Kamis, 31 Maret 2016

Kisah Di Ruang Hemodialisa (Ayah)

Malam itu seperti biasanya saya memasuki ruangan HD (hemodialisa), paramedis sedang sibuk menangani pasien pasien HD yang sudah datang, siap untuk memasang jarum ke akses di lengan para pasien. Mata saya tertuju pada ranjang disudut kanan, tampak kosong, biasanya hari Selasa Bapak Doni selalu datang paling dahulu.untuk melakukan cuci darah.


Saya mengambil stetoskop untuk memeriksa pasien lain dulu sajalah, biasanya saya memulai dari sudut kanan karena beliau selalu ingin diperiksa lebih dulu, itu karena beliau bisa tidur setelah diperiksa. Tak lama kemudian beliau datang ditemani pegawai kiosnya, sambil dituntun.. dia menyapa , “Pagi suster….! maaf telat”. Saya tersenyum.

Tak lama kemudian saya hampiri beliau, saya lihat matanya bengkak dan raut mukanya tampak sedih, kurang tidur sepertinya. “Pak tadi malam bisa istirahat ?”, saya bertanya. Beliau terseyum, tampak letih raut wajah tuanya. “Saya kurang tidur suster”, sahut beliau. Lantas matanya tampak menerawang, dan dengan lirih beliau berkata, suster ada waktu untuk dengar keluhan saya? saya balas tersenyum. “Seperti biasa Pak”, tentulah…!”, sahut saya.

Kemudian dengan lirih beliau memulai curhatnya. Ternyata anak semata wayangnya menuntut beliau untuk mengganti mobil Tarunanya dengan Honda Jazz. Beliau menyanggupi tetapi minta tenggang waktu, ternyata si anak malah ngambek, sungguh terlalu dalam hati saya bergumam. Beliau memang selalu menuruti permintaan anaknya tersebut karena sebagai penderita Gagal Ginjal sejak usia muda dan dikaruniai seorang anak sungguhlah sebuah mu'jizat sahut beliau, dan itu dianggap anak mahal , sehingga apapun permintaanya selalu dituruti.

Pantas beliau sedih, saya pun menerawang….. ohhhhhh, seandainya sang anak bisa memahami perasaan sang ayah, bisa merasakan betapa setiap seminggu dua kali lengan beliau dimasuki oleh jarum-jarum yang teramat besar agar darah dapat mengalir menuju mesin hemodialisa sehingga racun racun yang beredar pada tubuhnya dapat dibersihkan oleh dialiser.


Ahhhhhh….!, sungguh teramat disayangkan, anak yang disayang ternyata tidak bisa merasakan. Saya berdoa, semoga Allah SWT senantiasa memberikan rasa sayang yang teramat sangat bagi beliau dan senantiasa diberikan rasa sabar, semoga sang anak pun diberikan hidayah agar sayang pada sang ayah. Tak terasa mata saya pun berkaca-kaca. Saya mengelus pundak beliau,semoga dapat sedikit memberikan rasa nyaman.(DNA) 

1 komentar:

  1. Luaskan hati. Lihatkan dunia pada anak semata wayang. dengan melihat lebih luas, anak gak akan berfokus pada dirinya sendiri aja. Semoga anak makin memiliki empaty

    BalasHapus