Ceremony graduation alias wisuda
pastilah sangat berarti bagi mahasiswa. Sebab prosesi wisuda menandakan
tamatnya seseorang dari bangku kuliah. Pastinya perkuliahan dilewati dengan
susah payah, sebagaian orang harus mengorbankan banyak hal termasuk masa muda
untuk mendapatkan kebanggaan dirinya, demi masa depannya.
Anakku Ratu Desita
Piyantina, yang sehari-hari kupanggil “Desy”, termasuk satu dari 2732 Mahasiswa
Bina Nusantara (BINUS) Angkatan 52 berbagai strata yang dilantik menjadi sarjana, pada hari Kamis tanggal 30 Juli 2015 di Gedung Balai Sidang alias Jakarta Convention Centre
(JCC) Senayan. Padahal rasanya baru kemarin saja dia lahir Di RS YPK Mandiri
Menteng, setelah kutiupkan azan ditelinga kanannya lalu kuucapkan "Welcome to this world. It is full of mysteries. God has chosen me
to be your father". Namun kini dia telah menyelesaikan studi tingkat sarjanya.
Bagai akan menonton sebuah
konser musik, itulah pemandangan pertama yang kutangkap sesaat setelah memasuki
arena wisuda. Menurutku stage upaca
termasuk sederhana namun sangat menarik. Desy kelihatan sekali gembira bukan
main, berbalut kostum baju nasional yang diselimuti toga. Sebagai orangtuanya,
aku merasa Tuhan sangat baik memberikan rancangan seperti ini, bisa menghadiri
wisuda anak bungsuku. Aku sebagai ayahnya merasa bangga, ibarat sepakbola, aku mencetak
gol di injury time hingga
kesebelasanku menang.
Upacara Sidang Terbuka Senat
Perguruan Tinggi Binus ini dipimpin oleh Rektor Binus yaitu Prof. Dr. Ir.
Harjanto Prabowo MM. Beliau juga memimpin dan hadir disemua procession ceremony and congrulate semua
Binusian (panggilan untuk mahasiswa Binus). Hadir juga didalam prosesi ini Koordinator
Kopertis III, Dewan Senat, Guru Besar serta semua pejabat teras fakultas di
Binus, pokoknya pembesar Binus lengkap sekali.
Moment ini sangat kunanti-nantikan, momen yang pada hari itu toga
dipindahkan dari kiri kekanan. Momen semua rasa menjadi satu antara tangis,
tawa, haru, lebur menjadi kebahagiaan. Wisuda juga adalah momen yang ditunggu
para orangtua, setelah bertahun-tahun dihiasi dengan pengorbanan dan do’a agar
sang anak berhasil. Hari itu Desy telah berhasil mengukir senyum kebanggaan
diwajah orangtuanya, membuat orang tuanya merasa bahwa perjuangan mereka telah
terbayarkan.
Betapa tidak..? sebab sejak
masih kuliah semester dua di sebuah universita swasta di Padang tahun 2009,
sekitar bulan September terjadi peristiwa gempa bumi, yang meluluhlantakan
Sumatera Barat hingga kampusnya ambruk,
dan perkuliahan dihentikan sementara. Lalu pada tahun 2010, Desi mencoba lagi
kuliah di Universitas Andalas. Namun ketika kuliah baru dimulai kurang lebih 3
bulan, aku di mutasikan dari KPw BI Sumatera barat ke KP BI Jakarta. Maka Desy pun
mengikuti jejak aku pindah ke Jakarta, begitu juga dengan kuliahnya dia mencari
universitas yang ada di Jakarta, yaitu Universitas Bina Nusantara. Karena
pindahan dari daerah maka kuliahnya dimulai dari awal.
Alhamdulilah kemarin Desy
telah mempersembahkan yang terbaik bagi aku dan istriku. Wisudanya telah
membayar perjuanganku selama ini. Segala pengorbananku telah di plot oleh Allah SWT hingga ketiga anakku
menjadi Sarjana. Selesai sudah satu lagi tahap kehidupannya, teruslah belajar
dengan baik anakku. Banyak sekali tantangan hidup yang harus dihadapi dengan
pundak yang kuat. Ada pepatah mengatakan bahwa alam takambang jadi guru, artinya bahwa kita belajar dari mana saja
karena hidup itu adalah belajar.
Bersyukur aku padamu ya
Allah, walau dikantor cuma pegawai rendahan. Anakku yang pertama “Deny” bulan
lalu baru saja lulus mengikuti sidang Komprehensi Tesis, guna memperoleh gelar
Magister Manjemen Komunikasi. Dalam Ilmu Komunikasi Program Pasca Sarjana,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Rencananya Deny akan
di wisuda pada akhir bulan Agustus. Sedangkan “Selly”, anakku yang kedua
lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung, dia sekarang telah
bekerja di PT Bohler, sebuah perusahaan
asing Swiss yang berkedudukan di Jakarta. Desy sendiri sudah dipinang oleh Bank
Sinarmas, dia kini sedang menjalani Management
Development Program yang diselenggarakan bank tersebut.
Kepada anak-anakku pernah
kubilang bahwa pendidikan yang membuat nasib berubah, pendidikan untuk
kehidupan yang lebih baik. Wisuda menjadi sarjana adalah awal perjuangan yang
sebenarnya untuk menjadi manusia yang berguna. Sebagai orang tua aku nggak
pernah menuntut, selain meminta kepada mereka untuk selalu berusaha menjadi
yang terbaik, sebab aku memahami bahwa jika kita berusaha sungguh-sungguh pasti
akan berhasil. Timbulkanlah suasana kompetitif disegala bidang, agar kita
selalu up to date.
Kini harapan dan amanah sudah
dimulai, seorang sarjana tidak boleh egois dalam kehidupan tetapi harus
berkontribusi untuk negara dan bangsa, bukan sekedar menjadi komentator peran
negatif dan menyalahkan orang lain atas amburadul-nya
ekonomi dan keterpurukan negara ini, sarjana harus lebih mandiri. We all different paths in live, but where
we go we take a little bit of each other everywhere.
Wisuda ini adalah jawaban
dari Allah SWT untuk menjawab do’a hambanya. Amanah ini harus disyukuri dan
dijalani, tanggung jawab akademik harus segera dipikul. Semoga anak-anakku
bisa menjalankannya dengan baik dan mendapatkan rido Allah SWT. Mudah-mudahan
fungsi dari kelima jari tangan mereka serta tegaknya kaki mereka bermanfaat
bagi agama dan bangsa ini serta mendapat barokah. Amiiiin ya Allah ya
Rabbal’alamiiiin,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar