Minggu, 18 Februari 2018

Jendral Besar Abdul Haris Nasution


Pak Jendral Besar AH Nasution adalah negarawan sejati yang berkomitmen menentang faham komunis tumbuh subur di Indonesia, Beliau adalah cendikiawan militer, peletak dasar perang rakyat semesta dan prajurit sejati yang selalu menjaga kemurnian pancasila dan keutuhan NKRI.

 


Sejumlah wartawan Australia tercengang mendengar jawaban Jenderal Abdul Haris Nasution atas pertanyaan mereka, “Siapa sosok yang Anda kagumi di dunia ini?” Jawaban Jenderal Nasution, “Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam”. Abdul Haris Nasution, yang lahir di Kotanopan, Sumatera Utara, 3 Desember 1918, itu memang dikenal sebagai jenderal yang lekat dengan Islam dan taat beribadah, cocok dengan atasannya di era perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, yaitu Panglima Besar Jenderal Sudirman.

 

Semua kisah tentang Jendral Besar ini dapat kita lihat di “MUSEUM JENDRAL BESAR DR.AH NASUTION”, yang belokasi di Jalan Teuku Umar No 40, Menteng - Jakarta Pusat. Museum ini semula merupaka kedianman Pak Nas yang ditempati bersama keluarga sejak menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) tahun 1949, hingga wafatnya pada tanggal 6 September tahun 2000. Sejak beliau wafat, selanjutnya keluarga Nasution pindah rumah. Dikediamann ini Jendral Besar Dr AH Nasution telah menghasilkan sebuah karya juang yang dipersembahkan bagi kemajuan bangsa dan negara.

 

Pada tanggal 1 Oktober 1965 dirumah ini teah terjadi peristiwa dramatis yang hampir menewaskan Jendral Nasution. Pasukan Cakrabirawa G 30S/PKI berupaya menculik dan membunuh Pak Nas, namun hal ini gagal dilakukan. Dalam peristiwa tersebut, putri kedua yaitu Ade Irma Suryani Nasuton dan Ajudannya Lettu CZI PiereTendean gugur. Sedangkan Pak Nas melarikan diri dengan meloncati tembok Kedutaan Besar Negara sahabat yang berada disebelah rumahnya.

 


Ruang Ade Irma Suryani Nasution kamar tidur Ade Irma. Didalam ruangan ini disajikan benda benda Pribadi yang merupakan kesayangan almarhumah, yaitu sebuah baju seragam Kowad mini, tas kulit kecil, sepatu, tempat minum dan boneka. Dan baju Ade Irma yang dipakai sat trafedi tersebut berlangsung.

 

Selain ruang tersebut ada juga Ruang Kuning, karena dicat wana muning baik tembok, karpet maupun gorden senua memakai warna kuning. Ruag Kuning ini oleh Pak Nas, digunakan sebagai tempat menerima tamu VVIP baik dari dalam maupun luar negeri termasuk menerima Raja Salman sewaktu beliau masih jadi Pangeran.

 

Sebagai tempat untuk menerima tamu dari kalangan militer, kerabat, dan masyarakat, biasanya Pak Nas menerimanya di Ruang Tamu. Di Ruangan ini terpampang beberapa foto bersejarah Pak Nas, saat menjadi Panglima Divisi Siliwangi,KSAD, Menkohankam/Kasab, Ketua MPRS dan foto ketika jadi hari ke 52.Di ruangn ini pula disajikan cindera mata dan kenang-kenangan dari dalam dan luar negeri. Antara lain dari Akademi Teknik Wajskawej Warsawa, Odecca Rusia, Gading Gajah dari Komandan Brigade Garuda II/Konggo serta satuan tempur siliwangi, dan kursi favorit Pak Nas.

 

Ruang Tidur merupakan saksi bisu dari kekjaman G 30 S/PKI yangb berupa menculik dan membunuh Pak Nas, Kejadian penting tanggal 1 Oktober 1965, menewaskan putri kedua Pas nas yaitu Ade Irma Suyani Nasution oleh pasukan Cakrabirawa. Diruangan ini terdapat bekas tembakan yang mengenai pintu, tembok serta meja milik keluarga Pak Nas. Benda benda pribadi yang dipakai saat itu oleh Pak Nas, semasa hidupnya juga ditampilkan disini.

 

Pada ruang makan disajikan diorama yang menggambarkan kejadian setelah Pak Nasberhasil menyelamatkan diri dari upaya pembunuhan, seseaat setelah Pak Nas berhasil menyelamatkan diri kemudian Ibu Nasution menghubungi Mayor Jendral Wirahadikusuma yang saat tu menjabat Panglima Kodam Jaya. Namun usaha itu gagal karena hubungan telepon sudah diputus, saat bersamaan muncul lima prajurit Cakrabirawa dengan menodongkan senapan dan menggertak Ibu Nasution mengatakan bahwa “Telepon sudah kami putus”..! Bu Nasution sambil meggendong Ade Irma menjawab “Kalian kesini cuma mau membunuh anak saya…!”

Ide-ide besar buah pikiran Jendral Nasution keluar dari sebuah ruangan yang bernama Ruang Kerja, baik dalam bidang militer maupun non militer. Didalam ruang kerja ini juga telah dihasilkan beberapa karya beliau, sebagain beliau sajikan dalam etalase sebagai bentuk penghormatan dan penghargan atas prestasi yang dicapai dan disumbangkan pada Negara dan bangsa.

 


Ada satu lagi ruangan yang bisanya dipakai tempat tinggal Lettu Piere Tendean, ajudan Pak Nas. Beliau menjadi korban karena mengaku sebagai Pak Nasution, dia diseret  ke dalam truk oleh PKI selanjutnya di bawa ke Lubang Buaya dalam keadaan masih hidup.

 

Demikianlah sekilas museum “Jendral Besar AH Nasution”, yang diharapkan dapat dijadikan media multi fungsi untuk belajar sejarah, mengenai sosok Pribadi dan karya juang Pak Nas serta media transformasi nilai nilai luhur yang beliau tinggalkan.

 

1 komentar: