Jangan mempersempit duniamu, dari yang engkau bisa pandang, tapi
bukalah sejauh engkau dapat merasakan. Ingat “Iqra” (baca) apa yang
bisa kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan segala yang tercipta di dunia
ini, Tuhan tidak pernah membatasi manusia untuk berkreasi dan mengeplorasi alam
yang telah diciptakanNya. Tuhan menjadikan kita sebagai manusia yang wajib hadir
di muka Bumi (sebagai khalifah), bukan manusia yang sunnah, makruh, apalagi
haram.
Segala kemampuan yang diberikan oleh Tuhan terkadang kita tidak
menyadarinya, bahwa kita telah memiliki sesuatu yang hebat. Malah kita kita
mendiamkannya bahkan unlock your
potential, tidak kita keluarkan. Jika kita bekerja hanya menjadi beban
berat, “suasana di kantor tidak kondusif” atau “atasan tidak kompeten”. Apapun
yang dikerjakan di kantor hanyalah pekerjaan rutin yang membosankan.
Kini harus mulai mulai bertanya, apa HRD kantorku masih peduli
pada orang seperti-ku ? Setelah 15 tahun bekerja diposisi seperti sekarang,
sebagai pegawai yang promosi melalui macam macam tes, bikin makalah dan
wawancara ? Apa HRD masih memikirkan orang macam aku, sekolah cuma sampai SMA,
biarpun macam-macam pelatihan Peningkatan Mutu Ketrampilan (PMK) mulai dari
yang ecek ecek sampai dengan yang serius telah kuikuti.
Aku harus evaluasi diri, apalagi aku sering mengkritik keadaan dan
mengkritik orang lain, aku harus waspada karena aku sedang terjangkit penyakit
kanker emosi pada tahap paling tinggi. Kritik hanya akan menjadikan keadaan
lebih buruk dari pada memperbaiki. Aku harus evaluasi diri, dimana
kekuranganku…? Kini mulai kubuka lembaran pembelajaran yang penah kulewati, apa
saja yang sudah kuketahui tapi belum kulaksanakan dan kuamalkan..? People don’t resist change, they resist
being changed
Aku sekarang nggak mau mengagumi orang lain, tapi aku melihat diri
sendiri, aku nggak mau membanding bandingkan dengan orang lain, nggak mau
menganggap orang lain hebat. Sebab saat mengagumi orang lain sebenarnya banyak
hal yang bisa digali dari diri kita sendiri, kekuatan kita sering tertutup
karena membandingkan diri, aku begini engkau begitu. Membandingkan boleh saja
asal itu menjadi rangsangan untuk lebih termotivasi, membandingkan boleh saja
asal kita saling berlomba untuk mempunyai kebaikan. Jika membandingkan itu
tidak pada tempatnya terjadi, maka rasa syukur adalah obatnya.
Syukur adalah mengungkapkan rasa terima kasih atas apa yang
dimiliki saat ini, tetapi tidak berhenti untuk berbuat lebih baik, untuk meraih
suatu yang lebih besar lagi. Syukur bukan berarti berpuas diri, syukur bukan
berarti duduk diam tak bersemangat untuk memperbaiki diri. Syukur adalah
sesuatau yang dinamis, denga syukur justru membuat kita antusias untuk
melakukan dan mengerjakan banyak hal mencapai sasaran yang lebih tinggi.
Bersyukur juga bukan berarti kita terjebak dengan kata sibuk.
Sejak pagi hingga malam tumpukan pekerjaan sudah masuk ke level 10. Namun kita
kita tidak mampu menyelesaikannya yang seharusnya memang dikerjakan, pekerjaan
kita sering tertunda karena sering ada hal kecil, yang remeh remeh menganggu,
misalnya merokok terlalu lama dikantin, bermain ponsel, main games di computer,
sibuk membaca Koran sampai berjam-jam, sibuk buka facebook, apakah kita sibuk
marah dengan keadaan? sibuk mengeluh?. Jika sibuk kita degan hal seperti itu
berarti sibuk kita adalah sibuk tidak produktif. Banyak hal yang penting tapi
lebih banyak hal yang lebih penting
Makanya ubah dari sekarang dari tidak produktif menjadi produktif,
yaitu buat kesibukan yang memberikan nilai tabah (value) bagi diri kita, keluarga, masyarakat dan orang lain. Kita
hanya berfokus secara akurat tajam pada sesuatu yang mampu menaikan nilai kita
sebagai manusia. Bukan seseorang yang hanya menanti waktu dengan perubahan
fisik yang ada dalam dirinya. Sertai pertumbuhan diri secara spiritual, intelektual,
dan emosional. Sibuk produktif adalah sibuk yang penuh konsentrasi, saat
bekerja pastikan pikiran dan tubuh didedikasikan untuk pekerjaan. Saat belajar
pastikan pikiran tidak terpecah, agar energi bisa menembus apa yang menjadi
target. Setiap perubahan meskipun perubahan yang lebih baik, pasti ada
ketidaknyamanan. Dan ketidaknyaman itulah yang harus diubah menjadi kenyamanan.
Setelah semua yang terbaik kita lakukan, maka jadilah orang
pertama yang memberi. Kita bisa memberi dengan senyum terbaik, kita bisa
memberi dengan nasihat, kita bia memberi dengan doa, kita bisa memberi dengan
jabat tangan yang erat untuk memberikan semangat pada orang lain, apapun itu
lakukan dengan ketulusan, maka kita akan merasakan sensasi kebahagiaan yang
luar biasa. Kita dapat menjadi bahagia dengan menerima dan mencintai kenyataan
yang kita miliki, bersyukur dengan yang ada, berharap dengan yang belum ada,
lepaskan segala energi “keinginan”
kita kepada Sang Pencipta, maka jalan
jalan kehidupan kita akan lebih bermakna ( Sumber “BATIC” by : Bang Jaja, Mas Pur, Mas Irfan,
Kang Yasier).