Kamis, 10 Oktober 2013

Nyawer

Hajatan perkawinan itu ada di suatu rumah, di hajatan itu lumayan ramai tamunya. Para undangan datang dan pergi. Satu tenda menaungi suasana pesta di halaman rumah yang tak seberapa luasnya. Pesta kawinan itu tak hanya diramaikan undangan, tetapi terlebih penonton yang asyik menyaksikan seorang penyanyi organ tunggal sedang beraksi. Pakaiannya sensual juga goyang erotis dan penampilannya, lagunya "Keong Racun". Satu keyboard yang lantas dikenal dengan organ tunggal  mengiringinya.


Di sekelilingnya beberapa lelaki sedang berjoget dengan bermacam gaya. Terdengar sorak-sorai dan berbagai komentar. Terlebih ketika mereka mengacungkan uang sawer. Tak jelas lagi, siapa sebenarnya yang sedang ditonton, penyanyi yang bahenol itu atau para penjoget. Tak ada panggung. Pertunjukan itu berlangsung di sebuah sudut di teras rumah. Tampak sempit, tetapi tak menghalangi hasrat orang untuk berjoget. Sesekali penyanyi memanggil nama ibu dan bapak hajat, Pak RT, atau siapa pun yang dianggap penting untuk ikut joged. Orang yang maju ke pentas sambil bawa duit, buat bergoyang bersama dengan sang penyanyi yang lebih dikenal dengan istilah nyawer

          Tontonan makin "panas" ketika Pak RT turun berjoget. Begitu pula manakala seorang undangan "menyumbangkan" sebuah lagu. Lagunya "Istri Saleha". Ia pun duet dengan penyanyi dangdut itu, sementara istrinya menyaksikan sambil mesem-mesem. Agak kurang pas, karena penyanyi dadakan itu suaranya fals. Akan tetapi tak apa, yang penting nyanyi, joget, dan nyawer.


Sejujurnya... melihat penyanyi dangdut dengan segala kelebihannya itu, bermacam rasa sakit pedih iba dan banyak lagi bercampur aduk menjadi satu. Bukan menghayati lagu apalagi casing penyanyinya. Kehidupan selebritis kecil-kecilan itu seringkali berlawanan arah dengan apa yang selama ini orang-orang pikirkan. Kebanyakan mereka menganggap hidupnya gemerlap dan selalu ada tawa ceria di dalamnya. Padahal semua itu hanya ada di panggung sandiwara. Turun dari situ, carut marut kehidupan yang mengarah ke sisi gelap banyak menggeluti. Tak jarang di kehidupan nyatanya, sang bintang itu justru mengenaskan untuk ukuran manusia normal.

Selain menghiasi pesta perkawinan, tak jarang setiap adanya pentas dangdut entah dalam rangka ulang tahun organisasi atau orang mengadakan hajatan selalu dipenuhi oleh orang-orang kelas pekerja, bahkan kelas menengah kadang-kadang menengoknya saja…malu-malu…kalieee…!!!. Keberadaan musik Dangdut memang dinilai banyak kalangan sebagai musik yang membawa aspirasi kalangan masyarakat kelas bawah dengan segala kesederhanaan dan kelugasan dalam setiap pementasannya. Ciri khas ini tercermin dari lirik serta bangunan lagunya dengan gaya pentas yang sensasional dari para artis yang membawakan lagu-lagunya hingga para penonton terbius dalam goyangannya yang terkadang terlihat gayanya  seronok hingga membuat orang yang melihat menjadi melotot…tot, tapi dalam acara itu nyawer pasti nggak ketinggalan dan bahkan dominan, sampai membuat acara jadi lebih meriah.

          

  Efek menyawer adalah bahwa seorang penyanyi atau pengiringnya akan memperoleh tambahan penghasilan, walau kadang efek samping dari acara sawer menyawer itu mudah menyeret seseorang lupa diri, padahal beras buat masak dirumah sudah habis. Nyawer biasanya dilakukan menjaga prestise seseorang, jika orang banyak menyawer maka namanya akan selalu disebut-sebut dan dipanggil-pangil oleh penyanyi. Semakin dia banyak nyawer semakin sering dia dipanggil, semakin panjang lagu yang dimainkan, sehingga menaikan harga dirinya dihadapan pengunjung dan penyanyi (Rawins.com dan Teguh Imanto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar