Senin, 09 Juni 2014

Wonder Woman Di Pasar Beringharjo

Pasar Beringharjo adalah fasilitas pelengkap keraton yang didirikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1876, yang digunakan masyarakat jaman dahulu untuk melakukan transaksi ekonomi. Namanya diambil dari hutan beringin, yang menjadi cikal bakal kota Yogya. Bering artinya pohon beringin, sedangkan Harjo adalah memberikan kesejahteraan.



Dulu disekitarnya terdapat pemukimanan orang-orang cina, eropa, kantor, rumah residen. Walau di Yogya banyak sekali mall yang dibangun dengan fasilitas modern, pasar ini nggak mungkin tergusur karena keberadaannya justru yang menegaskan ikon kota Yogya, yang klasik, romantis, ramah namun tak ketinggalan jaman.




Pasar ini terkenal sebagai pusat perdagangan batik Yogya, seni yang paling menonjol adalah tawar menawar sesukahati, karena kita nggak yakin apakah harga barang yang dijual lebih murah dari toko atau mutunya bagus atau sekedar saja.Tak heran makanya pasar ini menjadi tempat berburunya parawisatawan untuk mencari barang-barang khasYogya.



Banyak sekali barang yang dapat dibeli disini mulai dari batik, uang kuno (benggol), daster, bed cover, jarik, pakaian anak dan dewasa dari yang murah sampai yang bermerk, jajanan pasar, sayur mayur, bahan jamu tradisional, sembako, sate gajih, panganan cepat saji hingga barang antik pun ada. Pokoknya komplit plit..plit..



Didepan pasar ini terletak Malioboro, jalan yang sangat ramai oleh pengunjung dan turis yang juga sangat terkenal sebagai pusat jajanan khas Yogya. Disana kita bisa bertemu dengan penjaja kue “kipo” yang terbuat dari tepung ketan, pecel urap, legomoro dari beras ketan yang diisi daging cacah lalu dibungkus daun pisang mirip lemper. Ada kue klepon, ketan bakar, dan minuman tradisonal seperti es dawet, es cendol, es klapa muda, es pisang hijau, esbuah dll.



Di pasar ini sebenarnya bukan hanya soal belanja, tapi manusia-manusia didalamnya. Yang paling mengesankan dan membuat terenyuh adalah “wanita perkasa” alias wonder women para penjaja gendong belanjaan yang dilakukan oleh ibu-ibu atau mbok-mbok yang sudah berusia lanjut sekitar 60-an keatas. Kita bisa mengenali mereka dari selendang yang disampirkan dibahunya. Mereka menawarkan jasa menggendong atau memanggul belanjaan dengan imbalan sekedarnya saja. Mereka kalau pagi mempunyai langganan para pedagang yang berjualan dipasar tersebut, tapi kalau siang mereka menjual jasa pada para pengunjung pasar.



Keberadaan Mbok gendong ini menurut pedagang sangat membantu, terutama saat kios akan tutup. Karena mereka ikut membantu membereskan barang dagangan sambil merapihkan. Pedagang disini atau pengunjung sebenarnya merasa iba, coz sudah tua harusnya beristirahat dengan anak cucu tapi masih menacari nafkah. Meski demikian mereka patut diacungi jempol atas usahanya untuk menyambung hidup. “Mboten nopo-nopo abot sing penting halal”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar