Sebagai
seorang Gubernur Bank Indonesia wajar bila Pak Darmin Nasution fasih bicara
mengenai ekonomi dan moneter. Sebagai penyuka anggrek dan punya kegemaran
memelihara anggrek beliau sudah khatam berbicara tentang bunga yang
perawatannya nggak mudah itu. "Kau tahu tidak, anggrek di Papua itu
bunganya keriting semua. Sedangkan di Kalimantan, Jawa, dan Sumatra, yang
keriting bisa dihitung dengan jari," ujarnya. Begitulah yang terucap mengawali
pembicaraan mengenai bunga anggrek dengan Pak Darmin Nasution saat melakukan
kunjungan kerja ke KPwBI Provinsi Kaltim dan KPwBI Balikpapan.
Agak aneh
dan sedikit unik ketika mengetahui Pak Darmin menyenangi anggrek. Ya itulah
adanya, sekuntum anggrek tak sekadar bunga. Pak Darmin mengaku telah lama
menekuni hobi tersebut. Tentang mengapa menggemari merawat tanaman ketimbang
hobi-hobi menantang lain, setengah berkelakar Pak Darmin menyebut hal itu tak
lepas dari kecenderungannya sebagai orang rumahan. ”Tadinya saya sempat
memelihara ikan dan burung. Tapi pengalaman menunjukkan, memelihara burung itu
kalau kelupaan merawat bisa mati” katanya. ”Nah kalau anggrek kan tidak. Kalau
lupa paling ya agak sengsara dan merana sedikitlah. Karena itu saya akhirnya punya
hobi menanam anggrek”.
Sebagai
seorang hobiis anggrek, hampir setiap melakukan kunjungan kerjanya kedaerah, setelah
tugasnya selesai anggrek adalah prioritas utama untuk dilihat. Apalagi disuatu
daerah yang memiliki anggrek langka. Semakin susah anggrek tersebut dirawat
maka semakin tertantang dia untuk mencarinya. Beberapa waktu lalu saat di Balikpapan,
Pak Darmin singgah di Rumah Bungga Carissa. Disana
terdapat berbagai jenis anggrek, mulai dari yang langka dan yang umum
dipelihara orang. Anehnya Pak Darmin tahu semua nama anggrek yang ada, kalau
kita bicara mengenai anggrek pada Pak Darmin, kita harus faham dan menguasai bukan
sekedar senang dengan anggrek. Karena pengetahuannya terhadap anggrek sangat
dalam sekali, bagaikan kamus berjalan. Mulai dari media tanam sampai ke butuhan
matahari dan kadar air, beliau hapal persen-persenannya.
Di Loa Janan-Samarinda Pak Darmin
mampir ke UPTD Balai Benih Induk Holtikultura, yang juga menyiapkan benih
anggrek. Ditempat tersebut Beliau didampingi oleh H.Ibrahim, Kepala SKPD
Pertanian Provinsi Kalimantan Timur. Pengetahuannya mengenai anggrek hitam
sungguh sangat menakjubkan, beliau dapat menjelaskan bahwa “Anggrek
hitam adalah salah satu spesies anggrek yang dilindungi di
Indonesia karena terancam kepunahan di habitat aslinya. Anggrek hitam merupakan
maskot propinsi Kalimantan Timur. Populasi anggrek hitam di habitat asli
semakin langka karena menyusutnya luas hutan dan perburuan untuk dijual kepada
para kolektor anggrek. Anggrek hitam, sebagaimana namanya, mempunyai ciri khas
pada bunganya yang memiliki lidah berwarna hitam. Anggrek langka ini dalam
bahasa Inggris disebut sebagai “Black
Orchid”. Sedangkan di Kalimantan Timur, Anggrek Hitam mempunyai
nama lokal “Kersik Luai”.
Ciri khas anggrek hitam yang membedakan dengan jenis anggrek lainnya adalah
mengeluarkan bau semerbak. Biasanya tanaman itu mekar pada bulan Maret sampai
Juni”.
Kecintaannya
terhadap bunga anggrek sudah dijalaninya lebih dari 20 tahun. Ia
suka anggrek, karena merawatnya perlu ketelatenan. Juga, karena anggrek
merupakan tanaman yang umurnya tidak terbatas. Pak Darmin merawat anggrek
secara otodidak dengan cara belajar dari membaca buku. Menunggu untuk beberapa
waktu mulai dari nggak ada bunga sampai bunga itu muncul adalah suatu
tantangan, butuh kesabaran. "Sepanjang kita urusi, dan kalau tumbuh
menjadi besar bisa lama lagi umurnya, bunganya menarik dan bagus. Mendingan ngurusin
anggrek daripada main golf. Rugi rasanya bangun subuh cuma buat buat main
golf" tuturnya.
Dari
kegemarannya itu, koleksi tanaman anggrek miliknya cukup banyak meski dia
enggan menyebut jumlah pastinya. Uniknya sebagian besar anggrek itu merupakan
spesies Dendrobium. Anggrek Dendrobium merupakan jenis anggrek yang paling
banyak dibudidayakan khususnya di Thailand. Selain mempunyai kombinasi warna
paling banyak variasinya, Dendrobium yang termasuk dalam kelompok anggrek
epifit ini juga tahan terhadap kekurangan air. Biarpun tumbuh menyebar di hutan
tropis Indonesia, anggrek Dendrobium dari Papua merupakan favorit Pak Darmin.
Bukan sekadar tentang kesabaran dan kontinuitas. Merawat anggrek ternyata juga
memberikan arti lain bagi Pak Darmin, dia mengungkapkan merawat anggrek
mengharuskan dirinya banyak berinteraksi dengan matahari. “Ya namanya orang
kantoran, setiap hari jarang kena matahari. Nah kalau merawat anggrek itu kita
jadi kena matahari. Wong anggrek saja perlu matahari, masak kita nggak?”
celetuk sosok bersahaja dan humoris ini. ”Dendrobium yang bisa
setiap saat dipandangi dan diamati proses pembungaan dari kuncup sampai mekar
sempurna. Sayang, tanpa perawatan tepat, yang terjadi malah dendrobium enggan
berbunga, tanaman sakit, atau kurus” katanya.
Ketika
ditanya lebih susah mana mengurus anggrek dengan mengurus Bank Indonesia, Pak Darmin
tertawa terbahak-bahak. Tapi diujung pembicarannya dia memberi tahu bahwa
ngurus anggrek dengan ngurus Bank Indonesia itu sama, yaitu ”Harus sabar dan telaten...!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar