Kamis, 17 Juli 2014

Volcano Adventure



Pekerjaanku dikantor sebagai orang kantoran kelas bawah membuatku jarang bersentuhan dengan alam. Namanya juga bawahan setiap hari aku disibukan dengan target yang harus kuselesaikan hari itu juga, kalau terlambat sedikit pasti atasan bilang bahwa aku “payah” nggak ada semangat, maklumlah umur sudah lewat setengah abad katanya.

Makanya setiap ada waktu libur, aku senang sekali menikmati alam. Dulu di Jakarta sekitar tahun 70-an, alamnya masih hijau banyak sekali kebun di daerah Simprug, Kebayoran Lama tempat masa kecilku. Disana aku bermain sepakbola lalu mengambil jambu kelutuk tetangga, terkadang menggunakan ketapel aku menjepret mangga dipohon orang gedongan. Permata Hijau dulu masih rawa, tempat aku dan teman-teman belajar berenang.


Tapi daerah itu sekarang telah berdiri banyak bangunan, apartemen, jalan arteri, rel kereta api yang melalui situpun kini rel ganda, sehingga sekali jalan dua rangkaian kereta bisa berpapasan. Nggak seperti dulu harus menunggu di stasiun Palmerah atau Kebayoran Lama jika ada dua kereta yang akan berlalu bersamaan.

Terkait pekerjaanku, ketika hari libur paling biasanya kugunakan untuk mengistirahatkan otak biar nggak buyar dan melemaskan otot biar gak putus. Petualanganku ini sebenarnya nggak sengaja, saat itu aku ditugaskan ke Yogya, tetap dengan job dan rutinitas seperti biasanya. Namun disela-sela kesibukan, interaksi dengan masyarakat sekitar masih tetap berjalan bahkan sangat baik. Hingga pas ada kesempatan sedikit waktu sebelum kembali ke Jakarta, aku menuju Gunung Merapi yang menawarkan sebuah petualangan menggunakan mobil jeep.


Semenjak erupsi tahun 2010, Gunung Merapi menjadi objek wisata dengan daya tariknya, antara lain rental tracking menggunakan motor trail atau climbing adventure dengan menggunakan mobil jeep. Untuk rental jeep sendiri dibagi menjadi 4 paket, yaitu jalur Short, Medium, Long dan Sunrise, tentu dengan harga dan durasi penyewaan yang berbeda di tiap jalur. Aku memilih jalur Medium, dengan alasan durasi yang nggak terlalu lama, dan dana yang cekak didompet saat itu. Oya aku dapat potongan harga dari pemilik setelah berjanji akan memposting cerita perjalanan ini di blog. 

Nggak lama nunggu lalu mobil jeep yang akan kupakai datang berikut pengemudinya, Kamto namanya seorang  driver offroader. Aku dipinjami helm half face. Dalam jeep tersebut bukan cuma aku penumpangnya tapi ada 3 orang lain yang juga ingin menikmat alam merapi. Tanpa banyak basa-basi, Kamto segera tancap gas, menyusuri sungai Opak yang berada tepat disebelah timur Kinahrejo. Seperti diketahui sungai ini adalah jalur lahar dingin saat erupsi, bermaterial pasir, batu beraneka ukuran, material ini bertambah jutaan kubik setelah erupsi terjadi.


Batuan lepas mayoritas berukuran sekepal tangan orang dewasa, kami lewati. Sungai ini juga berbentuk jalan ditengahnya terutama, karena tempat ini juga buat hilir mudik truk yang akan mengangkut pasir atau batu dari sungai ini. Kurang lebih 5 kilometer kami melalui jalur sungai Opak ini, selanjutnya keluar dan masuk ke dusun Petung.

Tiba-tiba Kamto masuk dipekarangan rumah, memarkir mobilnya aku-pun mengikutinya. Rumah ini diberi nama “Museum Sisa Hartaku”. Rumah yang rusak parah, temboknya sudah mencoklat seperti sehabis kebakaran, atapnya sudah diganti dengan model asbes bergelombang yang tampak belum begitu lama terpasang. Didepan tampak mencolok seperti fosil hewan sapi, dengan tulang belulangnya disusun rapi membentuk hewan tersebut. Beberapa barang seperti rongsokan dijejerkan diatas meja kayu. Setelah mendekat dan diperhatikan dengan sesakma, barang itu merupakan peralatan rumah tangga yang berada di dalam rumah ini, dan berubah bentuk ataupun warna karena terjangan awan panas Merapi.


Museum Sisa Hartaku begitu disebutnya, tepatnya berlokasi di dusun Petung, desa Kepuharjo, kecamatan Cangkringan, kabupaten Sleman ini memajang beberapa barang yang tersisa saksi keganasan awan panas Merapi, atau wedus gembel. Aku masuk kedalam rumah yang dibagi beberapa ruangan, layaknya rumah normal. Setiap temboknya dituliskan behuruf ukuran besar, bertemakan ungkapan perasaan para korban erupsi, yang setiap kalimatnya mengisyaratkan tentang kesedihan ketika bencana melanda dan juga rasa optimis bisa bangkit kembali setelah erupsi terjadi.

Ada hal unik juga disalah satu ruangan, terdapat jam dinding yang sudah rusak terbakar, jarum jam berhenti tepat saat letusan Merapi terbesar saat itu. Atau beberapa pusaka keris terpajang, dan beberapa batu mulia sebagian sudah berbentuk cicin, ketika aku akan mengambil gambar lewat kamera, di tembok terdapat larangan untuk memotretnya. Kamto juga bercerita ada beberapa waktu lalu pengunjung nekat memotretnya tetapi ketika dilihat hasilnya, benda-benda tersebut nggak tampak di fotonya.


Tidak lama kami disini, langsung mengarah ke utara lagi. Jalan ini adalah menuju Kaliadem, masih melewati jalan terjal, walau masih ada sebagian sisa aspal. tapi lebih banyak tetutup pasir dan kerikil. Di jalan ini Kamto lebih bisa memacu jeep lebih kencang daripada sebelumnya ketika melewati sungai Opak.

Sesampainya di Kaliadem kami berhenti sejenak untuk sekedar menenggak air mineral, dan mengambil beberapa foto. Kawasan ini berada di selatan gunung Merapi, aku dapat melihat pucuk gunung dengan jelas, disamping karena cuaca yang cerah saat itu, ditempat kami istirahat hanya berjarak sekitar 2 kilometer dari puncak Merapi. Nggak heran jika kawasan ini habis dilahap oleh awan panas saat erupsi. Tadinya tempat ini dipenuhi oleh hijauan pohon, sekarang telah menjadi hamparan pasir batu muntahan Merapi.

Tanpa membuang banyak waktu, kamto kuajak untuk melanjutkan rute selanjutnya. Karena jalannya menurun kamto bisa leluasa memainkan kecepatan jeep, terkadang jumping ketika melewati gundukan. Seru!. Tetapi beberapa kali juga harus meperlambat laju mobil ketika akan menyalip truk pegangkut pasir atau batu. Jalannya hampir dipenuhi oleh badan truk. Harus extra hati-hati menyalipnya karena permukaan jalannya tidak rata dan terdapat beberapa batuan.


Karena rute yang kuambil medium, nggak terasa kami sudah sampai akhir rute. Pengalaman yang cukup mengesankan. Walau dari segi jarak dan durasi pendek, sekitar 20 km dan lamanya kira-kira 1,5 jam. Tujuan akhirpun sampai, tempat sewaan jeep adventure dimulai. Kawasan Gunung Merapi dengan ekosistemnya yang bermacam-macam, dan pemandangan yang elok membuat aku betah berlama-lama untuk menikmati suasana disini. Menikmati ciptaan Tuhan sambil merefleksikan diri kita sendiri, seperti apakah kita dan apa yang telah kita lakukan selama ini dengan segala anugerahNya.

Tak terasa hari mulai sore dan aku harus pulang kembali ke hotel. Terima kasih Kamto yang telah menemani perjalanan ini. Walaupun kita baru pertama ketemu tetapi bisa sangat menikmati tour ini. Semoga bisa ketemu di lain waktu, dan semoga cita-citamu memiliki mobil jeep sendiri tercapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar