Berkunjung
kedaerah Indonesia bagian timur, adalah perjalanan yang sangat menyenangkan, keaslian
alamnya sangat terasa, karena didaerah tersebut alam belum banyak tersentuh.
Aliran sungai yang jernih sangat mendukung warna air laut yang turun dari
surga, kicauan burung liar membahana mengiringi suara angin mencapai daun
telinga. Indahnya Ternate adalah salah satu dari kondisi alam yang wajib
dinikmati. Ada apa di Ternate, ini sebagian aku ceritakan sebagai rasa syukur pada
Ilahi.
Danau
ini terdiri dari dua buah danau. Orang setempat menyebutnya, Danau Tolire.
Danau air tawar ini bentuknya menyerupai loyang raksasa. Aku tahu dari orang
sekitar, menurut leluhur mereka kedalaman danau ini berkilo-kilo meter dan
terhubung langsung dengan laut. Tapi kebenarannya juga belum terungkap. Katanya jika kita melempar benda ke danau tersebut
sekeras apapun benda tersebut tak akan pernah menyentuh permukaan danau. Namun akibatnya disekeliling danau dijual batu kerikil khusus untuk
dilempar kedalam danau. Benar saja, nggak ada satu batu-pun yang berhasil
menyentuh permukaan danau. Batu yang dilempar seperti ditahan oleh kekuatan
gravitasi tertentu. Menurut penduduk setempat kekuatan Buaya Putihlah yang
menahan batu2 tersebut agar tidak mengenai permukaan danau.
Gunung Gamalama, yang juga kerap
disebut sebagai puncak Ternate, merupakan sebuah stratovolcano, yakni gunung berapi yang tinggi dan mengerucut, yang
terdiri atas lava dan abu vulkanik yang mengeras. Gunung yang berdiameter 11 km
ini, memiliki kawah ganda. Gunung Gamalama, juga merupakan salah satu gunung
api di Indonesia yang masih aktif. Pada masyarakat Ternate sendiri, terdapat
sebuah ritual mengelilingi Gunung Gamalama. Dalam ritual bernama Kololi Kie
ini, masyarakat mengelilingi Gunung Gamalama, seraya memanjatkan doa untuk
memohon keselamatan dan kesejahteraan. Selain itu, Kololi Kie juga merupakan
upacara penghormatan terhadap para leluhur Ternate. Kololi Kie sendiri,
diadakan sekali dalam setahun, setiap bulan April.
Sebelum mendaki pun, sebisa mungkin
untuk berdoa, agar tidak mengalami halangan dalam perjalanan. Meski terkesan
berbahaya, namun Gunung Gamalama menyimpan pesona kecantikan yang luar biasa. Tak
heran jika banyak para penjelajah alam tertarik untuk mendaki gunung ini. Hamparan kebun
cengkeh dan pala, akan menemani para pendaki selama perjalanan menuju puncak.
Begitu sampai di puncak, pendaki dapat melihat landscape Pulau Ternate. Tak hanya itu, beberapa pulau lainnya,
seperti Pulau Tidore, Pulau Halmahera, dan Pulau Maitara juga dapat terlihat. Dikaki
Gunung gamalama ini juga terdapat batu angus atau batu hitam, yaitu bekas lahar panas yang
sudah mengering menjadi batu, ketika gunung ini meletus dahulu kala.
Pantai Sulamadaha meski tak berpasir
putih, namun memiliki pesona tersendiri. Pantai ini berhadapan langsung dengan
Pulau Hiri, yang memiliki bukit hijau. Kendati berpasir hitam dan
tidak berpanorama sunset, namun
banyak wisatawan yang mencumbuinya. Setiap hari ada saja warga Ternate dan
sekitarnya yang berekreasi di sana, terlebih pada akhir pekan dan liburan Hari
Raya. Biasanya yang datang keluarga beserta anak-anak dan tak sedikit pasangan
muda-mudi. Di sudut lain, tepatnya di deretan warung sederhana baratapkan daun
kelapa. Banyak pengunjung duduk-duduk santai sambil menikmati es kelapa muda
dan aneka jajajan. Pada hari biasa, tak banyak pedagang warung yang berjualan
di dekat pantai ini. Namun pada akhir pekan dan liburan, warung yang buka lebih
ramai lantaran pengunjungnya pun lebih banyak. Dan dipantai ini banyak wisatawan
yang ber-snorkling melongok keindahan
dalam laut yang dihuni karang dan ikan ikan yang fantastis.
Papeda,
popeda atau pupeda adalah makanan Khas Maluku Utara boleh juga dibilang bubur
sagu. Sepintas tampak seperti bubur sumsum biasa, warnanya putih hampir bening,
dan teksturnya lengket seperti bubur. Papeda ini biasa dimakan bersama dengan
gulai atau sup ikan. Rasa popeda sendiri tawar, tapi akan jadi terasa nikmat
dengan diberi kuah gulai atau sup ikan.
Masyarakat
Ternate biasanya makan Papeda dengan tangan, bukan dengan bantuan sendok
seperti makan bubur pada umumnya. Uniknya, Papeda ini harus dimakan saat baru
matang, atau dalam keadaan panas. Kalau sudah dingin, tekstur papeda akan menjadi
liat, seperti lem kanji. Papeda umumnya disantap dengan ikan kuah soru. Soru
berarti asam. Kuahnya bening, dengan rasa asam-pedas, serta aroma asap dari
ikan asar. Di belakang Pasar Gamalama, ada beberapa warung papeda yang populer
bagi warga Ternate. Di warung-warung itu selain kuah soru, juga tersedia
berbagai lauk-pauk dan sayur lilin, ikan bakar, fofoki kuah santan, sayur garo
(tumis kangkung dan bunga pepaya), yang disediakan di meja. Begitu juga papeda
dan kasbi (singkong rebus), ubi rebus, dan pisang rebus semuanya disediakan di
meja. Para tamu makan buffet style,
dan membayar Rp 25 ribu per mulut - sekenyangnya.
Air Goraka, yang ternyata sama dengan
Bandrek kalo di Bandung. Campuran Air Jahe dan gula kelapa yang disajikan
dengan serutan kelapa muda. Rasanya ya juga sama aja dengan bandrek. Dengan bahan jahe, gula aren, buah kenari
minuman ini terasa segar dan hangat. Jahe yang dihaluskan itu dicampur air gula
aren dan pandan wangi. Setelah dimasak selama satu jam agar aroma wanginya
benar-benar tercium. Minuman sudah siap dihidangkan dengan ditaburi buah
kenari, tentunya dalam keadaan panas atau hangat. Minuman ini Lebih asyik lagi
bila ditemani pisang sepatu dan kasbi goreng atau rebus yang di makannya
berteman dengan sambel. Hangatnya goraka terasa lebih nikmat ketika diteguk
saat sore menjelang senja ketika angin laut bertiup sepoi-sepoi, udara mulai
teduh, dan perahu nelayan pulang melintasi dua gunung yang ada di depan mata.
Kedatangan Bangsa Eropa dimulai oleh
Bangsa Portugis pada awal abad ke-16, karena mereka terpikat dengan kekayaan
Rempah-rempah yang terdapat di Ternate, pada mulanya untuk kepentingan Dagang. Upaya
untuk mencapai tujuannya, Portugis memanfaatkan persaingan yang terjadi di
Maluku Utara, yaitu Ternate Tengah bersaing dengan Tidore yang bersekutu dengan
Bangsa Spanyol. Portugis segera menggunakan kesempatan tersebut dengan cara
membantu Ternate, tentu kehadiran Bangsa Portugis mendapatkan simpati dari Rakyat
Ternate, terlebih lagi Rakyat Ternate mengira bahwa Portugis merupakan bangsa pedagang
yang akan berperang menaikan harga Rempah-rempah oleh karena itu Portugis
diijinkan oleh Sultan Ternate mendirikan Benteng-benteng di Ternate salah
satunya adalah Benteng Toluko yang nama aslinya Santo Lucas yang dibangun Tahun
1512 oleh Fransisco Seraow.
Ada juga Masjid Sultan Ternate, bukan
hanya kaum hawa yang dilarang masuk Masjid Sultan, para jamaah laki-laki yang
memakai sarung juga dilarang masuk masjid yang dibangun tahun 1486 Masehi itu. Pada setiap waktu salat, akan ada Balakusu
(penjaga mesjid) yang berjaga. Mereka akan mengawasi setiap orang yang masuk
masjid. Jika ada jamaah yang memakai sarung, maka akan disuruh mengganti dengan
celana panjang, atau menyarankan agar shalat di masjid lain saja. Mereka yang
datang salat di Masjid Sultan harus menyiapkan jiwa raganya menghadap Allah SWT.
Larangan masuk ke masjid, kata dia, juga berlaku untuk jamaah yang tidak
memakai tutup kepala atau kopiah. Namun, takmir masjid telah menyiapkan puluhan
kopiah dengan berbagai ukuran untuk dipinjamkan bagi jamaah yang tidak membawa
kopiah.
Semua ketentuan tersebut, tidak hanya
berlaku bagi masyarakat umum saja. Bahkan, Sultan Ternate dan anggota
keluarganya juga wajib mematuhi segala aturan tersebut. Karena itu, jangan
berharap para Boki (permaisuri sultan) akan pernah datang salat di masjid
Sultan Ternate. Satu hal unik lain
bisa ditemui saat salat Jumat di masjid Sultan Ternate. Sebelum salat Jumat
dimulai, akan ada empat muadzin yang secara serempak mengumandangkan adzan
sebagai panggilan waktu shalat. Ini sebagai tanda adanya keterkaitan empat
kerajaan besar yang ada di Maluku Utara yang masih memiliki kaitan persaudaraan
kental yang dikenal dengan sebutan Moloku Kie Raha. Dalam menjalankan tugasnya,
Jou Kalem (imam masjid) dibantu lima imam, yakni Imam Jiko, Imam Jawa, Imam Sangadji,
Imam Moti, dan Imam Bangsa
Di Ternate ada juga Masjid Al Munawar
tergolong masih baru karena diresmikan tahun 2010 oleh Menteri Agama. Masjid hijau
ini adalah masjid modern yang berada diantara masjid masjid tua dikota Ternate,
Masjid ini terletak di pantai reklamasi dan bersentuhan langsung dengan laut,
bahkan dua menaranya tertancap di laut. Bila kita akan mendarat di bandara, masjid
ini terlihat dari pesawat. Ruang dalam sangat nyaman dan sejuk dengan hembusan
angin laut. Kapasitas yang cukup banyak menampung jemaah, hingga setiap sholat
jum’at dilakukan hampir semua masyarakat segala penjuru Ternate tumpah ruah di
Masjid ini.
Semoga kuliner dan keindahan alam ternate serta semua isinya selalu mengingatkan kita dan memuji nama Allah SWT sebagai pencipta
dengan segala kebesaranNya. Sekali lagi ”Subhallah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar