Beberapa stasiun televisi pagi ini menyangkan
berita, tentang supir angkutan umum yang akan melakukan demo di depan Istana
Merdeka. Mereka akan menyampaikan pada
Pemerintah khususnya Presiden, bahwa pendapatannya saat ini berkurang hingga
mencapai 30 s.d 40 %, karena kehadiran transportasi online.
Mereka kalah bersaing sebab transportsai
online mengambil rejekinya dengan alat yang canggih yaitu aplikasi melalui
android. Caranya juga teramat mudah bagi orang yang mau melek teknologi, tapi
amat sulit bagi mereka yang hanya pasrah dengan keadaan dan nggak mau mengikuti
perkembangan jaman. Yaitu dengan men-download
aplikasinya di google paly store.
Ini masalah sosial yang ditimbulkan oleh
aplikasi transportasi online, sebab dampak baik dan buruknya serta pro dan
kontranya pasti ada jika suatu system diterapkan. Apalagi transportasi online
menerapkan harga promo untuk mencari pelanggannya, siapa yang nggak mau kalau
menggunakan transportasi di Jakarta, yang jalanannya selalu macet dan jarak
cukup jauh dengan harga yang minimalis.
Nah…. disinilah letak keberatan dari
tranpsortasi tradisioanl, mereka tetap menggunakan tarif sesuai aturan yang
berlaku khususnya untuk angkot , Metromini, Kopaja, Taksi, Ojek termasuk
Mikrolet. Bagi angkutan umum yang tarifnya sudah ditentukan tidak ada masalah
paling Cuma jumlah penumangnya yang berkurang, namun bagi taksi dan ojek ini
problem yang harus diselesaikan. Sebab transportasi taksi dan ojek online
dengan yang harga murah, tentu menjadi penghalang rejeki mereka, taksi dan ojek
online memlilik tarif yang benar-benar dapat dijangkau peminatnya untuk jarak
yang jauh sekalipun. Tentu saja hal ini akan membuat pendapatan taksi dan ojek
tradisional menjadi berkurang jauh, tidak seperti biasanya.
Semua ini hanya disebabkan oleh penerapan
teknologi terkini yang digunakan pada alat transportasi, nah sekarang bagaimana
dengan penerapan teknologi pada pekerjaan rutin di Bank Indonesia. Apakah
Pegawai yang tak melek teknologi harus juga demo seperti awak angkutan umum
tersebut ? memprotes tentang tata cara dan tata kelola pekerjaan yang sudah
menggunakan teknologi terkini ? Jawabannya tentu tidak, sebab mental Pegawai BI
pasti nggak separah supir atau pengemudi ojek.
Banyak tempat belajar untuk mengejar
ketinggalan kemajuan teknologi, Pegawai BI yang masih baru adalah salah satu
sumbernya. Karena merekaa rata-rata menguasai peralatan komputer, laptop, dan
segala macam gadget dengan sangat baik. Apalagi persayaratan masuk bekerja di
BI mengharuskan mereka menguasi peralatan tersebut dengan mahir, sehingga BI
kini menjadi salah satu lembaga atau organisasi yang sudah melek teknlogi.
Bagi yang tidak mau belajar dan mengikuti
perkembangan teknologi, mereka harus mencoba keluar dari zona nyaman, cari cara
bagaimana dapat bersaing didalam teknologi.
Jangan hanya pasrah, belajarlah supaya melek, dimana ada kemauan disitu
ada jalan. Kita harus beradaptasi dengan perubahan, sebab kalau
tidak kita akan tersingkir oleh hukum alam. Dunia bergerak dinamis, perubahan
teknologi jadi lebih mudah dan murah, kalau kita nggak mampu mengikutinya pasti
digilas jaman
Semua bisnis
juga harus mengikuti perkembangan jaman, tidak terkecuali angkutan umum, harus
didukung oleh teknologi yang canggih. Sistem pemesanan online merupakan
kebutuhan yang mempermudah pengguna layanan angkutan umum. Karena perkembangan
bisnis harus mengikuti perkembangan teknologi, kalau tidak maka konsumennya
akan meninggalkan sesuai dengan keadaan. Begitu juga dengan BI jika Pegawainya
tidak meningkatkan pelayanan yang cepat dan terbaik bagi stakeholder-nya,
maka BI akan menjadi sebuah lembaga yang digilas jaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar