Untuk
kesekian kalinya kantorku mengadakan aksi donor darah, acara yang rutin
diselenggarakan ini sangat menarik perhatian penghuni seluruh gedung. Terlihat
baru sekitar Pukul 9 pagi hari pertama,
pendonor membludak, ini membuktikan bahwa manusia sebagai makhluk sosial,
selalu ingin hidup berdampingan dengan sesama sebagai sesuatu yang wajar. Hidup
bertetangga, kerja sama dengan teman sejawat, teman kantor, bersosialisasi
bersama teman sekolah, kuliah bahkan lewat situs pertemanan you tube, twitter ataupun face book
menjadi kebutuhan sehari-hari di jaman teknologi informasi. Dari sekian banyak
kegiatan bersosialisasi di atas tadi, kita sebagai Pegawai sangat peduli kepada
sesama yang sedang dirundung petaka, misalnya sakit dan harus memerlukan
pertolongan segera. Terutama pertolongan yang terkait dengan transfusi darah,
makanya hampir seluruh personil melibatkan diri menyumbangkan darahnya.
Kantorku sangat concern dengan acara
donor darah ini, terbukti banyak sekali Pegawai yang antusias menyumbangkan
darahnya. Donor darah amat membantu menambah stok darah bagi orang-orang yang
membutuhkan. Karena menurut petugas dari PMI, bahwa antara kebutuhan dan stok
darah yang tersedia belum seimbang. Karenanya,
aksi yang dilakukan ini diharapkan bisa meringankan beban dan terpenuhinya
kebutuhan darah di Jakarta. Meskipun hanya sedikit, namun sumbangan darah dari
BI dan mitra ini dapat menambah jumlah darah dan bisa dimanfaatkan.
Satu
kendala yang kerap menghalangi seseorang untuk mendonorkan darahnya adalah rasa
takut dan mitos yang beredar di masyarakat. Mitos rasa takut terhadap jarum
suntik menjadi salah satu alasan rendahnya jumlah pendonor wanita dibandingkan
pria. Selain mitos yang beredar bahwa seseorang kerap mengurungkan niatnya
mendonorkan darahnya adalah bahwa donor darah dapat menyebabkan gemuk. Faktanya
kegemukan terjadi karena jumlah kalori yang masuk lebih banyak dari yang
dikeluarkan dan nggak ada kaitannya dengan donor darah.
Memang pada awalnya, ketika pertama
kali mendonorkan darah ada rasa takut akan jarum suntik yang masuk lengan,
hingga rasa lemas dan pusing sebagai
dampak telah diambil darahnya ternyata rasa cemas itu nggak ada. Perasaan cemas
itu terlalu dilebih-lebihkan oleh beberapa sahabat dan teman sekantor yang
sebenarnya dirinya takut jarum suntik dan belum tertarik menjadi pendonor
darah. Malahan kegiatan donor darah itu akan membuat ketagihan pendonornya
minimal setiap tiga bulan sekali harus mendonorkan darahnya. Donor darah baik
bagi kita dan sesama. Kalau kita sehat dan memenuhi syarat sebagai pendonor
darah, kenapa nggak dilakukan dengan rutin sebagai wujud aksi sosial bagi
sesama manusia?
Hidup hanya sekali satu kali, jadi isi
dan warnailah dengan kegiatan positif untuk mengembangkan diri dan berguna bagi
sesama. Mengisi hidup dengan memperhatikan sesama, tentu saja menjadi sebuah
hal indah dan sarat makna. Memang tak ada manfaat langsung menjadi seorang
pendonor darah, namun dengan mendonorkan darah secara rutin setiap tiga bulan
sekali, maka tubuh akan terpacu untuk memproduksi sel-sel darah baru. Sedangkan fungsi sel-sel darah merah adalah
untuk oksigenisasi dan mengangkut sari-sari makanan. Dengan demikian fungsi
darah menjadi lebih baik sehingga donor menjadi sehat. Selain itu, kesehatan
pendonor akan selalu terpantau karena setiap kali donor dilakukan pemeriksaan
kesehatan sederhana dan pemeriksaan uji saring darah terhadap infeksi yang
dapat ditularkan lewat darah.
So
berbagi kepedulian nggak melulu berupa materi atau barang. Bentuknya bisa apa
saja, bahkan dengan apa yang kita punya yang melekat dari tubuh ini. Salah
satunya dengan darah, kita donasikan bagi yang memerlukan bagi kelangsungan
hidupnya karena memerlukan darah saat yang bersangkutan sedang menjalani
perawatan medis lewat tindakan operasi, dimana organ tubuhnya memerlukan darah
orang lain lewat transfusi darah.(Arum.S)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar