Kamis, 11 Desember 2014

Pameran Ikon Museum di MBI


Sekali lagi Museum Bank Indonesia (MBI) bikin gebrakan. Kali ini yang dilakukan adalah mengadakan acara “Pameran Foto Ikon Musium”, yang dilaksanakan pada tanggal 17 s.d 19 Oktober 2014 di Ruang Pamer Temporer musium tersebut. Guna menyambut Hari Sumpah Pemuda ke 86.
 
Dalam acara pameran ini masyarakat disuguhi berbagai foto ikon musium yang ada di Jakarta termasuk suara dari benda yang dipamerkan dan narasinya. Biasanya pameran dimuseum diadakan hanya memamerkan bendanya saja tanpa mengetahui seluk beluk benda tersebut. Namun MBI membuat sesuatu yang baru, selain foto ada narasi dari benda dimaksud serta maknanya, suara dari bunyi benda tersebut dapat kita dengar, melalui headphone yang tersedia didekat foto bendanya.
 
 

MBI yang terletak di Jalan Pintu Besar Utara, kawasan Kota Tua Jakarta, mengajak beberapa musium yang mempunyai koleksi benda bersejarahnya, khususnya yang dapat menimbulkan suara. Ini merupakan cara pamer yang berbeda, masyarakat dapat menikmati atmosfir benda bersejarah tidak hanya lewat foto tapi juga dapat mendengar suaranya, hingga kesannya lebih ekspresif. Suara ini adalah suara yang luar biasa yang dulu mengiringi perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
 
 

Dari 70 musium yang ada di Jakarta, MBI baru bisa menggandeng beberapa musium  dalam pameran ini, yaitu : Musium Mandiri, Musium Sejarah Jakarta, Musium Sumpah Pemuda, Musium MH Thamrin, Musium Khatederal, Musium Kebangkitan Nasional. Tujuan dari pameran ini sendiri adalah buntuk menggaungkan bahwa benda bersejarah itu nggak hanya bisa dilihat namun juga dapat dinikmati desiran suaranya. Yang pada akhirnya menjadikan masyarakat suka dengan museum sebagai media edukasi yang menyenangkan.
 
 

Foto yang terpampang salah satunya adalah foto biola W.R Soepratman. Kita tidak hanya melihat foto tersebut namun juga dapat mendengar suara biola tersebut saat dimainkan oleh Idris Sardi sebelum beliau meninggal. Suara ini menggambarkan seolah-olah kita mendengar langsung  suara biola yang dimainkan WR Soepratman saat diadakannya ikrar soempah pemoeda pada Kerapatan Pemoeda Pemoedi atau Konggres Pemoeda II tahun 1928. Biola aslinya saat ini tersimpan di Museum Sumpah Pemuda Jalan Kramat Jakarta.
 
 

Selain itu terdapat juga foto “Lonceng Stadhuis” atau lebih dikenal dengan lonceng Soli Deo Gloria. Stadhuis saat ini adalah Museum Sejarah Jakarta, dulunya merupakan kantor Pemerintahan Hindia Belanda di Batavia pada jaman Jan Pieter Zoen Coon abad 18. Dulu lonceng ini mengerikan dan sangat ditakuti oleh masyarakat sekitar. Jika lonceng ini berbunyi, pertanda bahwa ada tawanan yang dinilai jahat oleh Pemerintah Hindia Belanda akan dihukum gantung. Makanya pada jaman itu jika lonceng ini berdentang, hampir semua orang menutup telinga, nggak mau mendengar. Sebab tak lama setelah itu datang malaikat pencabut nyawa mendekat lalu menghukum orang pesakitan.
 
 

Ada juga mesin ketik bersejarah. Dewasa ini kita sebagai insan yang hidup di jaman modern sudah nggak mendengar lagi suara mesin ketik. Dengan ditampilkannya foto dan suara mesin ketik di jaman dahulu, akan membawa kita mengenang masa lalu. Barangkali bagi Saudara kita yang lahir sesudah tahun 80-an, hampir semuanya nggak tahu bagaimana suara mesin ketik. Padahal dulu mesin ketik adalah primadona para pekerja kantor, jika kita melamar pekerjaan maka salah satu syaratnya harus bisa mengetik. Namun kini mesin ketik telah diganti oleh peralatan yang lebih modern yaitu komputer, laptop, smartphone atau tablet.
 
 

Diharapkan dengan adanya pameran ini maka fungsi musium sebagai tempat yang memamerkan barang bersejarah dapat diterima masyarakat. Memorable karena dapat mengingatkan kembali suara-suara benda yang dipamerkan, seolah olah kita berada di jaman benda itu ada. Histrorikal karena kita bisa menikmati kemerdekaan seperti sekarang berkat perjuangan orang terdahulu kita dan benda-benda yang dipakainya.

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar