Sore ini, untuk kedua kalinya aku
diajak Mama nonton Topeng Monyet. yang pertama pas topeng monyetnya main
didekat rumah, terus yang kedua pas diajak main ke Monas. Setiap kali monyetnya
mendekat ke aku, aku selalu mau memegangnya. Asyik loh...monyet-nya
lucu dan pintar, bisa naik sepeda, naik motor, pake topeng dan memegang senjata
sambil berguling guling.
Namun kali
ini monyetnya sangat jinak sekali, dia mau kupegang dan bahkan kucium. Sebenarnya
aku agak khawatir juga jika monyetnya marah lalu timbul sifat liarnya, pasti
dia akan mencoba untuk mencakar dan mencengkeramku. Tapi kekhawatiran itu kubuang
jauh karena sore itu yang tampil monyetnya sungguh luar biasa baiknya. Hampir
semua penonton ikut memberi uang sebagai tanda terima kasih karena si Monyet
telah menghibur, kulihat mama ku juga memberi sekedarnya.
Tapi
walaupun begitu sebenarnya hatiku sangat miris jika melihat topeng monyet
beraksi, bagaiman tidak, aku menyaksikan
hiburan namun dilain pihak kita meng-eploitasi hewan yang sebenarnya lucu dan
imut. Karena aku merasa hak hidup bebas sebagai hewan
telah diambil oleh manusia yang mempunyai akal dan pikiran. Aku nggak tega melihat
para monyet dieksploitasi secara paksa memakai topeng dan berjoget dangdut
serta naik motor. Tapi kenapa cuma monyet padahal sirkus juga melanggar haknya
hewan, burung-burung dipelihara oleh orang-orang kaya didalam sangkar. Macan,
gajah, kuda , beruang dilatih setiap hari dan diberi makan berbagai daging dan
buah-buahan namun semua hidupnya serba terbatas.
Seandainya saja mereka dibiarkan hidup
dialam bebas, ditempat dimana mereka biasa mencari makan dan berkembang biak,
oh…indah sekali dunia ini. Alamnya yang ramah, hewannya yang cantik dan
memikat, dan penegak hukumnya tegas serta nggak
membiarkan kejahatan,
penindasan, pembunuhan, penyiksaan terhadap satwa.(sumber : blog tetangga)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar