Jam 6.30 pagi aku dah sampe di depan
rumah Jalan Kebun Sirih II No 17 Jakarta Pusat atau yang lebih dikenal dengan
Kampung Bali, disitulah letak Mas Kadir menjajakan buburnya menggunakan gerobak
“ Bubur Ayam Mas Kadir”. Buat sebagian orang sudah sampai pagi pagi di Kampung
Bali, seperti aku, mencari pengisi perut adalah hal yang pertama kali
dilakukan. Banyak penjual makanan yang top-markotop di sekitar Kampung Bali,
namun belum ada yang mengalahkan enaknya bubur ayam “Mas Kadir”.
Menggunakan motor setiap hari
kekantor, sebelumnya aku menemui gerobak dorong yang dipenuhi oleh bungkusan krupuk
di bagian atasnya. Nggak cuma itu, gerobak dorong itupun nyaris nggak keliatan karena
dikerumuni orang-orang yang berniat membeli. Dengan harga Rp 8.000, ditambah Rp
1.000 pertusuk ati, ampela, dan usus, serta telur setengah mateng empat orang
bersaudara penjual bubur ayam ini nggak henti-hentinya meracik bubur. Yang
makan silih berganti datang, kebayakan orang kantoran. Sudah hampir setahun aku
menjadi pelanggan setia bubur ayam ini dan nggak pernah aku liat penjualnya
menganggur. Terus bekerja mencampurkan suiran ayam, kerupuk, bawang, kacang,
sambal, dan lain-lain ke atas bubur yang panas.
Aku merupakan pelanggan tetap, sehingga
cukup memastikan kontak mata dengan salah satu crew-nya, dan menunjukkan
angka satu maka aku-pun bisa duduk tenang menunggu pesanan datang. Satu porsi
bubur ayam hadir dalam ukuran yang sangat mengenyangkan. Nggak terlihat bubur
panas karena tertutup oleh suiran ayam goreng, potongan cakue, kacang
kedelai goreng, bawang goreng, daun seledri, kerupuk, emping, ati ampela.
Buburnya gurih, namun yang membuat luar biasa adalah taburan yang jauh lebih
banyak dari buburnya itu sendiri. dan paduannya terasa pas di lidah. ditambah
teh tawar untuk mengakhiri sarapan pagiku, tepat Rp 12.000 kuhabiskan untuk
memulai hari ini dengan energi berlipat.(sumber : blog tetangga)
Ad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar