Selasa, 15 April 2014

Tekor Tak Selamanya Rugi

Biadab! Maaf jika saya mengawali tulisan ini dengan umpatan. Tapi, susah sekali menahan kalimat makian supaya tidak meluncur keluar jika membaca kepedihan ribuan tenaga kerja Indonesia (TKI). Mereka, yang memberi segepok devisa pada negara ini, ternyata diperlakukan sangat semena-mena. Manfaatnya dinikmati banyak pihak, sementara nasibnya ditelantarkan.

Mereka dibiarkan mengarungi kehidupan yang sarat ancaman dan ketidakpastian. Sejak proses recruitment sampai placement pun sudah sarat praktek pemerasan dan juga penipuan dibanyak tempat. Di negeri orang, jangankan diperhatikan, orang keberadaannya saja tidak diketahui oleh perwakilan RI. Nasib tragis mereka baru terungkap saat ditulis media. Tak dibayar penuh, pemerasan dan pemalakan, dipekerjakan tak sesuai perjanjian, diperkosa atau seperti yang terjadi baru-baru ini, terancam hukuman mati.

Apa sumber penghasil devisa bagi negara ini layak diperlakukan seperti itu? Kenapa pemerintah tak mengeluarkan lebih banyak biaya untuk melindungi warga negaranya sendiri? Apa susahnya meningkatkan anggaran demi kesejahteraan rakyatnya sendiri?

Bangsa ini harusnya malu pada moralitas klub-klub sepak bola Eropa. Ingat bagaimana Inter Milan mendapatkan sebuah musibah saat bintang mereka kala itu, Luiz Nazario Da Silva atau lebih dikenal dengan nama Ronaldo mendapatkan cedera lutut parah yang membuatnya harus istirahat panjang selama dua musim? Apakah Inter menelantarkannya? Salah! Inter malah memberikan perawatan yang mewah pada bintang asal Brasil tersebut. Hasilnya, Ronaldo tampil gemilang di piala dunia 2002 meski akhirnya setelah itu dia memilih berkarier di Real Madrid.
Kebaikan hati klub sepak bola pun tak hanya milik Inter semata. Ada cerita lain Aaron Ramsey di Arsenal, Peter Cech di Chelsea, Stephan El Shaarawy di AC Milan, Jese Rodriguez di Real Madrid atau Neven Subotic di Borussia Dortmund. Setiap pemain yang tetap diberikan hak-haknya meski sedang terbelit masalah. Klub-klub tersebut tak pelit untuk mengeluarkan banyak uang demi kepentingan para pemainnya, meski dalam konteks bisnis berarti rugi miliaran juta dollar AS. Mereka semua sadar bahwa sepak bola tak melulu soal bisnis. Ada juga tanggung jawab moral untuk memperhatikan nasib para pemainnya dalam kondisi apa pun.
Jika sebuah klub sepak bola saja, yang notabene adalah institusi bisnis, mau rugi untuk merawat para pemainnya, kenapa sebuah negara, yang mempunyai kewajiban mengurusi seluruh warga negaranya, malah membiarkan rakyatnya terlantar di negeri orang dengan alasan keterbatasan dana??(Teguh Gumilang)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar