Bagi
masyarakat Yogyakarta, obyek wisata Lava Tour Gunung Merapi mungkin sudah
dikenal dengan baik. Namun lain halnya bagi Pegawai BI Kantor Pusat yang
berdomisili di Jakarta. Obyek wisata yang berada di lereng merapi ini tampaknya
masih mengundang rasa penasaran yang begitu kuat. Setidaknya hal inilah yang dirasakan Pegawai
yang datang ke Merapi dalam rangka kegiatan Gathering pada tanggal 14 s.d 16
Juni 2013.
“Menikmati
pemandangan Gunung Merapi, sungguh mempesona terutama dengan fasilitas
kendaraan jeep yang cocok untuk melalui medan-medan terjal dan penuh bebatuan
besar sisa erupsi Merapi. Kami menghabiskan waktu hampir 2 jam untuk wisata
dengan jeep ini,” ucap Suzana (Direktur).
“Lihat di tv sama browsing di
internet beda dan nggak puas, harus datang langsung seperti ini, jadi nggak
penasaran,” ujar nya.
Diawali dengan rasa
sukacita yang tinggi, rombongan mulai melakukan touring dengan menggunakan
sekitar 25 unit jeep. Wajah wajah ceria menghiasi setiap peserta, apalagi pada
saat menelusuri lereng merapi jeep yang mereka tumpangi berjalan dengan zigzag
dan sesekali supirnya melakukan atraksi, sehingga teriakan penumpangnya
menggema diseantero bukit. Kondisi jalan selama perjalanan sungguh
sangat mendebarkan khas jalanan off road,
pasir sering ditemui dan tempat yang akan dituju pertama kali adalah Kali Opak.
Driver Jeep haruslah orang yang
sangat mengenal dengan baik medan perjalanan dan juga punya keahlian yang cukup
tinggi untuk mengendalikan Jeep karena selain kontur jalan berpasir, nanjak
serta berbatu, lebar jalan sempit sekali sehingga bila sedang berada di jalur
yang dipakai 2 arah, maka harus ada yang mengalah.
Sesampainya di tempat parkir, sejauh
mata memandang yang namanya pasir beserta partikel kecil lainnya selalu
terlihat, ada juga pepohonan kering dan bekas rumah yang sebagian besar telah
hangus kena hawa awan panas. Dipemberhentian kedua yang terdapat batu Alien,
dari sana masih nampak jelas uap dari panasnya pasir yang sedang diambil oleh
masyarakat. Panas lava tersebut masih ada padahal erupsi merapi terjadi pada
bulan November 2010, kekuasaan Tuhan sangat besar dan tak ada tandingannya.
Sungguh sangat memilukan membayangkan apa yang dialami masyarakat yang terkena
musibah saat itu, panas dan abu pasti sangat menyiksa.
Dari
beberapa tempat, ada sebuah tempat yang menarik untuk dikunjungi. Tempat itu
bernama Museum Sisa Hartaku. Adalah Mbah Wati, 65 tahun. Beliaulah yang
memiliki areal rumah yang hancur diterjang ganasnya lahar panas dan wedus
gembel pada erupsi 2010 lalu. Kedukaan kehilangan harta benda tak membuatnya
larut dalam kedukaan. Hancurnya rumah tinggal justru memunculkan ide untuk
menjadikan rumahnya sebagai sebuah harta berharga. Jadilah sebuah museum yang
unik. Melalui kreatifitas mbah Wati, sisa-sisa erupsi disulap menjadi sebuah
tempat yang menunjukkan kepada para pengunjung efek erupsi Merapi. Sisa-sisa
keganasan erupsi ditata sedemikian rupa. Pengunjung dapat berkeliling dan
menyaksikan dengan mata kepala sendiri berbagai peninggalan yang masih
berbentuk di rumah yang terletak di pinggir jalan itu.
Bencana
membawa berkah, ungkapan tepat untuk menggambarkan kondisi masyarakat Gunung
Merapi sekarang. Setelah mengalami letusan hebat pada 2010, kini sisa-sisa
letusannya menjadi daya tarik bagi wisatawan. 900 orang hampir setiap hari
mengunjungi daerah ini, semua warga memanfaatkannya mulai dari ojek, sewa
rumah, sewa jeep, warung kecil2an, cendera mata, kaos, foto foto erupsi,
taoilet umum, sampai masker semuanya ada. Merapi saat ini sedang tenang dan
tertidur pulas, semoga merapi nggak marah lagi, agar warga sekitarnya dapat
bangkit kembali dan melupakan kisah erupsi tahun 2010.(sumber : blog tetangga)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar