Selasa, 20 Oktober 2015

Upaya Menanggulangi SDM Yang Tak Produktif

Sumber daya manusia (SDM) adalah modal utama suatu organisasi, keberhasilan pengelolaan organisasi sangat ditentukan oleh keberhasilan pendayagunaan SDM. Dengan demikian aktifitas atau kegiatan dari suatu organisasi bukan hanya didasarkan atas struktur organisasi efektif semata, tertapai justru yang lebih penting adalah dari unsur penggerak, yaitu sumber daya manusia yang berkemampuan atau produktif.



Kemampuan sumber daya manusia dibedakan atas tiga golongan diantaranya:
1.     KEMAMPUAN KONSEPTUAL,  yaitu kemampuan untuk mengolah pengetahuan atau informasi dengan nalar yang jelas dan jernih. Seperti kemampuan menganalisa, memilih, menggolongkan dan menghubungkan pengetahuan menurut nalar sehingga membuahkan pengertian tertentu.
2.      Lalu ada KEMAMPUAN TEKNIKAL yaitu kemampuan untuk mengerjakan suatu kegiatan berdasarkan kumpulan pengetahuan tertentu.
3.   KEMAMPUAN SOSIAL, mencakup berkomunikasi, bekerjasama dan menjalin hubungan dengan orang lain. Dengan demikian keberhasilan suatu organisasi utnuk mencapai misinya sangat ditentukan oleh keberhasilan pendayagunaan SDM yang kompeten.

Dalam suatu organisasi pasti ada juga SDM yang tidak poduktif, yaitu SDM yang tidak mampu berprestasi sesuai dengan tuntutan jabatan. Untuk melihat hal ini dapat dilakukan dengan hasil kerjanya (past performance), menggunakan pendekatan kondite pegawai yang dilakukan setahun sekali, dengan asumsi bahwa penilaian dinilai secara obyektif dan benar. Sekali-sekali sebaiknya pihak Depertemen Sumber Daya Manusia (DSDM) melakukan survey guna mengetahui berapa persen Pegawai di BI yang kurang atau tidak produktif. Lalu mencari sebabnya mengapa bisa demikian..?

Dari pengalaman selama ini, banyak faktor penyebab timbulknya SDM yang tidak produktif Antara lain adalah :
1.    Sasaran dan fokus yang strategis BI mengalami perubahan yang pesat sehubungan dengan kebijakan baru dibidang perbankan sesuai dengan berdirinya Organisasi Jasa Keuangan (OJK) dan Re-organisasi SOLA. Perubahan ini menuntut pula perubahan stategi pengelolaan SDM, yang semula menitik beratkan kepada penyedia kebutuhan personalia baik jumlah maupun kulaitas sesuai permintaan satuan kerja, menjadi pendjadi pengelolaan yang terpadu mulai planning dan recruitment sampai dengan retirement. Perubahan strategi SDM memerlukan waktu yang cukup lama, untuk mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan, maka pelaksanaannya dapat menimbulkan adanya SDM yang tidak produktif.
2.    Strutur organisasi BI dibentuk melalui proses fungsional, sehingga SDM-nya terkotak-kotak  dalam satuan kerja tertentu dengan tanggungjawab tertentu pula. Padahal struktur organisasi yang demikian kurang mobilitas antar satuan kerja sehingga tidak fleksibel. Dalam suatu keadaan tertentu satker overloaded dan satker lainnya underloaded, demikian pula bila terjadi perubahan tugas disuatu satker yang menghapuskan tugas tertentu.
3.    Sistem recruitment yang kurang menjamin mendapatkan SDM yang berkualitas, sebab SDM yang diterima belum sesuai dengan job requirement, khusunya pegawai Golongan II (staf) dan Pegawai Golongan I (Asisten), yang masih terdapat penerimaan atas dasar koneksi. Sehingga sulit untuk menegembangkan yang bersangkutan sesuai dengan interes BI.
4.    Pegawai belum memahami dan melakasanakan budaya kerja BI, yang tertuang dalam 5 sikap hidup Pegwai Bank Indonesia.
5.    Gaya kepemimpinan seseorang, contohnya pimpinan otoriter yang tertumpu pada sifat dan keinginan pribadi yang bersangkutan harus diikuti tanpa pertimbangan dan saran bawahan.
6.    Sifat dan kepribadian pegawai itu sendiri, misalnya sikap apatis, enggan bertangungjawab, malas, tidak percaya diri, serta tidak berani mengambil resiko dll.

Dari beberapa hal tersebut maka terlihat semakin besar jumlah SDM yang tidak produktif maka semakin besar pula dampak dari pencapaian misi tersebut. Sedangkan jika dilihat dari segi biaya, pembiayaan bagi pegawai yang tidak produktif merupakan pemborosan yang harus dihindari. Oleh karena SDM yang tidak produktif secara psykhologis mempunyai dampak pula terhadap motivasi pegawai lainnya. Lebih–lebih apabila imbalan yang diterima relatif sama, bahkan bisa terjadi SDM yang tidak produktif sebagai trouble maker yang dapat merusak suasana kerja.

Untuk menghinbdari hal tersebut, perlu diupayakan terjadina SDM yang tidak produktif dengan beberapa cara yaitu :
1.    Perubahan strategi pengelolaan SDM menjadi pengelolaan SDM secara terpadu atau terintegrasi harus segera diimplementasikan.
2.    Apabila dalam Satker terdapat kelebihan tenaga agar disalurkan kepada satker lain yang membutuhkan.
3.    SDM yang kualifikasinya belum sesuai job requirement diberikan pelatihan atau PMK hingga menjadi qualified.
4.    Kepada Pegawai perlu ditanamkan rasa kesadaran terhadap budaya kerja BI baik 5 sikap hidup maupun Harmonization, Openess, Profesionalisme, Ourward looking dan Result Oriented agar Pegawai BI dapat lebih meningkatkan semangat dan kinerja.
5.    Lakukan rotasi, mutasi dan promosi secara teratur.
6.    Kembangkan gaya kepemimpinan yang transformatif supaya Pegawai mampu mengembangkan motivasi dirinya sendiri.

Jika hal tersebut sudah dilakukan namun masih belum ada hasilnya, maka upaya terakhir adalah dilakukan GOLDEN SHAKEHAND (pensiun dini), dengan tetap memperhatikan unsur kemanusiaan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar