Kota Seribu Sungai, adalah julukan
Banjarmasin. Sebab dikota ini banyak sekali terdapat sungai, mungkin jumlahnya
hampir sama dengan jalan raya yang ada disana. Selain banyak sungai daerah ini
juga merupakan daerah gambut yaitu jenis tanah yang berasal dari daun yang
membusuk, sehingga jika ada yang ingin mendirikan bangunan maka dia harus
menguruk tempat yang akan dijadikan pondasi bangunan tersebut. Selain sungai
Banjarmasin terkenal dengan wisata kulinernya yang beraneka ragam.
Saat ini wisata kuliner semakin populer,
sebab makin banyak stasiun televisi yang memproduksinya. Apalagi kisah liputan
cerita sekitar menu khas daerah, menjadi primadona. Dari kuliner yang semula
nggak dikenal orang, diolah oleh host
yang cucok kini mendadak menjadi menu
yang sangat dicari, terutama kalau sedang berkunjung kesuatu daerah.
Soto
Banjar
Di Kota Banjarmasin banyak tempat makan yang
menyajikan menu sate dan soto. Sayangnya nggak semua tempat makan itu
menawarkan dua menu sejoli ini dengan rasa yang oke. Karena proses pemasakan dengan
bumbu yang kurang pas. Soto disini dinamakan Soto Banjar, karena suku mayoritas
yang mendiami Kalimantan Selatan, khususnya kota Banjarmasin adalah suku
Banjar.
Warung soto yang sangat kondang disini adalah
warung soto Bang Amat. Kebetulan siang itu seorang teman merekomendasikan menu sate
dan soto yang mantep, katanya datang aja ke Warung Soto Banjar Bang Amat. Lokasi
warung ini tepatnya berada di dekat Jembatan
Benua, Pengambangan Sungai Martapura. Meski tempatnya berada dipinggir sungai,
tetapi warung ini ramai banget. Hampir semua penduduk yang suka kuliner pasti
tahu tempat ini. Lokasi ini juga adalah tempat awal jika kita ingin mengunjungi
Pasar Terapung.
Nggak perlu repot-repot mengunyah daging ayam
dan sate ayam yang jadi bahan dasar menunya, coz selain nggak berbau amis,
daging ayam di tempat ini walaupun itu ayam kampung seratus persen empuk.
Kelezatan satenya semakin sedap berkat kombinasi bumbu kacang yang diolah
dengan rasa yang khas plus olahan rasa kecap yang terukur, sehingga rasanya
agak sedikit manis. Saking larisnya dalam sehari sate ayam terjual sekitar 5000
tusuk, sedangkan untuk soto sehari memerlukan sekitar 100 ekor ayam, bayangin…!
berapa tuh omsetnya.
Soto banjar sama sekali nggak bikin eneg, two thumb up guys. Walau baru nyoba
sekali pasti langsung kalap..! Sebab kuah soto nggak langsung dicampur ketika
dimasak, tetapi bumbu dan rempah-rempahnya seperti kapulaga, kayumanis, cengkeh
serta bunga pasir ditumis terlebih dahulu dengan kaldu ayam. Sehingga kuahnya
berwarna bening dan sedap betul. Jika yang suka kuah yang agak keruh, itu
diberi sedikit susu agar rasanya menjadi lebih gurih. Biar tambah nyamleng kasih limau kuit sejenis jeruk
nipis lokal secukupnya dan bumbuhi sambel Banjar yang tersedia, hmmmm… mak
nyosss.
Bagi yang baru pertama kali makan soto
banjar, asal tahu aja yang namanya soto banjar itu adalah menu soto yang
dihidangkan dengan menggunakan lontong atau ketupat. Jika dihidangkannya dengan
campuran nasi, berarti itu bukan soto, itu adalah nasi sop. Bahan dasar sama ayam
kampung juga, dimakannya biasanya ditemani oleh bergedel, telur bebek di-suwir, bihun, daung bawang sledri lalu
ditaburi bawang goreng.
Soal harga, jangan khawatir. Harga menu di
warung ini sangat bersahabat kok. Satu porsi sate ayam yang berisi sepuluh
tusuk harganya Rp 15 ribu. Kalau nggak suka kulit atau lemaknya, kita bisa
memesan khusus sate dagingnya aja, atau sate rempela ati. Sedang kan satu porsi
soto, bisa kita dapatkan dengan harga Rp 17 ribu saja. Mau dinikmati di warung
atau dibawa pulang, sama-sama enaknya, kok. Yang penting makannya nggak
berlebihan.
Bagi pengunjung yang gemar dengan batu akik,
didepan restoran ini ada sebuah gerai penjual batu. Oleh karenanya sehabis
mengisi perut dengan menu yang aduhai, mata juga dapat dipuaskan dengan
melihat-lihat display batu akik,
khususnya jenis red borneo. Batu
warna merah yang berasal dari kalimantan.
Dengan penyajian yang khas serta
pernak-pernik yang ada, soto Banjar Bang amat ini benar-benar
meng-aktualisasikan budaya lokal yang ada. Sehingga kalau sedang berkunjung ke
kota Banjarmasin, wajib hukumnya mencoba kuliner ini.
Mesjid
Jami dan Makam Pangeran Antasari
Kebetulan
pas tiba disana hari Jum’at siang, habis ngisi perut, langsung aku mengajak
teman untuk shalat Jum’at. Temanku bilang ayo kita shalat di Mesjid Jami aja
katanya, nggak jauh kok. Makanya
kesempatan ini tak ku sia-siakan untuk shalat di Mesjid Jami, salah satu mesjid bersejarah di Banjarmasin. Masjid Jami’ ini disebut juga mesjid Sungai Jingah karena dahulu awalnya
dibangun di dekat sungai jingah.
Bangunannya terbuat dari kayu ulin atau kayu
besi kata kebanyakan orang, dibangun pada tahun 1777 berarsitektur Banjar beratapkan sirap berjenjang 3. Tak jauh dari mesjid
ini terdapat tempat pemakaman umum, yang ditengah-tengahnya terdapat alkah (sarean-pemakaman) Pangeran
Antasari seorang pahlawan nasional yang berasal dari Banjar. Beliau merupakan tokoh perang Banjar, atau
yang lebih terkenal dengan De
Bandjermasinche Krijg. Pangeran ini wajahnya selalu dapat dilihat setiap kita menggunakan uang sebagai alat pembayaran, sebab tertera pada uang
pecahan 2000an.
Tempat
pemakamannya berada dalam sebuah bangunan kecil, berbentuk rumah yang identik
dengan rumah orang banjar. Kondisinya sangat terawat dan bersih. Diatas
gundukan kuburan tersebut diletakan sebua kain kuning, sebagai tanda bahwa
beliau adalah bangsawan dan tokoh yang disegani masyarakat. Disebelah kuburan
Pangeran, ada makam permaisurinya yaitu Ratu Zaleha dan beberapa kuburan
kerabat beliau. Oh ya kuburan Pangeran Antasari berada ditengah kompleks
pemakaman umum kelurahan Surgi Mufti di Banjarmasin Utara.
Lontong ORARI
Belum
selesai sampai disitu, malam harinya saat sedang ngobrol temanku bilang tahu
“ORARI” nggak..? Ya tahu lah kata orari kan sangat familier ditengah
masyarakat. khususnya
pengemar radio Citizen Band atau CB.
Sehingga semua orang yang diajak bicara mengenai orari, pasti image-nya adalah Organisasi Radio Amatir
Indonesia. Sebuah wadah organisasi pengguna radio yang dipergunakan sebagai
alat komunikasi. Terutama saat ada suatu peristiwa disebuah tempat terjadi,
baik itu peristiwa yang pahit maupun yang manis.
Tapi nggak demikian kalau kita membicarakan
orari di kota Banjarmasin, sebab dikota ini orari adalah sebuah kuliner
primadona yang berbahan dasar ikan haruan (sejenis ikan gabus) yang mendampingi
lontong. Asal muasal kuliner ini diciptakan sekitar tahun 1980an, oleh Ibu
Hajah Rusmanah warga asli Bajarmasin. Seorang ibu rumah tangga asli Banjar yang
semula hanya iseng membuat jajanan untuk di jual ke tetangga sekitar, dengan
modal awal beras dua liter. Dalam tempo singkat hasil karyanya langsung
digemari masyarakat, sehingga penduduk sekitar yang hobinya ngebreak sering kongkow dirumahnya menikmati masakan ini bersama komunitasnya.
Hingga pada suatu hari tercetus untuk memberi nama olahan ini menjadi “Lontong
Orari”, sebab penggemar menu olahannya adalah komunitas penggemar radio orari
yang sering kumpul dirumahnya. Lokasi warungnya berada di Simpang Sei
Mesa-Kampung Melayu Darat, ditengah kota Banjarmasin.
Jika kuliner lontong didaerah lain, pasti
temannya adalah daging ayam, daging sapi, daging kambing termasuk jeroannya.
Hanya lontong orari saja yang kawan pendampingnya berupa ikan, dan ikannya
adalah ikan yang banyak terdapat di alam kalimantan bernama haruan.
Selain itu kuliner ini memiliki keunikan
tersendiri, dari wujud fisik lontongnya saja sudah aneh, diberbagai tempat
lontong berbentuk bulat dan berukuran secukupnya. Disini modelnya segitiga agak
pipih berukuran big size. Menyantapnya di guyur
kuah sayur nangka muda yang diolah habang,
yaitu bumbu merah khas kalimantan dengan semburat rasa manis. Ditambah dengan
ikan haruan goreng plus sebutir telur dan sambel banjar, maka jadilah kuliner
dengan perpaduan rasa yang harmonis. Sekarang olahan ini jadi penganan wajib
wisatawan yang berkunjung ke kota seribu sungai.
Saat ini pemilik lontong orari dalam satu
hari harus menyediakan sekitar 60 kilogram beras, sebagai bahan pembuatan
lontong. Lalu sekitar 50 kg ikan haruan yang bakalan ludes di lumat
penggemarnya, ditambah 10 kilogram telur serta beberapa ekor ayam bagi peminat
yang ingin mengganti ikan haruan dengan daging ayam. Karyawan warung ini
berjumlah 14 orang, yang bertugas dibagi dalam 2 shift.
Bagi yang baru mencoba pasti mempunyai kesan
bahwa masakan ini adalah sebuah masakan yang pedas, sebab olahan bumbu merahnya
bagaikan mengaktualisasikan rasa cabe yang menantang. Namun jika telah dirasa
maka dilidah terasa manis yang smooth dan
romantis.Suasana warungnya pun
beda, nggak seperti bangunan resto
biasanya. Warung ini sebenarnya adalah rumah tinggal jenis rumah panggung yang
dimodifikasi menjadi tempat makan. Makanan dihidangkan disebuah meja pendek, sedangkan
tamu yang datang makan sambil duduk glosor
atau lesehan di lantai.
Saking terkenalnya di kota Banjarmasin, gerai ini
menjadi tempat promosi gratis provider
telekomunikasi menyampaikan produknya. Terlihat dari dinding bangunannya yang
ditempeli berbagai branding alat
komunikasi. Bila ada kesempatan berkunjung ke Banjarmasin, sekedar mengingatkan
aja bro…., jika ingin makan dan langsung klepek-klepek
maka cobain cita rasa kuliner ini, yang sekarang sudah menambah satu lagi
kekayaan kuliner nusantara.
Red
Borneo
Buat pemnggemar batu akik atau batu
perhiasan, Pulau Kalimantan adalah surga-nya. Khususnya di Kalimantan Selatan
tak jauh dari kota Banjarmasin ini sejak dahulu terdapat sebuah penambangan
intan, tepatnya di kota Martapura. Di Martapura ini pula terdapat pasar batu
cincin, sehingga hampir setiap hari penggemar batu mulia dan batu akik
mengunjungi tempat ini untuk memuaskan hobinya memburu batu. Yang paling dicari
saat ini dipasar tersebut adalah baru “RED BORNEO”.
Red Borneo, beberapa kalangan menyebutnya
ruby Kalimantan, batu ini secara spontan menjadi sangat laku dan dicari. Selain
indah warnanya batu ini memiliki tekstur yang sangat unik, yaitu dominan warna
merah sedikit warna hitam bahkan terkadang ada garis warna krem muda yang
sangat tipis pada permukaan batu.
Di Banjar masin sendiri penggemar batu ini
bukan hanya kaum laki-laki, tapi saat malam hari di berbagai sudut kota
Banjarmasin kaum perempuan ikut nimbrung
memilih batu kesukaannya. Hampir setiap hari penggemar batu akik turun ke jalan,
untuk mencari batu kesukaannya untuk dipakai mrnghias jarinya atau koleksi.
Batu red borneo belum terkenal seperti batu bacan, namun batu ini sudah menjadi
primadona dan memilki penggemar tersendiri.
Makam
Sultan Suriansyah
Hari tekahir kunjungan di kota Banjarmasin,
sebelum meluncur ke bandara Syamsudin Noor, ada kesempatan untuk ziarah ke
makan Pangeran Suriansjah di Kuin- Banjarmasin. Beliau adalah raja kerajaan
islam pertama di Kalimantan bergelar “PANEMBAHAN BATU HABANG”, yang setelah
meninggal pemerintah kerajaannya diteruskan oleh anak-anaknya.
Tak jauh dari makam ini terdapat sebuah
masjid tertua di kota Banjarmasin, dibangun pada jaman pemerintahan Sultan
Suriansyah tahun 1526 s.d 1550, sebelum kolonial Belanda menjajah Indonesia.
Masjid yang hingga kini masih berdiri kokoh, sama seperti Masjid Jami terbuat
dari kayu ulin. Bangunannya sederhana namun keindahan ukir-ukirannya sangat
mempesona, konon menurut penjaga masjid ukiran tersebut dibuat oleh ahli ukir
dari kota Jepara-Jawa Tengah. Sebab dahulu yang mengislamkan Sultan Suriansyah
adalah seorang khatib dari kerajaan Demak yaitu Syech Maulana Syarif
Hidayatulah yang terkenal dengan nama Khatib Dayyan.
Ditengah kompleks makam ini terdapat sebuah
sumur, yang sejak jaman kerajaan dipakai oleh raja untuk berwudu, usinya hampir
mencapai 500 tahun. Hebatnya sumur ini tak pernah kering, walaupun musim
kemarau berkepanjangan. Sebaliknya sumur ini terus menghasilkan air yang tak
pernah habis walau setiap hari dipakai untuk keperluan masyarakat setempat.
Bye-bye
Banjarmasin
Setelah puas dengan kunjungan singkat ke kota
seribu sungai ini, Pak Gatot temanku jalan-jalan selama di kota Banjarmasin,
mengantarku ke Bandara Syamsudin Noor, yang jaraknya kurang lebih 25 km. Aku
nggak mau ketinggalan peasawat, makanya Pak Gatot kuminta agak cepat
mengendarai mobilnya, kebetulan jadwal penerbanganku nggak delay, jadi aku segera siap
terbang kembali ke Jakarta untuk menyongsong pekerjaan rutin. Terima kasih Pak
Gatot atas budi baiknya, semoga Bapak Selalu sehat dan kita bisa jalan-jalan
lagi dilain hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar