli survenir nggak usah berhubungan dengan dengan pedagang asongan, karena mereka akan mendesak kita agar membeli dagangannya.

Menikmati keindahan Candi Borobudur terasa kurang bebas dan puas jika kesana pada saat musim liburan, karena candi akan dipenuhi pengunjung. Apalagi ditambah hawa panas sengatan matahari saat siang, jika hari sudah sore segera saja petugas memberitahukan bahwa kunjungan ke candi akan ditutup pukul 17, sehingga bagi wisatawan nggak bisa menikmati sunset dipuncak candi. JIka berkunjung ke Candi Borobudur sebaiknya jangan saat musim liburan, agar kita puas menikmati dan merasakan hembusan udara sejuk dipagi hari.




Ngintip Dapur Pembuatan Tas "Dowa"


Tas adalah Wanita, Wanita adalah Tas…. Itulah semboyan dari Mbak Delia Murwihartini owner “Tas Dowa”, yang memicunya untuk terus berkarya membuat tas yang selalu diburu kaum hawa.



Sebuah kesempatan yang jarang ditemui dapat mengunjungi tempat produksi dan juga showroom Dowa di Godean Yogyakarta. Tempatnya  sangat inspiring dan excited banget, bukan hanya konsumen yang mau membeli tas diberi pelayanan terbaik, bagi driver yang membawa tamu pun dapat menunggu majikannya dengan nyaman. Mereka disediakan tempat yang lengkap dengan snack lokal dan air mineral secara gratis.  



Memasuki tempat Tas Dowa yang pertama kali dikunjungi sudah pasti showroom, dimana terdapat banyak sekali tas yang dipajang pada display hasil produksi. Penampilan display ini sungguh menarik dan membuat kesan tas dowa menjadi mewah dan glamour. Saat itu secara nggak sengaja aku melongok kebelakang, ternyata disana terdapat ruangan produksi yang dihuni banyak pekerja, lebih dari seratus orang.



Ada yang bertugas menyiapkan benang nylon, membuat pola, menjahit, mengelem, merajut, memasang resleting, memasang daleman, merangkai, pengecekan kulitas kulit, packing dan petugas supervisor (Pak Samidi) yang mengontrol hasil pekerjaan para pegawainya.  Supaya mutu tetap terjaga dan penampilan dari barang yang dihasilkan nggak mengecewakan.



Apalagi pangsa pasar tas Dowa sejak tahun 1994 s.d 2004 adalah ekspor ke Amerika dan Eropa, sehingga pengerjaannya sangat detail agar tak ada barang yang sudah dikirim reject cetusnya. Yang dipakai sebagai bahan dasarnya adalah nylon lokal yang mutunya terjamin, dilengkapi dengan hardware atau asesoris tas berbahan stainless agar tak mudah rusak atau berkarat. Sejak tahun 2004 Dowa menancapkan kukunya kepasar dalam negeri.



Didalam negeri walaupun harga tas ini terbilang lumayan mahal namun ternyata peminatnya cukup tinggi. Mungkin ini disebabkan karena kulaitas yang baik dan setiap wanita tak hanya cukup memiliki satu buah tas, kaum hawa harus menyesuaikan tas dengan aksesori lain. Wanita mana yang nggak kalap melihat tas Dowa. Modelnya cantik dan uptodate,  dibuat disebuah desa di kota Yogyakarta. Siapa sangka, dari tangan-tangan orang desa-lah tas lokal ini bisa membawa nama harum produk dalam negeri ke seantero dunia. Ternyata, tas Made in Indonesia pun nggak kalah dengan tas ber-merk buatan asing.


Tas dengan desain Yogya asli, sederhana, rajutan etnik, unik, handmade warna-warna natural.  Tas Dowa sangat bervariasi model dan warnanya. Untuk produk tas sendiri, Dowa memiliki beberapa macam tipe tas, yaitu faith, great year, grazie, optimist. Selain tas, dowa juga menyediakan aksesoris, scarf, dompet dan sebagainya.


Nama Dowa sendiri diambil dari bahasa sansekerta yang artinya doa. Nama itu pun akhirnya sukses mengantarkan pemiliknya menembus pasar global, disukai konsumen luar negeri. Di Amerika, hasil karya pengrajin tas Dowa dipatenkan dengan merek “The Sak”, sementara di Eropa tas rajut ini tenar dengan merek “The Read's”. Soal kualitas rajutan merupakan warisan nenek moyang yang memiliki nilai artistik tinggi. Tak heran tas dengan merek dagang The Sak dan The Read’s berhasil melanglang buana. Sementara tas dengan merek dagang Dowa, lebih dikenal di pasar lokal.


Apa beda Tas Dowa dengan The Sak? Keduanya hampir sama, hanya saja jika Dowa ada tambahan aplikasi logam dan kulit, The Sak full rajutan so lebih natural. Peminat barang ini nggak bisa mendapatkan tas ini sembarang toko, selain pembuatannya limited edition, toko yang menjualnya juga terbatas. Hal tersebut justru menjadi nilai tambah pada eksklusifitas tas rajut ini.

         
Bagi sebagian besar wanita, model tas merupakan salah satu ajang untuk “pamer” segala sesuatu. Mulai dari dandanan, baju yang dikenakan, sampai pada tas yang dibawa.  Bagi kaum hawa yang gemar gonta ganti tas dengan berbagai merk, jenis, warna dan model terbaru, tentunya sudah nggak sabaran ingin menambah lagi koleksi tas dengan kualitas yang lebih bagus, mewah, unik dan menarik. Jika ngeluyur ke Yogyakarta, jangan lupa mampir ketempat pembuatan tas ini. Kita diperbolehkan masuk kedalam dapur, selain berbelanja kita pun disuguhi kudapan tradisional atau lebih kerennya jajan pasar. Jangan takut kuno atau ndeso, justru model rajut selalu uptodate. Daripada memakai produk import atau pura-pura import, mengapa kita nggak memakai hasil karya bangsa sendiri aja.