Tadinya
aku ngebanggain kanget pada mobil avanzaku yang ada dirumah, walau itu nggak
beli cash alias kredit. Tapi duit
cicilannya hasil keringet kerja keras setiap hari, nggak ada secuilpun dari
hasil korupsi. Nah…! Minggu lalu waktu aku singgah di kota Solo-Jawa Tengah,
kebanggaanku melorot tajam. Sebab di kota Solo taksi yang beredar operatornya
kebanyakan mengguakan mobil jenis Multi Puprpose Vehicle atau MPV yakni avanza
dan xenia. Walaupun ada juga mobil jenis sedan yang dipergunakan.
Di
Jalan Selamet Riyadi selain bis Batik Solo Trans sebagai alat tranportasi, berseliweran
mobil taksi tersebut. Walaupun penumpangnya yang dibawa cuma satu orang,
masyarakat di Solo lebih senang menggunakan kendaraan taksi jenis ini. Selain
kondisinya masih baru, taksi ini juga lapang dan bisa dipakai membawa banyak
barang, jadi lebih ekonomis. kalau pake sedan kan boros biaya dan mesti duduknya umpel-umpelan.
Seperti
kita ketahui bersama bahwa pada saat jam makan siang khususnya di DKI Jakarta,
wilayahnya ditumbuhi oleh banyak gedung tinggi yang dipergunakan perkantoran
maupun hotel. Saat itulah banyak yang menggunakan taksi secara rombongan yang
bayarnya patungan, kadang jika taksi jenis sedan dimuati oleh sekitar enam
orang, supirnya nggak mau bawa. Kalaupun mau dibawa tapi mukanya masam,
kayaknya nggak rela ditumpangi.
Apalagi
malam hari menjelang tutup mall, masyarakat yang berbelanja kadang bersama
keluarga. Sehingga jumlah orangnya lebih dari lima orang, belanjaannya bejibun nggak muat jika diletakan di
bagasi, mau ambil taksi berarti harus tambah biaya. Apabila menggunakan taksi jenis
MPV maka hal itu dapat teratasi.
Di
Jakarta sudah ada mobil yang agak besar sejenis Alphard yang dipergunakan
menjadi operasional armada taksi, tapi masih sedikit jumlahnya, juga ongkosnya
agak mahal, makanya yang memakai kendaraan ini biasanya orang yang berlebih
duitnya termasuk kelas eksekutif. Oleh karena itu jika pemerintah DKI Jakarta,
ingin mengurangi kemacetan dengan mengurangi jumlah serta volume kendaraan, ide
Pemkot Solo ini bisa menjadi inspirasi di copy
paste .
Semua
taksi ini di Solo ini menggunakan argometer
layaknya taksi jenis sedan di Jakarta. Kebetulan yang kutumpangi waktu
itu taksi perusahaan kosti, tarif buka pintunya Rp 5.500 rupiah, selanjutnya Rp
375 per 100 meter. Jika memakai dengan perhitungan jam harganya Rp 37.500 per
jam. Memesan taksi dapat dilakukan dengan menggunakan telepon, biaya minimunnya
Rp 25.000.
Karena
lapang maka suasana didalamnya terasa nyaman, AC-nya masih dingin. Naik taksi
ini serasa naik kendaraan sendiri, kalau naik taksi sedan itu sudah biasa dan
dimana-mana juga ada. Apalagi tujuan dipergunakan taksi jenis MPV ini adalah
kendaraan dengan daya angkut van tapi memiliki kenyamanan mendekati sedan,
serta didesain untuk memiliki interior maksimum.
Untuk
saat ini paling tua kendaraan ini keluaran tahun 2010. Apalagi supirnya hampir
seluruhnya orang jawa asli, yang lembut dan sopan serta menggunakan batik
sebagai pakaian dinasnya. Selama mencoba taksi ini disana beberapa kali, belum
ditemui supir perantau yang mengemudikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar