Sabtu, 22 Maret 2014

Perpustakaan Pertama dan Suri Tauladan

Broken Home sebuah ungkapan yang selalu dikonotasikan negatif. Tapi broken home bisa menjadi bekal kita dalam menjalani hidup. Bilamana kita mau belajar dari kejadian tersebut.
 
Sebenarnya tulisan ini berangkat dari kesadaranku yang berasal dari keluarga yang broken home. Aku juga nggak ingin membangun rumah tangga di masa depan dengan ala kadarnya maka kuharapkan tulisan ini menginspirasi seluruh orang tua di Indonesia.
 
Dalam pemahamanku, untuk membangun kehidupan karakter bangsa ini salah satu pilar karakternya sangat bergantung kepada wanita, dalam hal ini adalah Ibu. Ibu yang melahirkan dan merawat kita.

 
Saat kehadiran seorang anak dalam rumah tangga seringnya kurang mendapatkan perhatian dalam segi pendidikan. Pendidikan yang melingkupi banyak hal. Tak hanya pendidikan teori dengan bersekolah. Tapi pendidikan role model pola keluarga harmonis. Kecerdasan seorang anak dalam berperilaku.
 
Yang kutahu, banyak orang tua hanya menuntut anaknya, tetapi tidak menuntun secara jasmani dan rohani. Maksud dari jasmani orang-tua harus memperhatikan dari segi gizi bagi perkembangan anak itu sendiri, dan rohani ialah pendidikan dalam agama guna membangun pemikiran dan perilaku anak sesuai dengan kaidah dari keyakinan kita. Dukungan moral yang amat sangat berpengaruh bagi kepercayaan diri anak tersebut. Ajarkanlah anak tentang hidup dengan kedermawanan dan kesederhanaan. Bukan memberikan contoh pada mereka dengan gengsi takut miskin atau hidup berleha-leha.
 
Oleh karena itu didiklah anak bukan hanya bagaimana mencari makan, ijasah, status sosial atau kedudukan. Tetapi ajarkan untuk bagaimana terus tumbuh, kemudian bisa bermanfaat.
 

Maka dengan pematangan konsep mendidik dan membesarkannya jangan pernah ada rasa lelah dan jera. Jadilah ibu yang menjadi perpustakaan pertama anak-anak kita, atau bapak sebagai suri tauladan mereka. Orang tua adalah sumber ilmu terdekat bagi anak. Dan orang tua harus selalu tetap menjadi guru terbaik dan pertama bagi mereka.(Akbar Prima)

Jumat, 21 Maret 2014

Kasar Pada Anak

Mendidik anak susah-susah gampang. Dalam kehidupan sehari-hari, orang tua sebagai manusia kadang lupa mengontrol emosi. Berbagai masalah yang dihadapi, belum lagi energi yang habis ketika mengurus rumah tangga sering membuat ortu lupa menjaga kendali. Pukulan ringan atau kekerasan kerap terjadi ketika ortu emosional.

Ketika kita kasar pada anak efek yang dialami langsung adalah “rasa takut”. Anak selalu merasa ketakutan kepada orang tua, maka terputuslah komunikasi antara dia dan orang tua. Perilakunya terusik saat bersamanya, sehingga dia selalu menghindar. Jika anak melihatnya, timbul perasaan takut dan berlari kekamar. Dan jika dia lewat didekatnya, anak langsung menjauh dan menghindar darinya.


Akibat selanjutnya adalah “linglung”. Anak akan kehilangan rasa percaya diri dan selalu bersikap linglung. Dia nggak mampu mengambil suatu keputusan. Fenomena tersebut semakin jelas terlihat saat anak beranjak dewasa. Lalu “penyendiri” dan nggak mampu berinteraksi dengan orang lain, sehingga ia menjadi sosok yang kesepian dan pemurung, hilanglah sifat yang terpenting, yaitu daya tarik pribadi.

Kita tak menyadari bahwa berbuat kasar pada anak, bukan membuat anak menjadi baik. Namun menanamkan benih-benih kebencian, emosi dan perbuatan kasar. Memberi efek buruk, anak bukannya jera tapi malah akan mengulangi kekasasaran orangtua dilain hari, anak akan selalu mengingat kekasaran yang diterima sampai dia besar. Bayangkan dia pernah dipukul, ditampar, disentil, dijewer, dimaki, ditempeleng ataupun ditendang pada masa kecil, anak akan selalu terngiang-ngiang dan bisa jadi dia akan melakukan hal yang sama pada keturunannya nanti.

Kekerasan oleh orangtua, meskipun yang dilakukan hanya dengan alasan sayang dan ingin menjadikannya anak yang baik. Namun faktanya anak jadi berfikiran orangtua sangat jahat sekali, sehingga mendidik anak dengan berbuat kasar bukanlah jalan terbaik. Solusi untuk mendidik anak agar tidak berbuat salah lagi bukanlah dengan berbuat kasar, berilah nasehat. Dalam memberi nasehat berikan beberapa contoh akbibat dari kenakalannya, berikan ilustrasi agar dia mengerti betul bahwa yang dilakukan itu salah dan merugikan dirinya. Dengan demikian anak akan jauh lebih mengerti alasan orangtua melakukan hal tersebut ketimbang memaki atau berbuat kasar. Jika diberi nasehat tidak menurut , maka kita harus memberikan hukuman di setrap yang nggak membahayakan dirinya.

Pertama kita bisa menyuruh anak berdiri di sudut ruangan yang bisa kita awasi, bukan dikurung dikamar, lalu buatlah garis.Suruh anak berdiri didalam lingkaran, katakan anak nggak boleh melewati garis sampai kita mengijinkannya. Jika dia menangis dan keluar garis, kembalikan lagi, jika keluar lagi kembalikan lagi terus sampai dia mau tetap didalam garis. Hukuman ini cukup ampuh untuk membuat efek jera tanpa harus menyakitinya atau berbuat kasar padanya. 

kekerasan pada anak dan menyakitinya memiliki pengaruh kejiwaan didalam dirinya. Dia akan merasa terhina dan sakit begitu hukuman dijatuhkan. Sanksi fisik merupakan sesuatu yang tak bias dihindari oleh jiwa manusia. Ia akan merasakan ketidaknyamanan, karena hal itu bertentangan dengan kemuliaan fitrah manusia, yang telah di muliakan Allah SWT.


Senin, 17 Maret 2014

Doing The Best

Namanya orang bekerja tentu semangatnya fluktuatif, kadang mengebu-ngebu, terkadang juga males. Apalagi masa kerjaku yang saat ini sudah lebih dari 30 tahun, banyak sekali hal-hal yang membuat kehilangan motivasi.
Menurutku pencarian karir atau pangkat yang ideal sekarang sudah nggak penting, sekarang yang kuinginkan adalah memenuhi kepuasan dan kebahagiaan dengan membuat perbedaan pada apa yang kukerjakan. Sekaligus membuat tulisan tentang apa saja yang bisa kutulis, mudah2an banyak orang yang mau membacanya. Selain itu menulis kulakukan karena aku ingin mempunyai sejarah, dan aku ingin menambah nilai pada tugas yang aku jalani, sehingga ku berharap tingkat kepercayaanku bertambah dan jauh meninggalkan depresi.

Sejak aku pindah dari divisi yang lama, aku merasakan suasana dan tantangan yang baru. Semangat kerjaku bertambah, seperti seseorang yang baru diterima bekerja disebuah perusahaan, pekerjaan apa saja yang diberikan atasan kulalap habis. Aku nggak peduli kerjaan itu enak atau nggak, pokoknya aku harus menunjukan pada mereka yang masih fresh graduate, bahwa orangtua seperti akupun bisa bekerja dengan hasil fantastis, nggak kalah ama rekrutan baru.
Aku nggak ingin dibilang makan gaji buta, karena seorang pegawai seusiaku saat ini kebanyakan kerjaannya hanya browsing internet yang nggak ada hubungannya dengan pekerjaan, lalu ngobrol, kemudian nongkrong dengan teman sekerja tak mengerjakan apapun. Enak memang tapi menurutku ini berarti kita tak dianggap oleh lembaga, kita jadi nggak produktif, nggak berpengaruh, bahkan jika kita nggak masuk kantorpun pimpinan nggak peduli. Oh My God…
Sekarang aku bekerja dengan didasari rasa nyaman, enjoy nggak ada beban. So someday I wish dapat menyumbangkan keberhasilan lebih tinggi. Sehingga pekerjaanku dapat kesempatan untuk dihargai oleh orang lain, karena semua pekerjaan kulakukan dengan sepenuh hati. Pekerjaan yang kulakukan adalah sesuatu yang baru, aku nggak mau terjebak rutinitas, makanya ide-ide kreatif pun mengalir, ada rasa haus untuk tumbuh menjadi yang terbaik.


Kinerja Yang Luar Biasa..!

Arsip harus ditempatkan pada posisi yang terhormat, mudah diakses, dan mudah ditemukan jika dibutuhkan, tentunya dengan dibarengi penggunaan teknologi untuk memudahkan pengelolaan arsip itu sendiri. Berkaitan dengan adanya dinamika didunia perbankan, khususnya alih fungsi pangaturan dan pengawasan bank dari Bank Indonesia kepada OJK, telah dilakukan proses alih media  dokumen perbankan. Hasilnya berupa pemberkasan dokumen (softcopy) pengaturan dan pengawasan bank, yang dilakukan sejalan dengan perkembangan teknologi.


Proses pemberkasan dokumen melalui beberapa tahapan antara lain : mendaftarkan identifikasi dokumen perbankan, memastikan pelaksanaan pendataan, pemberkasan, scaning dokumen, audit dokumen, verifikasi, serta serah terima dokumen yang dilengkapi dengan berita acara. Pelaksanaan pendataan dan pemberkasan dokumen pengawasan bank yang diserahkan BI pada OJK, adalah sesuai dengan prinsip, standard dan kaidah kearsipan serta peraturan perudangan yang berlaku yaitu Undang-undang No 43 tahun 2009 tentang Kearsipan.


Dari kegiatan tersebut, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) yang berwenang melakukan pengawasan dan pengontrolan arsip di Indonesia melakukan asesmen. Kesimpulan dari penilaian tersebut adalah “KINERJA YANG LUAR BIASA”, demikian yang diucapkan Drs Mustari Irawan MPA. “Pengalihan dokumen dari BI kepada OJK, telah diproses secara professional dan akuntabel. ANRI berharap proses ini dapat menjadi pengalaman yang baik dan dapat dicontoh oleh lembaga lain”.


Atas pelaksanaan alih media dokumen pengawasan perbankan yang berlangsung dengan baik, pada hari Senin tanggal 17 Maret 2014 di Ruang Chandra Gedung Kebun Sirih BI-KP, ANRI melakukan pemberian piagam penghargaan bidang kearsipan kepada Bank Indonesia. Penghargaan diterima langsung oleh Gubernur Bank Indonesia (Bapak Agus D.W. Martowardojo). Acara dihadiri Dewan Komisioner OJK, Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia, Pimpinan dan Pejabat ANRI, Pimpinan Satker di KP, Pimpinan Perbankan, Forum Komunikasi Kearsipan perbankan,


Dalam sambutannya Kepala ANRI menyampaikan apresiasi yang tinggi, karena BI mempersiapkan dengan baik dan matang kegiatan alih media dokumen2 pengawasan bank baik di KP maupun KPw, dengan sumberdaya manusia yang professional. Dan berterima kasih pada Gubernur BI serta jajarannya atas koordinasi dan kerjasamanya dalam pembinaan kearsipan. Mustari berharap penghargaan ini menjadi  pemicu bagi lembaga lainnya, sehingga sumberdaya yang ada dapat meniru pengetahuan, kemampuan dan ketampilan yang dimiki Bank Indonesia, baik lembaga pemerintah, BUMN, maupun sawasta.


Selain Kepala ANRI, penilaian juga dilakukan oleh pakar kearsipan yaitu Drs Djoko Utomo MA. Dalam testimoninya Djoko mengatakan “softcopy hasil scan dokumen pengawasan bank dalam bentuk PDF yang dibuat Bank Indonesia, merupakan produk terbaik (the best) diantara lembaga kementrian, karena dengan menggunakan pedoman yang berlaku, dikerjakan oleh tenaga professional, diverifikasi dan diaudit oleh pihak-pihak yang berkepentingan”.


Gubernur Bank Indonesia pada acara tersebut menyampaikan bahwa arsip merupakan kumpulan peristiwa masa lalu dan masa kini yang tak terpisahkan dari perjalanan bangsa dan Negara. Arsip mencerminkan identitas bangsa, yang memiliki peradaban yang tinggi. Pengelolaan arsip yang baik merupakan perwujudan akuntabilitas dan transparansi dari lembaga atau institusi. Oleh karena itu komitmen Bank Indonesia telah mengupayakan agar proses alih media dokumen (softcopy) selesai tepat waktu, memenuhi standar kualitas dan aspek governance.

Jumat, 14 Maret 2014

Arsip Sebagai Sumber Informasi

Dalam kehidupan organisasi, kesadaran pentingnya arsip bagi pengembangan ilmu pengetahuan masih rendah. Hal ini disebabkan oleh pandangan dan praktik kearsipan di hampir setiap jenis organisasi yang hanya menekankan arsip adalah “surat”. Pada masyarakat arsip masih dipandang sebelah mata, bahkan banyak yang ber-opini bahwa arsip adalah hanya kertas usang digudang, sehingga sering mengabaikan fungsi arsip sebenarnya. Di era teknologi informasi sekarang ini, fungsi kearsipan menjadi semakin penting karena arsip merupakan alat bukti akuntabilitas sebuah organisasi yang memiliki nilai guna administrasi, hukum, keuangan, pendidikan, riset, sekaligus menjadi sejarah yang tidak dapat dipisahkan. Arsip bukan hanya berbentuk kertas, tapi bisa berbentuk foto, gambar, media rekaman, pita suara, film, disk, warkat,elektronik dan lain sebagainya.


Arsip atau dokumen dapat menjadi salah satu sumber data, informasi dan pengetahuan. Sebab “Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara” (Pasal 1 UURI No. 43 Tahun 2009).


Alasan ini relevan dikaitkan dengan pengertian atau definisi dokumen perusahaan, karena dokumen organisasi adalah data, catatan, dan atau keterangan yang dibuat dan atau diterima oleh organisasi dalam rangka pelaksanaan kegiatannya, baik tertulis di atas kertas atau sarana lain maupun terekam dalam bentuk corak apapun yang dapat dilihat, dibaca, atau didengar.


Jadi karena arsip merupakan rekaman atau catatan yang mengandung data dan informasi yang berkenaan dengan aktifitas, peristiwa apapun di dalam ataupun di luar organisasi, maka arsip dapat menjadi salah satu sumber data bagi kegiatan organisasi. Melestarikan arsip sebagai memori kolektif dan jati diri bangsa adalah sebuah tindakan yang sangat terpuji.


Arsip mempunyai hubungan dengan pengembangan ilmu pengetahuan, dan hubungannya signifikan. Agar arsip dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi ilmu pengetahuan maka arsip yang tercipta harus mempunyai nilai guna, disimpan secara sistematis, dan dapat diakses bilamana dibutuhkan. Arsip yang tercipta mempunyai nilai, karena kualitas data dan informasi yang terkandung di dalamnya akurat, bebas dari kesalahan, tidak bias, tidak menyesatkan, relevan, tersajikan secara lengkap tanpa pengurangan, penambahan, atau pengubahan, dapat diakses tepat waktu, mudah dan murah.


Untuk memiliki arsip yang memiliki karakteristik tersebut sebuah organisasi, harus didukung oleh sumberdaya manusia yang terbina dan kompeten di bidangnya. Kompetensi pencipta arsip dapat dilihat dari penguasaan pengetahuan bidang kerja, ketrampilan dalam menggunakan peralatan dan media untuk membuat rekaman (catatan), serta sikap kerja seperti kedisiplinan, kesungguhan, keseriusan, dan semangat kerjanya. Sedangkan bagi pengelola arsip, kompetensinya ditunjukkan oleh penguasaan pengetahuan kearsipan, ketrampilan dan sikap kerja yang memungkinkan penyimpanan arsip yang sistematis, pemeliharaan dan penjagaan arsip yang menjamin keselamatan arsip, dan pelayanan pengaksesan arsip yang memuaskan setiap penggunanya.


Penting bagi Pimpinan organisasi untuk menentukan sejak awal tentang kebijakan, prosedur akses, penggunaan, dan pelayanan arsip bagi setiap yang membutuhkan. Mempertimbangkan berbagai ketentuan tentang akses arsip, pengaksesan arsip juga tidak harus bersikap birokratis, sehingga akses arsip menjadi hal yang sederhana, dan mengedepankan prinsip pelayanan yang prima dan murah hati, demi kelancaran pelaksanaan tugas. (Yohanes Suraja)


Kamis, 13 Maret 2014

Forum Komunikasi Kearsipan Perbankan

Sejalan dengan telah dibentuknya Forum Komunikasi Kearsipan Perbankan (FKKP), Bank Indonesia menyelenggarakan pertemuan FKKP,  di Ruang Rapat Divisi Pengelolaan dan Pengaturan Kearsipan (Divisi Arsip) Bank Indonesia, Rabu 12 Maret 2014. Pertemuan ini dipimpin oleh Kepala Divisi Arsip Bank Indonesia, Sri Yulistianingsih atau Yulis panggilan akrabnya. Dihadiri oleh 38 orang utusan dan perwakilan pengelola kearsipan perbankan.


Yulis dalam sambutan pembukaan menyampaikan bahwa forum yang dibentuk sangat bermanfaat, sebagai forum komunikasi antar perbankan nasional terkait dengan tata kelola dokumen. Bertujuan melakukan standarisasi tata kelola dokumen perbankan, dan meningkatkan kemampuan para pengelola dokumen di bank masing-masing,  serta sebagai mitra OJK selaku lembaga pengawas bank.


Kegiatan yang dilaksanakan adalah melakukan knowledge sharing informasi dalam hal pengelolaan dan penanganan kearsipan. FKKP ini memiliki peran strategis dalam pengembangan arsip lembaga, mengingat dalam forum ini berbagai permasalahan pengembangan kearsipan dan pentingnya arsip dibahas secara bersama-sama, antara lain masalah dokumen, tuntutan nasabah, standarisasi jadwal retensi.


Berkenaan dengan telah dialihkannya fungsi pengaturan dan pengawasan bank dari BI ke OJK, maka proses alih media dokumen perbankan otomatis harus segera dilakukan oleh perbankan. Hasilnya berupa pemberkasan dokumen (softcopy) pengaturan dan pengawasan bank, yang dilakukan sejalan dengan perkembangan teknologi yang amat pesat, kearsipan harus dikelola secara professional dengan menerapkan teknologi informasi komunikasi terbaru agar dapat mengikuti perkembangan jaman.


Dijelaskan bahwa pengelolaan arsip selalu dinamis, dimulai dari tahap penciptaan hingga penyusutan, yang pelaksanaannya secara sistematis mengacu pada Undang-undang No 43 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah No 28 tahun 2012. Penanganan dokumen bukan pekerjaan yang kecil, pondasinya harus kuat. Bank yang banyak masalah pengelolaan arsipnya harus baik, sehingga apabila arsip atau dokumennya dibutuhkan selalu tersedia.


Untuk mencapai visi dan misinya serta melaksanakan program kerja, FKKP membentuk 4 tim kerja yang dikoordinir beberapa bank yaitu, Bank Mandiri sebagai tim kerja penyusun Self Regulated Organization (SRO) terkait dengan jadwal retensi arsip, Bank BRI sebagai tim kerja penyusun program pelatihan kearsipan, Bank BII sebagai tim kerja sosialisasi dan edukasi terkait mutu pengelolaan kearsipan di lembaga dan SDM, serta Bank Panin sebagai tim koordinator umum.


Dengan adanya forum komunikasi ini, diharapkan peningkatan SDM pengelolaan arsip menjadi arsiparis segera terwujud. Arsip sebagai asset nasional, sangatlah penting yang mengambarkan kinerja suatu organisasi, serta sebagai identitas dan jatidiri bangsa.





Senin, 10 Maret 2014

BI Manado

Semua orang pasti tahu bahwa dunia perbankan Indonesia dikenal warisan dari penjajah Belanda. Sejarah perbankan-pun nggak lepas dari pengaruh negara yang menjajah, baik untuk bank pemerintah maupun swasta. Setelah adanya nasionalisasi De Javasche Bank (DJB) menjadi Bank Indonesia tanggal 1 Juli 1953, secara otomatis semua kantor cabang DJB menjadi kantor cabang Bank Indonesia.


Termasuk yang ada di Manado, gedung tersebut eks De Javasche Bank (DJB) kini menjadi cagar budaya (heritage). Hampir semua gedung eks DJB menampilkan aura kemegahan arsitektural bergaya eropa. Seperti bangunan bersejarah lainnya, fungsi gedung ini berubah-ubah karena masa penjajahan.

Gedung DJB Manado, terletak di Jalan Suprapto-Pasar Empat Lima yang dibangun pada tahun 1910, setelah dipergunakan oleh Bank Indonesia kondisinya berubah hampir bukan seperti gedung yang merupakan heritage, nilai history-nya hilang, nilai estetikanya kurang diperhatikan, karena semuanya tertutup oleh material modern yang menyelimuti. Sehingga keindahan yang ditampilkan tidak nampak seperti gedung jaman belanda.


Sangat disayangkan, bahwa sebenarnya pemanfaatan gedung eks De Javasche Bank sebagai memorabilia diharapkan dapat mendekatkan Bank Indonesia dengan masyarakat, saat ini kosong. Terutama dalam menikmati dan menjawab keingintahuan akan arsitektur khas bangunan peninggalan kolonial nggak difungsikan sama sekali. Walau daerah Pasar Empat Lima masih menjadi daerah perniagaan tetapi sejak gedung BI nggak digunakan, suasanya nggak seramai dulu.


BI sejak tahun 1996 menempati gedung yang lebih modern di Jalan 17 Agustus No 56 Manado, terletak 70 m diatas permukaan laut. Kini gedung Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara (KPw DN BI Manado), terlihat sangat indah. Lokasinya yang berhadapan langsung dengan kantor Gubernur Sulut, sangat mendukung untuk mengambil keputusan terkait roda ekonomi.



IBU

Sewaktu masih kecil, aku sering merasa dijadikan pembantu olehnya. Ia selalu menyuruhku mengerjakan tugas-tugas seperti menyapu lantai dan mengepelnya setiap pagi dan sore. Setiap hari, aku dipaksa membantunya memasak di pagi buta sebelum ayah dan adik-adikku bangun. Bahkan sepulang sekolah, ia tak mengizinkanku bermain sebelum semua pekerjaan rumah dibereskan. Sehabis makan, aku pun harus mencuci sendiri piring bekas masak dan makan yang lain. Sering aku merasa kesal dengan semua beban yang diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya aku selalu bersungut-sungut.

Kini, setelah dewasa aku mengerti kenapa dulu ia melakukan itu semua. Karena aku juga akan menjadi seorang istri dari suamiku, ibu dari anak-anakku yang tak akan pernah lepas dari semua pekerjaan masa kecilku dulu. Terima kasih ibu, karenamu aku menjadi istri yang baik dari suamiku dan ibu yang dibanggakan oleh anak-anakku.


Saat pertama kali aku masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak, ia yang mengantarku hingga masuk ke dalam kelas. Dengan sabar pula ia menunggu. Sesekali kulihat dari jendela kelas, ia masih duduk di seberang sana. Aku tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya di rumah, dengan rasa kantuk yang menderanya, atau terik, atau hujan. Juga rasa jenuh dan bosannya menunggu. Yang penting aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi.

Kini, setelah aku besar, aku malah sering meninggalkannya, bermain bersama teman-teman, bepergian. Tak pernah aku menungguinya ketika ia sakit, ketika ia membutuhkan pertolonganku disaat tubuhnya melemah. Saat aku menjadi orang dewasa, aku meninggalkannya karena tuntutan rumah tangga.

Di usiaku yang menanjak remaja, aku sering merasa malu berjalan bersamanya. Pakaian dan dandanannya yang kuanggap kuno jelas tak serasi dengan penampilanku yang trendi. Bahkan seringkali aku sengaja mendahuluinya berjalan satu-dua meter didepannya agar orang tak menyangka aku sedang bersamanya.

Padahal menurut cerita orang, sejak aku kecil ibu memang tak pernah memikirkan penampilannya, ia tak pernah membeli pakaian baru, apalagi perhiasan. Ia sisihkan semua untuk membelikanku pakaian yang bagus-bagus agar aku terlihat cantik, ia pakaikan juga perhiasan di tubuhku dari sisa uang belanja bulanannya. Padahal juga aku tahu, ia yang dengan penuh kesabaran, kelembutan dan kasih sayang mengajariku berjalan. Ia mengangkat tubuhku ketika aku terjatuh, membasuh luka di kaki dan mendekapku erat-erat saat aku menangis.

Selepas SMA, ketika aku mulai memasuki dunia baruku di perguruan tinggi. Aku semakin merasa jauh berbeda dengannya. Aku yang pintar, cerdas dan berwawasan seringkali menganggap ibu sebagai orang bodoh, tak berwawasan hingga tak mengerti apa-apa. Hingga kemudian komunikasi yang berlangsung antara aku dengannya hanya sebatas permintaan uang kuliah dan segala tuntutan keperluan kampus lainnya.


Usai wisuda sarjana, baru aku mengerti, ibu yang kuanggap bodoh, tak berwawasan dan tak mengerti apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas yang mampu meraih gelar sarjananya. Meski Ibu bukan orang berpendidikan, tapi do’a di setiap sujudnya, pengorbanan dan cintanya jauh melebihi apa yang sudah kuraih. Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi aku yang sekarang.

Pada hari pernikahanku, ia menggandengku menuju pelaminan. Ia tunjukkan bagaimana meneguhkan hati, memantapkan langkah menuju dunia baru itu. Sesaat kupandang senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih indah dari keindahan senyum suamiku. Usai akad nikah, ia langsung menciumku saat aku bersimpuh di kakinya. Saat itulah aku menyadari, ia juga yang pertama kali memberikan kecupan hangatnya ketika aku terlahir ke dunia ini.

Kini setelah aku sibuk dengan urusan rumah tanggaku, aku tak pernah lagi menjenguknya atau menanyai kabarnya. Aku sangat ingin menjadi istri yang baik dan taat kepada suamiku hingga tak jarang aku membunuh kerinduanku pada Ibu. Sungguh, kini setelah aku mempunyai anak, aku baru tahu bahwa segala kiriman uangku setiap bulannya tak lebih berarti dibanding kehadiranku untukmu. Aku akan datang dan menciummu Ibu, meski tak sehangat cinta dan kasihmu kepadaku.(Planet motivasi)


Sambel Tumpang

Mendung yang menyelimuti  Jakarta hari Senin pagi, memberikan rasa dingin yang menggigit kedalam tulang. Ditambah rintik gerimis yang turun membuat orang-orang yang bekerja datang lebih lebih cepat masuk kantor. Tapi suasana dingin dan gerimis diluar tak kurasakan pagi itu, karena ada sesuatu yang membuat suasana hangat yaitu “sambel tumpang”.


Seorang teman membawa menu yang baru pertama kukenal ini, cukup aneh namanya kok sambel tumpang. Disebut sambel tumpang karena baiasanya sambel ini ditaruh diatas, ditumpangkan sayuran pecel, atau makanan apa saja yang ada dibawahnya. 

Seorang orang teman ada yang nggak doyan sambel tumpang, dia asli Solo,  karena sudah tau bahan utama dari menu ini adalah tempe busuk, jadi tentu saja bau masakannya memang rada asing jika tercium. Tapi justru disitulah keunikan masakan ini. Tempe busuk atau tempe lawas, atau tempe kawak adalah merupakan bumbu penyedap bagi menu orang jawa.


Aku teringat nenekku dulu pernah menyuruhku beli tempe busuk diwarung.  Setelah kembali dari warung kukatakan bahwa diwarung nggak jualan tempe busuk karena ini Jakarta bukan di daerah jawa. Kata yang punya warung tempe busuk itu hanya ada diwarung-warung didaerah jawa tengah atau jawa timur. Hmmm nenekku baru sadar, oh ya…. ini Jakarta bukan di Madiun katanya.

Didaerah Solo atau Kediri temanku bilang, sambel tumpang ini merupakan makanan sehari-hari sebagai sambelnya pecel.  Karena di Jakarta nggak ada yang buat atau jual tempe busuk, maka temenku untuk mendapatkannya membusukan sendiri tempenya. Waktu yang dibutuhkan lumayan yaitu sekitar 4 hari, agar tempe membusuk secara sempurna. Tempe dibungkus daun pisang kemudian disimpan sampai busuk.


Menurut informasinya bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat sambel tumpang : tempe busuk, bawang putih, bawang merah, cabe merah dan cabe rawit sesuai selera, kencur, 3 lebar daun jeruk purut, lengkuas, garam dan santan. Semua bahan bahan direbus  bersama-sama kecuari jeruk purut , setelah airnya surut lantas diuleg hingga halus, masukan santan, peresan jeruk purut, ditambah gula dan garam. Masak hingga matang, lalu guyurkan sambel tumpang diatas makanan yang akan kita makan, seperti sayur pecel, tahu goreng, kerupuk atau makanan apapun sesuai selera. Jika ingin tambah protein bisa juga ditumpangkan keatas telur rebus, lele goreng atau ayam goreng. Pokoknya semua masakan yang diberi sambal tumpang, pasti maknyosss dan nyamleng rasanya. Namun aku lebih suka jika sambel tumpang hanya  dicampur nasi hangat dan makannya pakai kerupuk.


Kekayaan kuliner nusantara menggambarkan identitas lokal yang mewakili lingkungan, kebiasaan, simbol, peraturan serta pola konsumsi. So nggak heran jika dibanyak daerah mempunyai variasi kuliner yang berbeda, yang menunjukan bahwa Indonesia memiliki keberagaman latar belakang sosial, ekonomi, golongan dan budaya.

Rabu, 05 Maret 2014

Bedah Buku

Orangnya energik dan humoris, namanya “Remaja Tampubolon” biasa dipanggil  “Jaja”. Perawakannya sedang, kulit kuning langsat,  tidak terlalu tinggi, wajahnya tampan. Siang itu Jaja menjadi nara sumber diacara Meet The Author, bedah buku “Sales In You”, yang diselenggarakan Departemen Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral (PRES) di Perpustakaan Bank Indonesia, pada hari Rabu tanggal 5 Maret 2014.


Lebih dari 20 tahun berkarir didunia sales perbankan, dari pengalamannya tersebut Jaja melakukan share dengan penuh energi kesegala penjuru. Melalui berbagai training dan seminar, baik pada dunia perbankan maupun non perbankan. Mengapa dia membagi ilmunya pada orang, itu semuanya didasari semata-mata  karena Tuhan, menurutnya semua yang ia berikan dan lakukan adalah amal dan ibadahnya pada Tuhan. Dan orang yang sukses menurutnya bukan seberapa banyak yang ia terima, tapi berapa banyak yang ia berikan pada orang lain. 


Nilai-nilai yang diwariskan oleh pemimpinnya dulu saat memulai tugasnya didunia perbankan, menjadi modal utamanya untuk meneruskan tongkat pada orang lain. Sebagai pemimpin perbankan, semua pemimpinnya, bukan meninggalkan angka-angka profit, jumlah nasabah, jumlah dana, jumlah pinjaman, tetapi mereka semua meninggalkan “nilai-nilai perusahaan”. Sebuah kalimat yang saat ini semakin langka didengar, dikumandangkan dan dicari. Kebanyakan pemimpin saat ini tidak membentuk dan membangun nilai2 perusahaan, tetapi nilai pribadi untuk menciptakan angka-angka guna memenuhi ambisinya yang ada.


 Semua manusia pernah mendengar kata vitamin, pengertian vitamin adalah bahan organik yang sangat diperlukan oleh tubuh. Vitamin memiliki peran sebagai pengawal kesehatan dan mencegah penyakit. Dia menciptakan vitamin S, “sales”. Apa sih sales itu ? menurut Jaja sales adalah orang-orang yang bergerak, mendapat asupan dari orang-orang yang berpengalaman, dengan harapan menyehatkan. Melalui bukunya Jaja membagi pengalaman yang dimiliki. Buku vitamin S ini akan menjadi  sahabat yang memberikan motivasi dan inspirasi dalam perjalanan kita melakukan proses jual diri. Dengan kata lain kita harus bisa menjual diri menjadi aura yang positif  disegala bidang, dengan menerapkannya dalam tindakan bukan menyimpan nilai kita dalam tabung pikiran. Action now, get the result now.


Selling is a process (menjual adalah proses), yaitu menjalankan rangkaian kegiatan dengan benar, jika kita menjalankan setiap tahapan dalam proses penjualan dengan benar, kita memiliki kesempatan besar untuk dapat menjual dengan lebih baik.  Selling is all about having good interpersonal communication & relationship (Menjual adalah tentang hubungan dan komunikasi inter-personal). Penjualan adalah masalah kemampuan komunikasi dan membina hubungan. Kita adalah mahluk sosial. Kita membuat keputusan lebih karena emosi dibandingkan rasional. Selling is all about discipline, penjual yang berhasil selalu melakukan dengan konsisten dan disiplin hal-hal yang tidak dilakukan oleh penjual yang tidak berhasil. 


Untuk menjadi penjual yang berhasil, maka salah satunya kita harus berubah. Berubah dalam arti yang positif. Seseorang mau mengerjakan tugasnya dengan baik karena ada ancaman dipecat dari perusahaan. Perubahan karena ada sesuatu yang bisa didapatkannya berupa kesenangan. Seorang individu berubah, karena alasan spiritual, yaitu cinta. Saat seseorang berubah karena cinta, ia sudah tidak perduli lagi dengan nilai nilai yang sifatnya materialistis. Ia akan bergerak karena ia menganggap apa yang dilakukannya, sebagai sebuah perjalanan spiritual membuat Mahakarya Indah dalam setiap apa yang dikerjakannya. Rumus perubahan yaitu Peristiwa(P) + Respon(R)) = Hasil(H).


Saat kita melakukan “petualangan” dalam penjualan, pastikan kita siap dengan segala “peralatan” yang diperlukan. Anatara lain mental, sikap, pengetahuan, ketrampilan, dan life support (keluarga). Karena pendukung kehidupan, bisa ada di sekitar kita. Salah satunya adalah keluarga. Kalau kita memiliki impian, lebih baik kita bagi impian dengan keluarga. Yakinkan keluarga, bahwa kita bersungguh-sungguh sehingga mereka dengan mudah dapat memberikan dukungan. Tanpa dukungan dari orang-orang terdekat yang kita cintai, kita memang mampu untuk mencapai impian yang kita inginkan. Namun, akan lebih mampu lagi kalau ada dukungan dari mereka. 


Mari kita berubah atas dasar cinta, sehingga semua yang kita jual akan menjadi maksimal, tujuannya adalah kepuasan spiritual. Sehingga taka ada batasan kita menjual diri, karena perubahan yang kita lakukan semata-mata adalah untuk kebaikan dan ridho Tuhan Sang Pencipta.



Selasa, 04 Maret 2014

Ibuku Sibuk

Ada banyak hal yang sering dialami oleh kebanyakan orang. Hal baik ataupun hal yang kurang baik. Banyak orang yang sering mengeluh dengan permasalahan-permasalahan individu. Kadang juga mengatakan, “apakah aku ini kurang beruntung.”
Ya, kadang-kadang memang ada permasalahan beruntung dan tidak beruntung. Salah satunya adalah kita punya ibu yang berkarir atau yang tidak berkarir alias (IRT).
Lalu hubungannya apa antara beruntung dan berkarir. Ya, kalo kita punya ibu yang berkarir otomatis penghasilan ekonomi di rumah akan bertambah. Membantu penghasilan bapak. Membawa keuntungan bagi anak, misalnya mau ini dan itu nggak begitu pusing dengan masalah ekonomi. Tapi benarkah itu untung? Ternyata nggak juga. 
Aku pribadi dilahirkan dalam keluarga yang sederhana. Bapakku guru dan ibuku IRT. Karena dari kecil sampe besar seperti sekarang ini aku sudah puas dengan kasih sayang dan perhatian yang diberikan. Ketika pagi, ibu sudah menyiapkan sarapan, begitupun siang dan malam. Mengapa bisa seperti itu? Karena ibuku IRT. Simple.
Ketika aku mau minta buatkan kue ini dan itu, insyaallah, ibu bisa memenuhi keinginanku. Pernah sesekali keluar sedikit kata dari mulut ibu, “Man. enak kan kalo orang tua bisa masak dan buat kue?”
Nah, dari situ aku sedikit berfikir, “iya sih, memang enak. Kalo orangtuanya gak bisa masak, apalagi buat-buat kue kayak gitu gak bisa atau karena gak sempat, pasti gak seberuntung aku”.
Dan ternyata memang begitu adanya. Aku punya seorang teman. Bapaknya kerja dan ibunya juga kerja. Hidupnya bisa dikatakan tercukupi. Ya, uang sakunya lebih banyak, mau beli ini dan itu bisa tinggal minta.
Tapi ternyata dia tidak puas juga, ada sesuatu yang itu masih kurang baginya dan dia iri kepadaku. Ternyata sesuatu itu adalah, jarang ada makanan di rumahnya. Seperti sop, kuah sayur, ikan panggang, mihun, bolu, black forest. Dia pernah mengatakan sendiri pas kebetulan lagi main kerumahku dan kebetulan kuajak makan, “dirumahku mana ada yang kayak begini-beginian Man, paling kalo aku mau makan masak mie sama telor dan kecap. Hehehe.”
Dia lebih sering beli makanan di luar. Setelah aku telusuri.  ternyata ibunya bisa masak. Cuman karena sibuk dengan bekerja, jadi ibunya nggak sempat masak sarapan dan siang. Kalaupun pulang kerja yang ada hanya rasa lelah. Aku juga melihat keadaan dirumahnya, kebetulan dia nggak punya pembantu. Ternyata dirumahnya bukan lagi kapal pecah, tapi sudah seperti kembang api pas malam tahun baru.

Bila seorang ibu berkarir, sangat besar dampak rumah tangganya. Tugas kewajiban seorang ibu mengurusi rumah tangga, jadi terlalaikan. Yah, bisa dikatakan anak yang memiliki ibu yang berkarir kasihan. Karena nggak terlalu terurusi. Kurangnya perhatian yang memang itu adalah satu kebutuhan seorang anak yang harus di penuhi. Itu baru masalah makanan. Bagaimana bila anaknya sedang sakit?. Karena ada beberapa yang seperti itu, ibunya tetap bekerja, sedangkan anaknya yang sakit di rumah hanya bersama kakaknya saja.
Ternyata materi memang bukan sumber kebahagiaan. Manusia memang butuh materi, namun materi jangan sampai menutupi mata kita dari kewajiban yang sebenarnya. Inilah pesan moral untuk diriku. Hidup itu harus di syukuri dan pandai-pandailah mencari seorang istri (Fathur  Rahman)