De Javasche Bank (DJB) didirikan pada 24 januari 1828 oleh
Pemerintah Hindia Belanda di Batavia, sebagai bank sirkulasi yang bertugas
mencetak dan mengedarkan uang. Pada tanggal 29 Agustus 1864 DJB membuka kantor
cabangnya di kawasan bisnis Muara Padang-Sumatera Barat. DJB cabang Padang
adalah kantor cabang yang ke 3 setelah Semarang dan Surabaya, merupakan cabang
pertama diluar Jawa. Gedung De Javasche Bank yang pertama di Padang terletak di
Nipahlaan atu Jalan Nipah sekarang,
di kawasan Pelabuhan Muaro di pinggir sungai Batang Arau, yang pada era
kolonial dahulu merupakan kawasan yang ramai dengan aktifitas perdagangan. Semula
bangunan itu adalah gudang militer Belanda sebelum resmi digunakan oleh DJB. Yang
menjadi Direktur pertama kalinya adalah
A.W. Verkouteren.
Tanggal 31 Maret 1921 De Javasche Bank
melakukan pembangunan gedung baru, letaknya masih disekitar Nipahlaan
diseberang gedung yang lama. Arsiteknya Hulswitt-Fermont-Cuypers Architechten
& Engineeren Beureau. Gedung baru itu mulai dipakai tahun 1925. Setelah Indonesia merdeka, pada 1 Juli 1953,
Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk
menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga tugas
utama di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Di samping itu, Bank
Indonesia diberi tugas penting lain dalam hubungannya dengan Pemerintah dan
melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan oleh DJB sebelumnya.
Pada tahun 1931 oleh Pemerintah Hindia
Belanda didirikan Monumen Memorial W.H. de Greve didepannya untuk mengenang de
Greve yang telah menemukan pertambangan batubara di Sawahlunto. Penemuan besar
De Grevee tersebut juga berdampak besar pada pembangunan infrastruktur
besar-besaran seperti jalan, jembatan, rel kereta api, pelabuhan Emmahaven
(Teluk Bayur), sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya maka dinamakanlah
taman di depan De Javasche Bank dengan Taman De Greve. Namun sayangnya monumen
tersebut bernasib sama seperti sebagian besar monumen peninggalan Belanda
lainnya di kota Padang yang telah hilang ditelan jaman. Diperkirakan
monumen-monumen peninggalan Belanda tersebut dihancurkan pada masa pendudukan
Jepang tahun 1942 ~ 1945. Di tempat bekas lokasi monumen tersebut saat ini
telah berdiri kokoh Jembatan Siti Nurbaya yang merupakan ikon Kota Padang.
Jembatan ini membentang diatas sungai Batang Arau menghubungkan kawasan Muaro
dengan kawasan Seberang Padang dan Gunung Padang, tempat dimana terdapat makam
tua yang konon merupakan makam sang legenda Siti Nurbaya.
Setelah dihoyak
gempa pada tanggal 30 September 2009, Bank Indonesia melakukan konservasi
terhadap gedung eks De Javasche Bank tersebut. Namun sesudah diresmikan pada
tahun 2011 sampai kini belum diketahui penggunaannya untuk apa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar