Kamis, 11 Januari 2018

The Best I Can Be


Jangan mempersempit duniamu, dari yang engkau bisa pandang, tapi bukalah sejauh engkau dapat merasakan. Ingat “Iqra” (baca) apa yang bisa kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan segala yang tercipta di dunia ini, Tuhan tidak pernah membatasi manusia untuk berkreasi dan mengeplorasi alam yang telah diciptakanNya. Tuhan menjadikan kita sebagai manusia yang wajib hadir di muka Bumi (sebagai khalifah), bukan manusia yang sunnah, makruh, apalagi haram.

 


Segala kemampuan yang diberikan oleh Tuhan terkadang kita tidak menyadarinya, bahwa kita telah memiliki sesuatu yang hebat. Malah kita kita mendiamkannya bahkan unlock your potential, tidak kita keluarkan. Jika kita bekerja hanya menjadi beban berat, “suasana di kantor tidak kondusif” atau “atasan tidak kompeten”. Apapun yang dikerjakan di kantor hanyalah pekerjaan rutin yang membosankan.

Kini harus mulai mulai bertanya, apa HRD kantorku masih peduli pada orang seperti-ku ? Setelah 15 tahun bekerja diposisi seperti sekarang, sebagai pegawai yang promosi melalui macam macam tes, bikin makalah dan wawancara ? Apa HRD masih memikirkan orang macam aku, sekolah cuma sampai SMA, biarpun macam-macam pelatihan Peningkatan Mutu Ketrampilan (PMK) mulai dari yang ecek ecek sampai dengan yang serius telah kuikuti.

Aku harus evaluasi diri, apalagi aku sering mengkritik keadaan dan mengkritik orang lain, aku harus waspada karena aku sedang terjangkit penyakit kanker emosi pada tahap paling tinggi. Kritik hanya akan menjadikan keadaan lebih buruk dari pada memperbaiki. Aku harus evaluasi diri, dimana kekuranganku…? Kini mulai kubuka lembaran pembelajaran yang penah kulewati, apa saja yang sudah kuketahui tapi belum kulaksanakan dan kuamalkan..? People don’t resist change, they resist being changed

Aku sekarang nggak mau mengagumi orang lain, tapi aku melihat diri sendiri, aku nggak mau membanding bandingkan dengan orang lain, nggak mau menganggap orang lain hebat. Sebab saat mengagumi orang lain sebenarnya banyak hal yang bisa digali dari diri kita sendiri, kekuatan kita sering tertutup karena membandingkan diri, aku begini engkau begitu. Membandingkan boleh saja asal itu menjadi rangsangan untuk lebih termotivasi, membandingkan boleh saja asal kita saling berlomba untuk mempunyai kebaikan. Jika membandingkan itu tidak pada tempatnya terjadi, maka rasa syukur adalah obatnya.

Syukur adalah mengungkapkan rasa terima kasih atas apa yang dimiliki saat ini, tetapi tidak berhenti untuk berbuat lebih baik, untuk meraih suatu yang lebih besar lagi. Syukur bukan berarti berpuas diri, syukur bukan berarti duduk diam tak bersemangat untuk memperbaiki diri. Syukur adalah sesuatau yang dinamis, denga syukur justru membuat kita antusias untuk melakukan dan mengerjakan banyak hal mencapai sasaran yang lebih tinggi.

Bersyukur juga bukan berarti kita terjebak dengan kata sibuk. Sejak pagi hingga malam tumpukan pekerjaan sudah masuk ke level 10. Namun kita kita tidak mampu menyelesaikannya yang seharusnya memang dikerjakan, pekerjaan kita sering tertunda karena sering ada hal kecil, yang remeh remeh menganggu, misalnya merokok terlalu lama dikantin, bermain ponsel, main games di computer, sibuk membaca Koran sampai berjam-jam, sibuk buka facebook, apakah kita sibuk marah dengan keadaan? sibuk mengeluh?. Jika sibuk kita degan hal seperti itu berarti sibuk kita adalah sibuk tidak produktif. Banyak hal yang penting tapi lebih banyak hal yang lebih penting

Makanya ubah dari sekarang dari tidak produktif menjadi produktif, yaitu buat kesibukan yang memberikan nilai tabah (value) bagi diri kita, keluarga, masyarakat dan orang lain. Kita hanya berfokus secara akurat tajam pada sesuatu yang mampu menaikan nilai kita sebagai manusia. Bukan seseorang yang hanya menanti waktu dengan perubahan fisik yang ada dalam dirinya. Sertai pertumbuhan diri secara spiritual, intelektual, dan emosional. Sibuk produktif adalah sibuk yang penuh konsentrasi, saat bekerja pastikan pikiran dan tubuh didedikasikan untuk pekerjaan. Saat belajar pastikan pikiran tidak terpecah, agar energi bisa menembus apa yang menjadi target. Setiap perubahan meskipun perubahan yang lebih baik, pasti ada ketidaknyamanan. Dan ketidaknyaman itulah yang harus diubah menjadi kenyamanan.

Setelah semua yang terbaik kita lakukan, maka jadilah orang pertama yang memberi. Kita bisa memberi dengan senyum terbaik, kita bisa memberi dengan nasihat, kita bia memberi dengan doa, kita bisa memberi dengan jabat tangan yang erat untuk memberikan semangat pada orang lain, apapun itu lakukan dengan ketulusan, maka kita akan merasakan sensasi kebahagiaan yang luar biasa. Kita dapat menjadi bahagia dengan menerima dan mencintai kenyataan yang kita miliki, bersyukur dengan yang ada, berharap dengan yang belum ada, lepaskan segala energi “keinginan” kita kepada  Sang Pencipta, maka jalan jalan kehidupan kita akan lebih bermakna ( Sumber  “BATIC” by : Bang Jaja, Mas Pur, Mas Irfan, Kang Yasier).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar