Malam
itu seperti biasanya saya memasuki ruangan HD (hemodialisa), paramedis sedang
sibuk menangani pasien pasien HD yang sudah datang, siap untuk memasang jarum
ke akses di lengan para pasien. Mata saya tertuju pada ranjang disudut kanan,
tampak kosong, biasanya hari Selasa Bapak Doni selalu datang paling
dahulu.untuk melakukan cuci darah.
Saya
mengambil stetoskop untuk memeriksa pasien lain dulu sajalah, biasanya saya
memulai dari sudut kanan karena beliau selalu ingin diperiksa lebih dulu, itu
karena beliau bisa tidur setelah diperiksa. Tak lama kemudian beliau datang
ditemani pegawai kiosnya, sambil dituntun.. dia menyapa , “Pagi suster….! maaf
telat”. Saya tersenyum.
Tak lama kemudian saya hampiri beliau, saya lihat matanya bengkak dan raut mukanya tampak sedih, kurang tidur sepertinya. “Pak tadi malam bisa istirahat ?”, saya bertanya. Beliau terseyum, tampak letih raut wajah tuanya. “Saya kurang tidur suster”, sahut beliau. Lantas matanya tampak menerawang, dan dengan lirih beliau berkata, suster ada waktu untuk dengar keluhan saya? saya balas tersenyum. “Seperti biasa Pak”, tentulah…!”, sahut saya.
Tak lama kemudian saya hampiri beliau, saya lihat matanya bengkak dan raut mukanya tampak sedih, kurang tidur sepertinya. “Pak tadi malam bisa istirahat ?”, saya bertanya. Beliau terseyum, tampak letih raut wajah tuanya. “Saya kurang tidur suster”, sahut beliau. Lantas matanya tampak menerawang, dan dengan lirih beliau berkata, suster ada waktu untuk dengar keluhan saya? saya balas tersenyum. “Seperti biasa Pak”, tentulah…!”, sahut saya.
Kemudian
dengan lirih beliau memulai curhatnya. Ternyata anak semata wayangnya menuntut
beliau untuk mengganti mobil Tarunanya dengan Honda Jazz. Beliau menyanggupi
tetapi minta tenggang waktu, ternyata si anak malah ngambek, sungguh terlalu
dalam hati saya bergumam. Beliau memang selalu menuruti permintaan anaknya
tersebut karena sebagai penderita Gagal Ginjal sejak usia muda dan dikaruniai
seorang anak sungguhlah sebuah mu'jizat sahut beliau, dan itu dianggap anak
mahal , sehingga apapun permintaanya selalu dituruti.
Pantas
beliau sedih, saya pun menerawang….. ohhhhhh, seandainya sang anak bisa
memahami perasaan sang ayah, bisa merasakan betapa setiap seminggu dua kali
lengan beliau dimasuki oleh jarum-jarum yang teramat besar agar darah dapat
mengalir menuju mesin hemodialisa sehingga racun racun yang beredar pada
tubuhnya dapat dibersihkan oleh dialiser.
Ahhhhhh….!,
sungguh teramat disayangkan, anak yang disayang ternyata tidak bisa merasakan.
Saya berdoa, semoga Allah SWT senantiasa memberikan rasa sayang yang teramat
sangat bagi beliau dan senantiasa diberikan rasa sabar, semoga sang anak pun
diberikan hidayah agar sayang pada sang ayah. Tak terasa mata saya pun
berkaca-kaca. Saya mengelus pundak beliau,semoga dapat sedikit memberikan rasa
nyaman.(DNA)
Luaskan hati. Lihatkan dunia pada anak semata wayang. dengan melihat lebih luas, anak gak akan berfokus pada dirinya sendiri aja. Semoga anak makin memiliki empaty
BalasHapus