Sumber daya manusia (SDM) adalah modal utama
suatu organisasi, keberhasilan pengelolaan organisasi sangat ditentukan oleh
keberhasilan pendayagunaan SDM. Dengan demikian aktifitas atau kegiatan dari
suatu organisasi bukan hanya didasarkan atas struktur organisasi efektif
semata, tertapai justru yang lebih penting adalah dari unsur penggerak, yaitu
sumber daya manusia yang berkemampuan atau produktif.
Kemampuan sumber daya manusia dibedakan atas
tiga golongan diantaranya:
1. KEMAMPUAN
KONSEPTUAL, yaitu kemampuan untuk
mengolah pengetahuan atau informasi dengan nalar yang jelas dan jernih. Seperti
kemampuan menganalisa, memilih, menggolongkan dan menghubungkan pengetahuan
menurut nalar sehingga membuahkan pengertian tertentu.
2. Lalu
ada KEMAMPUAN TEKNIKAL yaitu kemampuan untuk mengerjakan suatu kegiatan
berdasarkan kumpulan pengetahuan tertentu.
3. KEMAMPUAN
SOSIAL, mencakup berkomunikasi, bekerjasama dan menjalin hubungan dengan orang
lain. Dengan demikian keberhasilan suatu organisasi utnuk mencapai misinya sangat
ditentukan oleh keberhasilan pendayagunaan SDM yang kompeten.
Dalam suatu organisasi pasti ada juga SDM
yang tidak poduktif, yaitu SDM yang tidak mampu berprestasi sesuai dengan
tuntutan jabatan. Untuk melihat hal ini dapat dilakukan dengan hasil kerjanya (past performance), menggunakan
pendekatan kondite pegawai yang dilakukan setahun sekali, dengan asumsi bahwa
penilaian dinilai secara obyektif dan benar. Sekali-sekali sebaiknya pihak
Depertemen Sumber Daya Manusia (DSDM) melakukan survey guna mengetahui berapa persen Pegawai di BI yang kurang atau
tidak produktif. Lalu mencari sebabnya mengapa bisa demikian..?
Dari pengalaman selama ini, banyak faktor
penyebab timbulknya SDM yang tidak produktif Antara lain adalah :
1. Sasaran dan fokus yang strategis BI mengalami
perubahan yang pesat sehubungan dengan kebijakan baru dibidang perbankan sesuai
dengan berdirinya Organisasi Jasa Keuangan (OJK) dan Re-organisasi SOLA.
Perubahan ini menuntut pula perubahan stategi pengelolaan SDM, yang semula
menitik beratkan kepada penyedia kebutuhan personalia baik jumlah maupun
kulaitas sesuai permintaan satuan kerja, menjadi pendjadi pengelolaan yang terpadu
mulai planning dan recruitment sampai dengan retirement. Perubahan strategi SDM
memerlukan waktu yang cukup lama, untuk mencapai hasil sebagaimana yang
diharapkan, maka pelaksanaannya dapat menimbulkan adanya SDM yang tidak
produktif.
2. Strutur organisasi BI dibentuk melalui proses
fungsional, sehingga SDM-nya terkotak-kotak
dalam satuan kerja tertentu dengan tanggungjawab tertentu pula. Padahal
struktur organisasi yang demikian kurang mobilitas antar satuan kerja sehingga
tidak fleksibel. Dalam suatu keadaan tertentu satker overloaded dan satker lainnya underloaded,
demikian pula bila terjadi perubahan tugas disuatu satker yang menghapuskan
tugas tertentu.
3. Sistem recruitment
yang kurang menjamin mendapatkan SDM yang berkualitas, sebab SDM yang diterima
belum sesuai dengan job requirement,
khusunya pegawai Golongan II (staf) dan Pegawai Golongan I (Asisten), yang
masih terdapat penerimaan atas dasar koneksi. Sehingga sulit untuk menegembangkan
yang bersangkutan sesuai dengan interes BI.
4. Pegawai belum memahami dan melakasanakan
budaya kerja BI, yang tertuang dalam 5 sikap hidup Pegwai Bank Indonesia.
5. Gaya kepemimpinan seseorang, contohnya
pimpinan otoriter yang tertumpu pada sifat dan keinginan pribadi yang
bersangkutan harus diikuti tanpa pertimbangan dan saran bawahan.
6. Sifat dan kepribadian pegawai itu sendiri,
misalnya sikap apatis, enggan bertangungjawab, malas, tidak percaya diri, serta
tidak berani mengambil resiko dll.
Dari beberapa hal tersebut maka terlihat
semakin besar jumlah SDM yang tidak produktif maka semakin besar pula dampak
dari pencapaian misi tersebut. Sedangkan jika dilihat dari segi biaya,
pembiayaan bagi pegawai yang tidak produktif merupakan pemborosan yang harus
dihindari. Oleh karena SDM yang tidak produktif secara psykhologis mempunyai
dampak pula terhadap motivasi pegawai lainnya. Lebih–lebih apabila imbalan yang
diterima relatif sama, bahkan bisa terjadi SDM yang tidak produktif sebagai trouble maker yang dapat merusak suasana
kerja.
Untuk menghinbdari hal tersebut, perlu
diupayakan terjadina SDM yang tidak produktif dengan beberapa cara yaitu :
1. Perubahan strategi pengelolaan SDM menjadi
pengelolaan SDM secara terpadu atau terintegrasi harus segera
diimplementasikan.
2. Apabila dalam Satker terdapat kelebihan
tenaga agar disalurkan kepada satker lain yang membutuhkan.
3. SDM yang kualifikasinya belum sesuai job requirement diberikan pelatihan atau
PMK hingga menjadi qualified.
4. Kepada Pegawai perlu ditanamkan rasa
kesadaran terhadap budaya kerja BI baik 5 sikap hidup maupun Harmonization, Openess, Profesionalisme,
Ourward looking dan Result Oriented
agar Pegawai BI dapat lebih meningkatkan semangat dan kinerja.
5. Lakukan rotasi, mutasi dan promosi secara
teratur.
6. Kembangkan gaya kepemimpinan yang transformatif
supaya Pegawai mampu mengembangkan motivasi dirinya sendiri.
Jika hal tersebut sudah dilakukan namun masih
belum ada hasilnya, maka upaya terakhir adalah dilakukan GOLDEN SHAKEHAND (pensiun dini), dengan tetap memperhatikan unsur
kemanusiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar