Christine Hakim, seorang senior dalam
dunia selebriti Indonesia, masih tetap dikenal dan namanyapun masih menjadi
selling point sampai saat ini. Christine Hakim memiliki nama panjang Herlina
Christine Natalia Hakim, lahir di Kuala Tungkal, Jambi, 25 Desember 1956.
Christine adalah salah satu aktris senior Indonesia yang telah menyandang
sejumlah penghargaan tinggi dunia. Dia juga menerima penghargaan Nikkei Asia
Prizes bidang kebudayaan dari koran Jepang, Nikkei Shimbun. Sementara
penghargaan nasional yang diterimanya di antaranya, delapan kali menerima Piala
Citra Pemeran Wanita Terbaik, Satyalancana Wira Karya dan Bintang Budaya Parama
Dharma. Selain itu, bersama aktor Ferry Salim, ia juga menjadi duta UNICEF,
yaitu organisasi di bawah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk urusan
pendidikan.
Christine yang lulusan SMA VI
Bulungan tahun 1974 ini, tak pernah melakoni karakter antagonis, bukan berarti
tak mau bermain karakter tersebut, namun Christine hanya mencari karakter yang
pas. Di mana karakter antagonis yang tak berlebihan dan tetap memiliki sisi
baik. Kepedulian Christine terhadap warisan bangsa memang tak perlu diragukan.
Hal ini terlihat dari usahanya untuk mengangkat olah raga pencak silat ke layar
lebar. Seperti pada film ”Merantau” yang turut ia bintangi pada tahun 2009, bahkan
film ini diputar pada Festival Film Cannes.
Tidak
ada yang menyangka bila aktris hebat Christine Hakim mulanya tidak punya
kehendak sama sekali menjadi aktris. Menurut pengakuannya, kiprahnya di dunia
seni peran karena by accident.
"Kalau tidak ada Teguh Karya, saya tidak tahu ada dimana sekarang,"
kenang Chtistine. Sebelum bertemu dengan sutradara besar itu, ia pernah
bercita-cita menjadi seorang arsitek atau psikolog. Tapi begitulah yang namanya
hidup, semua serba tidak terduga. Cita-cita tinggalah angan di masa silam.
Buktinya, sebelum menjadi aktris ia sempat merintis karir sebagai seorang foto
model dan peragawati.
Buah
dari perjumpaan awal ini dengan Teguh Karya, adalah dipercayanya ia menjadi
pemeran utama pada film "Cinta Pertama" (1973). Meski itu debut
awalnya di dunia yang hingga kini ia selami, kecemerlangan Christine berolah
peran di film itu, mengantarkan ia sebagai aktris terbaik dengan meraih Piala
Citra pada FFI 1974. Nama Christine Hakim pun langsung melambung di blantika
film nasional setelah ia berkolaborasi dengan sederet sutradara terkemuka
seperti Syumanjaya, Arifin C. Noer, Wim Umboh dan Eros Djarot. Dalam
perjalanannya, nama Christine Hakim pun menjadi jaminan sukses di ajang
Festival Film Indonesia (FFI). Bahkan tidak itu saja. Pesona Christine telah
melampaui batas negara dan benua. Banyak penghargaan film dari mancanegara ia
raih. Terakhir, ia didaulat menjadi salah satu juri di ajang bergengsi Festival
Film Cannes ke-55 tahun 2002 di Perancis, bersama bintang film Hollywood
Sharon Stone ”Basic Instinct”,
Michele Yeoh ”Tomorrow Never Dies”
dan sutradara David Lynch selaku ketua dewan juri saat itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar