Kamis, 19 Maret 2015

Gelombang Inspirasiku

Aku sebenarnya nggak tertarik membaca buku ini, tapi karena perpustakaan kantor akan menyelenggarakan acara Coaching Clinic yang menampilkan pengarang buku “Gelombang” yaitu Dee Lestari, terpaksa aku harus membawa perasaanku untuk menyelami apa yang dikisahkan oleh Dee pada buku-bukunya.


Walaupun antara satu judul buku dengan yang lain nggak ada cerita sangkut pautnya, namun aku mencoba membaca rangkaian kisah terdahulu. Tapi dari awal cerita buku gelombang saja aku sudah dapat menarik benang merah tentang supernova, meskipun masih belum faham betul karakter tokohnya. Apalagi cerita yang disuguhkan berlatar budaya batak, yang menebarkan semangat hidup dan keberanian.  

Inilah bukti kehebatan Dee dalam melakukan metamorposis dari seorang artis penyanyi menjadi penulis, dia dapat mengubah minatku yang semula hanya membaca buku-buku berbau sejarah dan biografi tokoh, kini mencoba mendalami sebuah novel yang bercerita tentang dunia amerika yang dijelajahi orang batak.

Dalam Gelombang banyak istilah baru seperti Sarvara, Harbinger, Infiltran yang bikin penasaran untuk terus mencari artinya. Disini seorang pembaca macam aku harus terus membuka tiap-tiap halaman dengan teliti dan bertanya pada orang yang mempunyai pengetahuan tentang itu. Apalagi berbagai bahasa banyak dipakai sebagai percakapan tokohnya, sehingga menambah vocabulary pembacanya.

Biar agak josssss novel ini dibumbui kiasan cerita romatis antara Alfa dan Ishtar yang tertulis di alinea ke 4 halaman 246, yang membuat wawasan seseorang menjadi cepat berubah  : “Leherku bergerak maju dengan gerakan meragu, menjemput bibirnya yang sedikit membuka, tanganku mendarat dilekuk pinggangnya. Ishtar menyambut dengan anggun, tidak kesusu, dan menggebu. Ciumannya hangat sekaligus terkendali. Ia membuatku nyaman”.

Seperti itulah yang dapat kunikmati dari bacaan ini, hangat, romantis, slowly but sure, terkontrol, comportable feeling. Karya Dee yang brilian, dapat mengubah pandanganku terhadap Hidup. Aku merasa belum menemukan kata yang tepat, tentang sejatinya mencari, meretas jalan untuk tahu sebenarnya untuk apa kita tercipta didunia? Gelombang Dee menjadi peta, menjadi informasi, sebagai penghibur.

Pandanganku terhadap novel kini berubah drastis, karena Dee bilang di alinea kedua hal 435 : “Aku mempercepat laju terbangku, menuju bangunan yang kutuju, bangunan kini wujudnya benar-benar berbeda. Warnanya orangnye keemasan seperti sepotong langit senja. Tanpa katas, bangunan itu berbentuk seperti lingkaran. Tapi begitu aku turun mendekat, bangunan itu seprti bola sempurna dengan jalur-jalur yang mengulung-gulung dan saling membelit didalamnya. Pergerakan jalur-jalur itu begitu cepat sehingga saling memakan, tanpa mengubah kesempurnaan bentuk bolanya”.


Please Dee, kapanlagi karya berikutnya keluar...? Aku sekarang terpaksa memburu karyamu, karena dapat menginspirasi kehidupanku yang sudah melewati setengah abad ini. Untuk Dee Lestari semoga sehat selalu, aku menunggu masterpiece-mu. Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar